Ulasan Buku Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan

Hernawan | Dwi Lailatus S
Ulasan Buku Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan
Buku "Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan" (Dok. Pribadi/Dwi Lailatus S)

Tahun 1998 menjadi tahun yang kelam bagi negara Indonesia. Bagaimana tidak? berbagai peristiwa yang silih berganti telah terjadi di tahun ini hingga tak segan menimbulkan korban jiwa. Salah satunya ialah Kerusuhan Mei 1998 yang mungkin sudah dilupakan dan tidak mendapat banyak perhatian publik. Karena itulah buku ini hadir untuk mengingatkan kita mengenai catatan  panjang sejarah bangsa Indonesia yang dikemas dalam Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan.

Dalam Kata Pengantarnya yang ditulis oleh Marzuki Darusman, Kerusuhan 1998 ini menjadi salah satu satu titik hitam yang harus dihadapi dengan keberanian. Karena sudah terlalu banyak korban yang masih menunggu penjelasan, pengakuan, keadilan, serta permintaan maaf atas peristiwa mengerikan ini.

Buku ini menyebut, Kerusuhan Mei 1998 merupakan hasil rekayasa dari pihak-pihak yang memanfaatkan krisis ekonomi dan kondisi sosial politik yang rawan serta sentimen rasial yang sudah ada saat itu. Disebutkan juga bahwa, golongan etnis Tionghoa menjadi sasaran empuk karena mudahnya mereka untuk diidentifikasi serta mudah ditemukan karena terdapat permukiman tertentu dengan jumlah jiwa yang besar. Tertulis juga bahwa mereka sudah "disiapkan" selama 32 tahun pemerintahan Orde Baru sebagai kelompok yang layak untuk dicurigai dan dimusuhi.

Menurut catatan dan penelusuran Dewi Anggraini, sasaran dari kerusuhan ini ialah warga etnis Tionghoa, namun tidak hanya warga etnis Tionghoa saja yang menjadi korban, terdapat ratusan warga lain yang tewas dalam bangunan yang sengaja dibakar sehingga mereka terperangkap didalam. 

Selain itu, ada satu lagi yang juga menyulut kemarahan masyarakat mengenai peristiwa pemerkosaan yang mana korbannya merupakan para wanita Tionghoa. Kejadian memilukan ini tak hanya terjadi di Jakarta saja, namun juga merambat di beberapa kota seperti Solo, Palembang, Medan dan Surabaya. 

Disebutkan sejak 13 Mei 1998 sampai 3 Juli 1998, total korban pemerkosaan dan pelecehan seksual massal yang melapor atau dilaporkan sebanyak 168 korban. 20 diantaranya meninggal dan lainnya menderita luka-luka fisik dan trauma psikologis yang mendalam. 152 dari 168 korban ini adalah dari serangan yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya, serta 16 lainnya di Medan, Palembang, Solo dan Surabaya. Tak sedikit juga mereka (warga etnis Tionghoa) pindah keluar Negeri untuk menghindari kerusuhan ini.

Sampai akhirnya, Komnas Perempuan lahir dari energi gabungan yang luar biasa dari berbagai pihak. Begitu luar biasa sehingga berhasil meyakinkan presiden waktu itu, Presiden B. J. Habibie, untuk mengutuk kejahatan seksual Mei 1998 serta menyetujui permintaan para perempuan yang menemuinya untuk membentuk Komisi Nasional Anti Kekerasan Seksual terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) sebagai sebuah tim independen. 

Komnas Perempuan turut mengambil andil yang besar dalam pemulihan trauma psikis para korban Kerusuhan ini meskipun nyatanya tidak semua korban dapat dijangkau oleh para aktivis. 

  • Judul Buku : Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan
  • Penulis : Dewi Anggraeni
  • Penerbit : KompasTahun : 2014
  • Jumlah Halaman : xxxiv + 214 halaman
  • ISBN : 978-979-709-809-4

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak