Bukan tanpa alasan Studio Ghibli disebut sebagai salah satu studio animasi Jepang paling difavoritkan di dunia. Selama perjalanan panjangnya, studio ini telah melahirkan deretan film klasik anime dengan genre yang bervariasi.
Beragamnya tema dan pendekatan membuat film-film Ghibli terasa relevan di berbagai situasi dan suasana hati, tak terkecuali di musim panas.
Baik lewat latar visual yang didominasi warna cerah, ceritanya yang dikemas menarik, atau sekadar energi hangat dari interaksi para karakternya yang pas untuk dinikmati.
Kalau kamu sedang mencari tontonan untuk menemani hari-harimu selama musim panas, deretan film Ghibli ini bisa jadi pilihan yang tepat. Berikut rekomendasi-nya.
1. Only Yesterday (1991)

Dirilis pada 1991 dan disutradarai oleh Isao Takahata, Only Yesterday diadaptasi dari manga Omoide Poro Poro karya Hotaru Okamoto dan Yuko Tone.
Berlatar tahun 1982, film ini mengikuti kisah Taeko Okajima, seorang pegawai kantoran yang mulai merasa jenuh dengan rutinitas hidupnya.
Saat musim panas tiba, ia memutuskan untuk sejenak meninggalkan hiruk pikuk kota dan pergi membantu keluarga ipar kakaknya memanen bunga safflower di pedesaan.
Selama di sana, kenangan masa kecil Taeko mulai bermunculan, mulai dari pengalaman pertamanya mencicipi nanas, hingga masa-masa canggung saat pubertas.
Namun, perjalanan ini ternyata bukan hanya soal nostalgia. Hubungannya dengan Toshio, sepupu jauh dari pihak ipar, perlahan berkembang menjadi lebih dalam, membuat Taeko kembali mempertanyakan arah hidup dan masa depannya.
Musim panas memang sering identik dengan momen refleksi dan kenangan manis masa lalu. Saat libur panjang tiba, banyak orang memanfaatkannya untuk rehat dari kesibukan dan menyusun ulang prioritas hidup.
Only Yesterday menangkap aspek tersebut dengan memadukan rasa nostalgia dan kegamangan emosi yang kerap muncul di tengah pencarian jati diri.
Ini adalah tontonan yang ringan, hangat, sekaligus menyentuh, cocok untuk kamu yang ingin menikmati sisi melankolis musim panas.
2. When Marnie Was There (2014)

Disutradarai oleh Hiromasa Yonebayashi, film When Marnie Was There diadaptasi dari novel klasik karya Joan G. Robinson yang terbit pada 1967.
Ceritanya mengikuti Anna Sasaki, gadis 12 tahun yang dikirim berlibur ke daerah pesisir setelah mengalami serangan asma.
Demi kesehatannya, orang tua angkat Anna memutuskan untuk menitipkannya pada kerabat yang tinggal di sebuah desa kecil dekat laut.
Di sana, Anna menjalani hari-hari musim panasnya dengan tenang, hingga suatu hari ia menemukan rumah tua misterius yang tersembunyi di tengah rawa asin.
Petualangannya di tempat itu membawanya bertemu dengan seorang gadis berambut pirang bernama Marnie. Keduanya pun menjalin pertemanan yang cepat akrab, namun perlahan, Anna mulai menyadari bahwa Marnie mungkin bukanlah gadis biasa.
Seperti kebanyakan film Ghibli lainnya, When Marnie Was There menghadirkan lanskap visual yang indah dan menenangkan—mulai dari langit senja, padang rumput, hingga hamparan laut.
Film ini juga berhasil menangkap sensasi eksplorasi yang khas di musim panas: rasa ingin tahu yang bebas dan tanpa beban, yang sering kali hanya kita rasakan saat liburan.
Hubungan Anna dan Marnie pun menggambarkan manisnya persahabatan musim panas—hangat, mengesankan, namun menyimpan rasa getir karena kita tahu semuanya tak akan bertahan lama.
3. Howl's Moving Castle (2004)

Disutradarai oleh Hayao Miyazaki dan diadaptasi dari novel karya Diana Wynne Jones, Howl's Moving Castle adalah salah satu mahakarya Studio Ghibli yang kini dianggap sebagai film klasik modern.
Film ini mengikuti kisah Sophie, seorang gadis pembuat topi yang suatu hari bertemu penyihir tampan bernama Howl. Pertemuan itu membuatnya terkena kutukan dari Witch of the Waste yang mengubah tubuhnya menjadi wanita berusia 90 tahun.
Demi mencari cara untuk mengembalikan wujudnya, Sophie pun nekat menyusup ke kastil berjalan milik Howl dan menyamar sebagai petugas kebersihan.
Namun semakin lama ia tinggal di sana, Sophie justru semakin mengenal sisi-sisi lain dari Howl. Tanpa disadari, ia juga ikut terjun dalam konflik besar yang tengah mengguncang negeri mereka.
Visual dalam film ini sangat memanjakan mata, mulai dari kastil berjalan yang mekanis dan absurd, hingga hamparan bukit hijau yang begitu menenangkan.
Tapi lebih dari sekadar menonjolkan visual, Howl's Moving Castle menyimpan pesan memdalam tentang menemukan jati diri dan berani menjalani hidup sesuai pilihan hati.
Lewat kisah Sophie dan Howl, film ini memberikan afirmasi positif yang cocok ditonton saat musim panas—apalagi buat kamu yang lagi butuh motivasi untuk memulai proyek baru atau ingin lebih mengenal diri sendiri.
4. My Neighbor Totoro (1988)

Kalau bicara soal film ikonik dari Studio Ghibli, My Neighbor Totoro mungkin jadi yang paling melekat di benak banyak penonton.
Disutradarai langsung oleh Hayao Miyazaki, film ini mengisahkan Satsuki dan Mei, dua kakak-beradik yang harus pindah ke sebuah rumah tua di desa demi lebih dekat ke rumah sakit tempat sang ibu dirawat.
Rumah barunya jauh dari kata nyaman—tua, penuh debu, dan menyimpan banyak misteri. Tapi justru dari situlah kisah ajaib ini dimulai.
Suatu ketika, mereka berjumpa dengan sosok roh hutan Totoro. Dari naik bus kucing sampai terbang di atas pepohonan, petualangan magis bersama Totoro membuat masa sulit mereka terasa lebih ringan dan penuh harapan.
Setting pedesaan Jepang yang jadi latar cerita ini terasa begitu hidup. Setiap adegan, mulai dari hamparan sawah hingga hutan magis tempat Totoro tinggal, digambarkan dengan sentuhan visual yang memanjakan mata.
Nggak heran kalau film ini cocok ditonton saat musim panas karena mampu membangkitkan rasa ingin bermain di alam, menjelajah, dan menemukan ketenangan lewat hal-hal sederhana.