Ulasan Buku 'Potret Seorang Penyair Muda sebagai si Malim Kundang'

Candra Kartiko | Fachry Fadillah
Ulasan Buku 'Potret Seorang Penyair Muda sebagai si Malim Kundang'
Buku Potret Seorang Penyair Muda sebagai si Malin Kundang. (Dok. Pribadi/Fachry Fadillah)

Siapa yang tak mengenal Goenawan Mohamad? Bagi kalian yang gemar membaca karya-karya sastra Indonesia khususnya karya-karya sajak, kalian pasti mengenal tokoh yang satu ini. Goenawan Mohamad atau yang memiliki nama lengkap Goenawan Soesatyo Mohamad lahir di Kabupatan Batang, Jawa Tengah, pada 29 Juli 1941.

Beliau adalah seorang sastrawan, budayawan, dan salah satu jurnalis pendiri Majalah Tempo. Sebagai seorang sastrawan, tentu beliau sudah banyak melahirkan karya-karya sastra yang bermutu tinggi, di antaranya adalah karya-karya sastra yang berupa sajak, esai, serta laporan jurnalistik yang bersifat sastrawi.

Dalam kesempatan kali ini, saya akan membahas salah satu jenis karya sastra yang paling sering beliau geluti, yaitu esai, dalam salah satu buku kumpulan esainya yang berjudul Potret Seorang Penyair Muda sebagai si Malin Kundang, yang merupakan buku kumpulan esainya yang pertama. Mari kita simak ulasannya.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Mengenal Senapan SP-1, Senapan Pertama Buatan Indonesia yang Terlupakan

Potret Seorang Penyair Muda sebagai si Malin Kundang adalah sebuah buku kumpulan esai karya Goenawan Mohamad yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1972 oleh penerbit Pustaka Jaya.

Kendati pun baru diterbitkan pada tahun 1972, esai-esai dalam buku tersebut sebenarnya sudah ditulis oleh Goenawan Mohamad ketika beliau masih berusia sembilan belas tahun, atau pada sekitar awal tahun 60-an, ketika Indonesia sedang mengalami kegamangan politik.

Dalam buku kumpulan esai Potret Seorang Penyair Muda sebagai si Malin Kundang, terdapat empat belas esai yang masing-masing menceritakan perjalanan dan kegelisahan sang penulis ketika hendak dan telah menjadi penyair, seperti misalnya kegelisahannya terhadap dirinya yang kian melupakan bahasa daerahnya, maka dari itulah dia disebut durhaka (si Malin Kundang); atau kegamangannya terhadap kesusastraan Indonesia di tengah-tengah situasi politik di negerinya yang kian memanas pada dasawarsa 60-an.

Hal yang menarik dalam buku kumpulan esai Potret Seorang Penyair Muda sebagai si Malin Kundang adalah penggunaan sudut pandangnya. Meskipun sang penulis menceritakan tentang dirinya sendiri, tetapi dalam buku tersebut sang penulis seakan-akan menceritakan orang lain.

Hal itu dikarenakan sang penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga sebagai pelaku utamanya. Selain itu, hal yang menarik dalam buku kumpulan esai Potret Seorang Penyair Muda sebagai si Malin Kundang adalah adanya pembahasan mengenai sejarah, kesusastraan, dan geografi.

Baca Juga: Ulasan Novel 'The School For Good And Evil 1', Murid yang Tertukar

Akan tetapi, dalam buku kumpulan esai Potret Seorang Penyair Muda sebagai si Malin Kundang bahasa yang digunakan cenderung sukar dipahami.

Kendati pun demikian, apa yang hendak disampaikan oleh sang penulis buku kumpulan esai tersebut masih bisa dimaknai, selama para pembaca masih bersedia untuk membaca ulang beberapa kalimat untuk mendapatkan makna yang lebih dalam lagi. 

Nah, itu dari merupakan sedikit ulasan mengenai sebuah buku kumpulan esai karya Goenawan Mohamad yang berjudul Potret Seorang Penyair Muda sebagai si Malin Kundang. Adapun ulasan ini merupakan ulasan saya pribadi, berdasarkan buku tersebut.

Menurut saya, buku tersebut amat bagus dibaca bagi kalian yang gemar membaca esai-esai tentang pemikiran-pemikiran para intelektual, khususnya di bidang sejarah dan kesusastraan. Baik, itu saja yang ingin saya sampaikan, kurang dan lebihnya saya ucapkan permohonan maaf. Sekian dari saya, dan terima kasih. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak