3 Perilaku Manusia saat Marah Menurut Psikologi

Hernawan | Bagus Sudewo
3 Perilaku Manusia saat Marah Menurut Psikologi
Ilustrasi Marah (Pexels/Liza Summer)

Kemarahan adalah emosi yang bisa dialami setiap orang dari waktu ke waktu. Kemarahan dapat disebabkan oleh rasa lelah, stres, jengkel atau terancam bahaya.

Kita mungkin mengeluarkan reaksi yang beragam saat marah, namun psikolog melihat beberapa perilaku yang sering muncul. Inilah 3 pendekatan yang sering diambil manusia dalam menghadapi rasa marah menurut psikologi.

BACA JUGA: Bye-Bye Bokek! Ini 4 Hobi Biasa yang Bisa Datangkan Cuan Luar Biasa

1.  Mengungkapkan

Ilustrasi Mengekspresikan Kemarahan (Pexels/Vera Arsic)
Ilustrasi Mengekspresikan Kemarahan (Pexels/Vera Arsic)

Untuk bertahan hidup, amarah diperlukan. Kemarahan adalah cara alami dan naluriah untuk mengekspresikan emosi. Kemarahan adalah respons adaptif terhadap ancaman. Marah mendorong perasaan dan perilaku intens yang membantu kita dalam membela diri. Oleh karena itu, kemarahan dalam jumlah tertentu diperlukan untuk kelangsungan hidup kita.

Mengutip dari Psychology Today, manusia mengambil dua jalan dalam mengekspresikan kemarahan yaitu, secara agresif atau secara asertif. 

Menjadi agresif berarti Anda tidak memiliki kendali diri untuk menahan diri. Kemarahan yang agresif biasanya diungkapkan hanya melalui kata-kata keras, memaki, dan menyindir. Kemarahan yang sifatnya agresif didefinisikan oleh keinginan langsung untuk menyerang secara fisik siapa pun atau apa pun yang membuatnya terganggu. Tak jarang, kemarahan ini menyalahkan orang lain atas masalahnya dan mencari seseorang untuk disalahkan.

Mengekspresikan perasaan marah Anda dengan asertif adalah cara tersehat untuk mengungkapkan kemarahan. Asertif berarti tidak mudah terprovokasi. Dalam melakukan ini, kita memperjelas apa kita butuh kan, dan bagaimana memenuhinya, tanpa menyakiti orang lain. Bersikap asertif berarti tidak memaksa atau menuntut yang berarti menghormati diri sendiri dan orang lain. Pada kemarahan ini, Anda berniat untuk memecahkan masalah dan mengakhiri konflik tanpa melukai kebutuhan atau hak siapa pun.

2. Menangkan Diri

Ilustrasi Menenangkan Diri (Pexels/Kelvin Valerio)
Ilustrasi Menenangkan Diri (Pexels/Kelvin Valerio)

Kemarahan dapat dialihkan atau diubah dengan berfokus pada sesuatu yang positif saat kita berhenti memikirkannya. Kita tidak bisa mengendalikan orang dan situasi yang membuat kita marah. Dalam pendekatan ini, kita perlu berfokus untuk mengendalikan amarah kita.

Erin Engle, PsyD, seorang psikolog dari Columbia University Medical Center, memberikan panduan tentang hal yang bisa kamu lakukan untuk menenangkan amarah, di antarannya

  1. Bercakap dengan orang yang dapat membantu Anda menenangkan diri. Berbicara dengan seseorang yang dapat memberikan dukungan dan memberi Anda perspektif yang berbeda dapat membantu menenangkan amarah.
  2. Menulis tentang perasaan amarah Anda. Menulis tentang apa yang membuat Anda marah dan bagaimana Anda merasa dapat membantu mengeluarkan perasaan negatif tersebut.
  3. Melakukan olahraga atau aktivitas fisik. Olahraga atau melakukan aktivitas fisik dapat membantu mengeluarkan energi negatif dan menenangkan pikiran.
  4. Mencoba teknik relaksasi seperti meditasi atau latihan pernapasan. Teknik-teknik ini dapat membantu Anda menenangkan pikiran dan mengurangi tingkat stres.
  5. Mencoba untuk memahami sumber dari amarah Anda. Mencari tahu apa yang sebenarnya membuat Anda marah dapat membantu Anda mengelola perasaan tersebut dengan lebih baik.

3. Menekan dan Memendam

Ilustrasi Memendam Emosi (Pexels/Evelyn Chong)
Ilustrasi Memendam Emosi (Pexels/Evelyn Chong)

Kemarahan bisa berbahaya jika dipendam. David Klemanski, PsyD, MPH, seorang psikolog dari Yale Medical, menyatakan bahwa kemarahan yang dipendam dapat menyebabkan masalah lain muncul. Ini karena kurangnya ekspresi yang berkepanjangan dapat menyebabkan ekspresi agresi yang tidak sehat, seperti perilaku pasif agresif. Ini terjadi ketika seseorang tidak menjelaskan dirinya kepada orang lain secara langsung. Pribadi yang sering memendam emosi tampak selalu sinis dan bermusuhan. Dari sisi kesehatan, kemarahan yang dipendam ke dalam diri juga dapat menyebabkan hipertensi, tekanan darah tinggi, atau depresi.

Dari pendekatan dalam menghadapi kemarahan yang telah dijelaskan para psikolog, memendam emosi adalah hal yang buruk. Maka, kita hanya perlu berkepala dingin dan mengungkapkannya secara asertif.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak