Anda yang baru terjun di dunia sastra, dijamin sedikit kebingungan jika langsung membaca karya-karya dalam buku kumpulan cerpen Mata Penuh Darah ini. Sebab, cerpen-cerpen di dalamnya berdosis tinggi dan barangkali target pasarnya adalah mereka yang sudah lama kecimpung di semesta sastra.
Buku cerpen satu dekade Shira Media ini benar-benar penuh misteri, satir, sarat metafora, mengemukakan tanda-tanda, dan lain sebagainya, sehingga pembaca perlu mengerutkan dahi untuk bisa menyelami rangkaian kisah dan mengambil kesimpulan dalam setiap cerita.
BACA JUGA: Ulasan Novel 'Sebiru Safir Madagascar', Mimpi Seorang Gadis Kecil yang Miskin
Cerpen kaleng-kaleng tidak akan ada di dalam buku ini. Lihat saja para penulisnya! Agus Noor, Bernard Batubara, Eko Triono, Ken Hanggara, Faisal Oddang, Adam Yudhistira, Wi Noya, Ahmad Ijazi H, dan penulis terkenal lainnya. Mereka merupakan penulis-penulis senior yang karyanya telah berhamburan di berbagai media. Maka tak ayal, karya-karya yang mereka tulis di dalam buku ini adalah karya terbaik mereka.
Untuk membuktikan bahwa cerpen-cerpen ini bergizi berat, mari simak sebagian ceritanya!
Cerpen pertama karya Faisal Oddang bertajuk Mata Penuh Darah: Dua Peristiwa, 1966-2033. Cerita ini mencoba memahami perihal yang selama ini disembunyikan sejarah. Karakter fantasi menjadi ciri khas utama kisah futuristik ini. Pada tahun 1966 terdapat surat penting yang tidak pernah dibaca oleh presiden. Hanya tahu kop suratnya, belum tahu isinya, tahu-tahu sudah dibakar. Tidak lama setelah surat itu dibakar, terjadi kekacauan di mana-mana.
Lalu tahun 2033 tiba saatnya mantan presiden yang sudah meninggal itu mayatnya diculik lalu jantung dan hatinya disuntik serum. Setelah mayatnya hidup kembali, para rakyat mulai menghakimi presiden. Sebagai hakim dalam persidangan tersebut, Hanenda Suroso menyodorkan dua amplop kepada mantan presiden. Amplop pertama berisi kutipan al-Qur'an surah az-Zalzalah ayat 6-8. Dan amplop kedua berisi foto-foto hasil perbuatannya di masa lalu, kemudian ia tiba-tiba mual mencium aroma tubuhnya yang anyir.
Setelah terbukti bersalah, mantan presiden itu tetap tidak mengaku salah dan tidak sudi meminta maaf. Akhirnya, jasad mantan presiden tersebut diawetkan di Museum Negara sebagai pelajaran.
Berikut kutipan perkataan hakim dalam persidangan itu:
"Sekarang tahun 2033, dan rakyat juga sidang, sepakat bahwa hukuman terbaik bukan kekerasan apalagi pembunuhan, melainkan pembelajaran. Karena itu, tubuh Anda akan kami awetkan dan kami simpan di Museum Negara, meski jiwa Anda tetap hidup. Sebagai pelajaran."
BACA JUGA: 5 Universitas Terbaik di Dunia Favorite Mahasiswa Indonesia
Ini baru satu cerita, masih ada 17 cerita lain di dalam buku ini yang tentunya juga menarik. Namun, seperti di awal telah saya katakan, cerita-cerita yang termuat di dalam buku ini bukanlah sembarang cerita, tapi cerita bergizi tinggi yang butuh konsentrasi penuh untuk bisa memahaminya. (*)
-------------------------------------
Identitas Buku
Judul: Mata Penuh Darah
Penulis: Faisal Oddang, dkk
Penerbit: Shira Media
Cetakan: I, April 2018
Tebal: 206 halaman
ISBN: 978-602-6657-98-4