Eksibionisme merupakan jenis penyimpangan seksual yang membuat seseorang memiliki dorongan untuk menunjukkan organ intimnya kepada orang lain tanpa persetujuan orang tersebut. Eksibionisme umumnya terjadi pada pria dewasa. Namun pada beberapa kasus wanita juga bisa terkena penyimpangan seksual ini.
Orang dengan penyimpangan seksual eksibisionisme akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan secara seksual ketika memperlihatkan bagian tubuhnya kepada orang tak dikenal, tanpa memperhatikan situasi dan kondisi di sekitarnya. Pelaku eksibisionis juga semakin bergairah ketika korbannya menunjukkan reaksi jijik ataupun takut, seperti dilansir pada laman Psychology Today.
Ada beberapa penyebab seseorang mengalami gangguan eksibionisme, melansir dari laman MSD Manual Consumer Version, berikut tiga di antaranya.
1. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis yang berkaitan dengan eksibionisme umumnya berasal dari sikap anti sosial, kecanduan alkohol, hiperseksualitas, dan pedofilia.
2. Trauma Masa Lalu
Penelitian menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki riwayat pelecehan seksual dan emosional saat masa kanak-kanak, serta disfungsi keluarga dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan eksibisionisme di masa mendatang.
Perilaku menyimpang ini kemudian menjadi bentuk mekanisme (coping mechanism) untuk mengatasi trauma akibat pelecehan seksual yang pernah terjadi sebelumnya.
BACA JUGA: 5 Manfaat Tomat Ceri untuk Kesehatan, Salah Satunya Bisa Atasi Sembelit
3. Gangguan Kepribadian
Seseorang yang memiliki masalah dengan kepribadian, seperti narsistik, kontrol diri yang buruk, serta dorongan seksual yang terlalu tinggi juga dapat meningkatkan potensi terjadinya gangguan eksibionisme ini.
Pasalnya, orang-orang dengan eksibionisme memiliki keinginan untuk diperhatikan dan dikagumi oleh orang lain meski dengan cara yang salah.
Melansir dari laman Good Therapy, Seseorang dengan gangguan eksibionisme juga memiliki tanda dan gejala yang mudah dikenali selain memamerkan alat kelamin secara langsung, yakni dengan mengangkat rok saat tidak mengenakan pakaian dalam, mengekspos tubuh pasangan agar dilihat orang lain, sengaja menunjukkan aktivitas seksual (masturbasi atau berhubungan intim) di depan orang lain, atau melakukan phone sex tanpa persetujuan orang tersebut demi memperoleh kepuasan seksual.
Untuk mengatasi penyimpangan seksual eksibionis ini, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Mulai dari psikoterapi dengan jenis cognitive behavioral therapy (CBT) untuk mengetahui akar masalah yang memicu penyimpangan seksual, konseling kelompok antar sesama penderita eksibionisme, dan penggunaan obat-obat tertentu untuk menurunkan libido yang terlalu tinggi. Sebuah studi dari jurnal Cochrane menjelaskan, bahwa terapi obat antidepresan mampu menurunkan libido dan menunda orgasme dengan efektivitas yang mencapai 60 hingga 70 persen.
Itulah tadi pembahasan tentang penyimpangan seksual eksibionisme. Semoga bermanfaat!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS