Salah satu penulis favorit saya adalah Damhuri Muhammad. Ia lahir di Sumatera Barat pada 1 Juli 1974. S-1 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol Padang (1997), lalu menyelesaikan S-2 Program Studi Ilmu Filsafat di Universitas Gadjah Mada (2001).
Selain menulis artikel, esai sastra, resensi buku, dan menyunting naskah terjemahan, Damhuri Muhammad juga banyak menulis cerita pendek. Di antara buku antologi cerita pendeknya berjudul LARAS. Cerpen Laras ini terpilih sebagai nominasi ke-2 dari lima nominasi karya terbaik pada Sayembara Menulis Cerpen se-Indonesia yang diselenggarakan dalam rangka Ulang Tahun Harian Lampung Post pada Agustus 2004.
Dalam buku antologi cerita pendek Laras ini, terdapat salah satu cerpen yang cukup menarik, berjudul Sayembara Menulis Surat Cinta. Tersebutlah Mustajab seorang sarjana muda yang tidak ingin pulang ke kampung halamannya lantaran belum mempunyai pekerjaan. Seperti yang sudah-sudah, jika seorang sarjana pulang ke rumahnya namun tidak ada pekerjaan, maka ia akan diolok-olok sebagai pengangguran.
Selama menunggu pekerjaan yang pasti, Mustajab bekerja dengan menulis. Tidak hanya karya ilmiah, esai, dan cerita pendek yang ia tulis, tetapi juga surat cinta. Surat cinta yang ditulis Mustajab betul-betul mampu mengubah perasaan seseorang. Yang semula benci jadi cinta dan yang awalnya bermusuhan jadi saling menyayangi.
Robert yang sudah di ambang penceraian, namun tidak ingin kehilangan Annelia, istrinya, meminta Mustajab untuk menuliskan surat untuknya. Akhirnya, keduanya semakin rukun, hangat dan harmonis. Begitu pula dengan Tante Astuti, perawan tua berusia 38 tahun, yang jatuh cinta kepada Joe, mahasiswa tingkat akhir berusia 23 tahun, yang bertubuh kekar dan atletis. Berkat bantuan surat cinta garapan Mustajab, Joe bertekuk-lutut di pangkuan Tante Astuti.
Lalu, saat memperingati ulang tahun kemerdekaan, pemerintah kota mengadakan sayembara menulis surat cinta, sebab pemerintah ingin mengetahui seberapa besar rasa cinta masyarakat terhadap bangsa dan negaranya. Namun, tak satupun yang menjadi pemenang. Padahal, Astuti dan Robert juga ikut dengan mengirimkan surat cinta buatan Mustajab.
Saat keduanya mencurahkan hati kepada Mustajab perihal keganjalan tersebut, Mustajab menjawab, masyarakat kota sudah kehilangan rasa cinta. Jadi, mana mungkin mereka bisa menulis surat cinta dan berharap menjadi juara.