Nasi Jagung Banyuanyar Probolinggo, Tetap Terkenang Walau KKN Telah Usai

Hayuning Ratri Hapsari | Desyta Rina Marta Guritno
Nasi Jagung Banyuanyar Probolinggo, Tetap Terkenang Walau KKN Telah Usai
Nasi Jagung Banyuanyar (Dokumentasi Pribadi/Desyta Rina Marta Guritno)

Secara umum, makan nasi jagung mungkin bukan suatu hal hang istimewa, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di desa. Namun, di momen KKN kemarin saya menemukan variasi lain dari yang biasa saya makan.

Sewaktu KKN saya ditempatkan di sebuah daerah yang letaknya lumayan jauh dari kota, namanya Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo.

Uniknya dari KKN saya adalah selain menjalankan proker dan berkunjung ke daerah baru, saya juga mengenal kuliner yang enak-enak.

Kalau di daerah lain makanan khas sehari-harinya adalah nasi pecel, nasi campur, atau bubur ayam, di Banyuanyar sana terkenal dengan nasi jagungnya.

Pertama kali mencoba nasi jagung di Banyuanyar ini adalah saat saya ikut mendampingi latihan lomba paduan suara ibu-ibu PKK di sana, konsumsinya kami dipesankan nasi jagung berapa puluh bungkus yang kemudian dimakan bersama.

Nasi Jagung Banyuanyar

Nasi Jagung Banyuanyar (Dokumentasi Pribadi/Desyta Rina Marta Guritno)
Nasi Jagung Banyuanyar (Dokumentasi Pribadi/Desyta Rina Marta Guritno)

Nasi jagung yang biasa saya temui didampingi dengan lauk berupa urap-urap, tumis daun pepaya, balado terong, serta tempe tahu.

Kalau di sini beda, lauknya adalah sayur komag (sejenis kacang-kacangan yang dimasak lodeh), tempe tahu masak kuning, sayur kelor, dan sambal bawang.

Bagi orang yang belum terbiasa, rasa nasi jagung yang satu ini sangat ramah di lidah ksrena seperti makan nasi pada umumnya, ditambah dengan lauk yang gurih gurih pedas, lebih cocok lagi kalau dimakan selagi masih hangat.

Nasinya lebih empuk dan pulen, biji jagungnya juga lebih banyak, makan satu bungkus pun jadi tidak begah.

Meskipun bukan makanan mewah dan mahal, rasa nasi jagung Banyuanyar itu meninggalkan kesan di hati saya dan teman-teman, bagaimana makanan itu jadi penyelamat ketika saya lapar tiba-tiba dan stok makanan sudah habis.

Harganya murah meriah yakni Rp5000 saja, tentu cocok dengan kantong mahasiswa seperti kami yang sedang merantau di kota orang.

Kalau dikira-kira, mungkin hampir setiap hari saya dan teman-teman beli nasi jagung ini. Entah untuk dimakan sendiri atau saat ada acara tertentu.

Sampai saat ini, cita rasa sederhana dan nikmat dari nasi jagung tadi selalu mengingatkan dengan kenangan selama di Banyuanyar dan membuat saya ingin kembali ke sana.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak