Buku "Helping Children with Sight Loss," mengulas tentang membangun kesetaraan pendidikan bagi anak-anak yang mengalami hambatan atau kehilangan fungsi penglihatan
Pada halaman pendahuluan ditulis tentang definisi mata sebagai organ pendeteksi cahaya untuk memberikan pengertian tentang melihat. Dalam tinjauan medis, beberapa penyakit mata seperti glaucoma, diabetic retinopathy, retinal detachment, retinitis pigmentosa, trachoma, dan katarak dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau kehilangan fungsi penglihatan seseorang sehingga diperlukan upaya pengobatan.
Buku ini menekankan pada tinjauan fungsional yakni berkurangnya interaksi sosial dari anak-anak akibat kehilangan fungsi penglihatan sehingga diperlukan upaya untuk membantu mengoptimalkan potensi belajar auditif mereka melalui latihan pengalihan fungsi indra.
Menurut penulis, Dra. VL Mimi Mariani Lusli, M.Si., M.A., karena anak-anak yang mengalami hambatan atau kehilangan fungsi penglihatan memiliki ingatan, pemahaman ilustratif, dan kemampuan berpikir asosiatif, sama seperti anak-anak dengan penglihatan normal maka mereka harus membekali dirinya dengan keterampilan komunikasi, orientasi dan mobilitas, serta membaca dan menulis.
Pengembangan keterampilan orientasi dan mobilitas diberikan agar mereka memiliki kemampuan bergerak sesuai tujuan yang dikehendaki dengan memanfaatkan indra yang masih berfungsi. Pengembangan keterampilan orientasi dan mobilitas dilakukan dengan menerapkan Sighted Guide Technique dan Cane Technique.
Sighted Guide Technique mengajarkan kepada kita tentang cara berkomunikasi dengan mereka melalui salam, sapa, dan sentuh, sebelum memberikan bantuan sekaligus mengajarkan tentang bagaimana mereka harus memberikan respons. Dalam teknik ini diajarkan pula tentang cara berjalan berdampingan dengan mereka ketika melakukan mobilitas di dalam ruangan, luar ruangan, pusat keramaian, jalan sempit, naik dan turun anak tangga, eskalator, naik kendaraan, dan segala medan yang ada di sekitar lingkungannya.
Cane Technique diajarkan kepada mereka agar dapat melakukan mobilitas secara mandiri menggunakan alat bantu tongkat putih_ berbahan aluminium ringan dan lentur_melalui latihan bersama pendamping untuk mengenal landmark pada setiap medan yang dilalui secara berkala dan kontinyu sampai akhirnya mereka bisa menjadi familiar dengan lingkungan. Materi belajar orientasi dan mobilitas juga menganjurkan tentang pentingnya aksesibilitas sebagai bentuk dukungan bagi mereka agar dapat melakukan navigasi dengan nyaman dan aman.
Buku setebal 128 halaman yang dicetak oleh penerbit Mimi Institute, Jakarta, Indonesia, 2009 ini juga dilengkapi dengan pengenalan dan panduan untuk membantu orang tua, pendamping, atau pembaca agar dapat menemani anak-anak yang mengalami hambatan atau kehilangan fungsi penglihatan ketika belajar membaca dan menulis menggunakan huruf braille.
Pada halaman ini dituliskan tentang perjuangan Louis Braille melakukan penelitian dan modifikasi terhadap enam titik timbul yang dikenal dengan karakter braille, menciptakan papan tulis berengsel yang dinamakan reglete, dan membuat pena berupa paku bertangkai yang dinamakan stylus sehingga Louis Braille, anak-anak, dan semua orang yang mengalami hambatan atau kehilangan fungsi penglihatan bisa membaca dan menulis dengan huruf braille. Pada tahun 1901, karakter braille dikenalkan di Indonesia dengan berdirinya Blinden Institute di Bandung, Jawa Barat.