"Jin Khodam" film horor Indonesia yang menghadirkan akting bagus dari Boy Hamzah hingga Ray Sahetapy, yang disutradarai Tema Patrosza dan Dedy Mercy, seakan-akan menciptakan atmosfer mencekam dalam karya mereka, yang perdana tayang di bioskop Tanah Air pada 25 Mei 2023. Dengan dukungan dari Mercusuar Films dan 786 Production, setelah melewati proses editing akhirnya berdurasi 87 menit.
Kisahnya berkaitan dengan Bagas (Boy Hamzah) yang sudah lama di pondok, pulang kampung. Dia berniat menghidupkan kembali kegiatan keagamaan dan memulihkan norma sosial yang hilang. Ditemani sahabatnya, Ayu (Haviza Devi Anjani), dan Hadi (Azul Pratama), Bagas menghadapi pertentangan ekstrem dari Wirya (Ray Sahetapy), tokoh kaya dan berpengaruh di kampung. Wirya dan anak buahnya sepakat menghilangkan Bagas.
Bagas diserang dan mayatnya dibuang di sungai. Kejutan datang saat shalawat Asyghil terdengar dari masjid, biasanya dinyanyikan Bagas menjelang azan subuh. Bagas yang seharusnya sudah mati, mendadak muncul hidup kembali, membawa teror dengan sepeda dan belnya, lalu menakuti mereka yang pernah menyakitinya.
Ulasan:
Awalnya, aku sempat ragu untuk menonton film ini karena poster yang sangat nggak menarik. Iya, posternya dari pandanganku sangat nggak memikat minat calon penonton, terlihat begitu nggak menggoda dan membuatku enggan. Namun, ketika aku akhirnya memutuskan untuk memberinya kesempatan, ternyata, isi film ini jauh lebih baik daripada kesan yang diberikan oleh posternya yang ambigu.
Plot film ini berjalan dengan mulus, memberikan pengalaman yang menyenangkan saat diikuti. Aku merasa terhubung dengan alur ceritanya dan nggak kecewa dengan perkembangannya. Meskipun posternya nggak jelas, tetapi plotnya berhasil mengejutkanku secara positif. Plotnya menggali ke dalam dunia supranatural dengan kisah seram yang menjelajahi hubungan manusia dengan jin dan khodam. Kombinasi elemen horor khas Indonesia dan talenta papan atas membuat "Jin Khodam" menjadi pengalaman sinematik yang oke. Oh, iya, jumpscare di film ini nggak berlebihan, terkesan muncul menyesuaikan momen.
Film ini juga menghadirkan nuansa religi yang sangat kental. Ini bukan sekadar film horor biasa, melainkan horor religi yang menonjolkan nilai-nilai keagamaan. Namun, sejujurnya terasa terlalu menggurui penonton. Penggunaan elemen religi seakan dipaksakan untuk menyampaikan pesan dakwah, membuatnya terkesan agak berlebihan dan kurang lekat dengan alur cerita.
Dari segi visual, film ini cukup bagus meskipun nggak mencapai tingkat yang luar biasa. Penggunaan setting yang sudah ada dan memang indah, memberikan kepuasan estetis, tetapi terkadang kurang menciptakan kesan yang benar-benar spektakuler. Meskipun demikian, visual yang baik tetap mendukung pengalaman menonton.
Dengan berbagai pertimbangan , aku memberikan skor 6,5/10 untuk film ini. Film ini berhasil membuktikan bahwa penilaian dari sekadar poster nggak selalu mencerminkan kualitas sebenarnya. []