Novel Makhluk Tuhan Paling Katrok! merupakan karya dari Netty Virgiantini dan diterbitkan pertama kali oleh Elex Media Komputindo (2011). Dilabeli sebagai novel komedi remaja, novel ini berpusat di kehidupan seorang remaja bernama Neyla di sebuah SMA favorit dengan segala tingkah katroknya.
Sekolah SMA Nusantara baru saja meningkatkan fasilitas sekolah dengan menambahkan alat pendingin ruangan atau AC di semua kelas. Neyla yang sejak kecil memang tak tahan dingin otomatis mual-mual kena serangan ‘Dewa Angin’. Satu kelas sempat heboh karena menduga Neyla hamil karena bolak-balik muntah.
Berdasarkan hasil rembukan dengan para penghuni Padepokan Kancil 09 alias keluarganya, maka untuk mencegah kejadian yang sama terulang, besoknya Neyla ke sekolah dengan memakai jaket, syal, dan tak lupa membaluri tubuhnya dengan balsam.
Tak butuh waktu lama, anak-anak satu sekolah menjuluki Neyla, Makhluk Tuhan Paling Katrok! Neyla tak peduli dengan julukan tersebut asalkan perutnya tak sakit dan mual-mual lagi. Namun, sebagai gantinya Neyla jadi bolak-balik toilet karena beser.
Suatu kali karena toilet perempuan antre, Neyla yang sudah kebelet lalu pindah ke toilet lelaki. Di salah satu toilet itulah Neyla menemukan seorang anak laki-laki yang sudah bersimbah darah.
Sejak kejadian percobaan bunuh diri tersebut, lelaki yang kemudian diketahui bernama Abi mengikuti Neyla ke mana pun gadis itu pergi. Neyla berkeyakinan, Abi—yang mengenal Agung, kakak dari Neyla—ingin membalas dendam karena sesuatu hal yang pernah dilakukan kakaknya itu kepada Abi.
Jika ada novel absurd yang pernah saya baca, bisa dipastikan novel ini adalah salah satunya. Dari keabsurdan tokoh utamanya yang sering beser bahkan pernah sampai ngompol, sampai keabsurdan keluarga Neyla yang pencinta akut cerita-cerita silat. Setiap anggota keluarga bahkan punya nama alias, seperti Agung yang hobi gonta-ganti pacar digelari Pendekar Pemikat Dara.
Bagian yang saya suka dari cerita ini adalah semua momen antara Neyla dan keluarganya. Diskusi keluarga, rembukan untuk memecahkan masalah, nasihat ayah dan ibu Neyna, semua terasa begitu hangat. Sesuatu hal yang sudah jarang terjadi dalam keluarga.
“Nggak semua yang dibilang ndeso atau ndesit itu memalukan,” ujar Ibu yang baru ikut angkat suara.
“Justru orang-orang ndeso itu selalu identik dengan filosofi hidup rukun, ayem, gotong-royong, apa adanya, sederhana dan nggak neko-neko.” (hlm 50)
“Makanya nggak ada alasan untuk malu. Mau dibilang katrok, ndeso, ndesit atau kampungan sekalipun, dengerin saja. Nggak masalah. Daripada dibilang koruptor kan malah malu-maluin. Sebutan itu lebih hina karena ngembat uang negara dan merugikan masyarakat.” Bapak terlihat lega. (hlm 51)Dari segi konflik, novel ini berkutat di kekatrokan Neyla dan kegerahannya ditempel ke mana-mana oleh Abi. Konflik lainnga disajikan tipis-tipis, dengan kata lain nggak perlu mikir keras untuk membaca novel ini. Cukup nikmati saja drama komedi disertai guyonan khas yang disisipi di setiap adegan, yang merupakan ciri khas novelnya Mbak Netty Virgiantini.