Kafe Gethe Semarang: Bernostalgia di Setiap Rasa

Hernawan | zebadia akbar
Kafe Gethe Semarang: Bernostalgia di Setiap Rasa
Pemilik Serta peracik (Docpribadi/zebadiaakbar)

Menu menjadi komponen wajib di setiap coffeshop. Menu yang diberikan juga harus menarik untuk bisa disajikan kepada pengunjung. Kafe Gethe Semarang adalah salah satu coffeeshop yang menawarkan menu menarik serta memiliki filosofi di baliknya.

Mesin kopi, toples berisikan biji kopi, serta buku menu yang berada di meja barista menandakan selamat datang kepada setiap pengunjung Kafe Gethe Semarang. Di bawah cuaca yang cerah berawan pada sore itu, serta ditambah nuansa klasik, menambah rasa nyaman saat berkunjung di Kafe Gethe Semarang.

Memesan satu cangkir kopi di Kafe Gethe ini tidak memerlukan banyak pertimbangan. Jika ingin merasakan kenikmatan kopi yang berasalkan dari luwak maka langsung memilih kopi mas wali. 

“Menu spesial di sini, kopi mas wali yang bahan dasarnya biji kopi luwak. Kalau mau yang berbahan dasar liberka, bisa memesan kopi mbak wali,” kata pemilik sekaligus peracik, Ari.

Ternyata kopi itu dinamakan mas wali dan mbak wali karena sebelumnya Walikota Semarang beserta istrinya pernah mencoba untuk meminum kopi di kafe gethe. Maka dari itu si pemilik menamakan kopi itu menjadi kopi mas wali dan mbak wali.

Kopi mas wali merupakan kopi dengan biji kopi luwak yang memiliki rasa yang pahit, layaknya pemuda yang diputuskan oleh pasangannya. Kopi mbak wali yang berlandaskan biji kopi liberka yang memiliki rasa manis di awal kemudian pahit di akhir, layaknya ucapan manusia yang manis di awal tapi pahit di akhir. Kopi mbak wali menjadi pilihan yang tepat.

“Tapi jangan dilupakan kopi yang berlandaskan biji arabika, yang kita namakan kopi mas dewan.” kata Ari.

Selain menu kopi mas wali, mbak wali dan mas dewan, terdapat menu yang dispesialkan oleh pemilik Kafe Gethe. Kopi susu kramatjati menjadi andalan untuk anak muda yang tidak suka dengan kopi yang bernuansa pahit. Kopi susu dengan campuran gula aren yang menjadi favorit kalangan muda yang mampir di Kafe Gethe. Kramatjati dijadikan nama untuk menu kopi susu gula aren.

“Kramatjati ini adalah syekh yang berada di Semarang. Kita ambil nama kramatjati supaya tetap mengingat jasa yang sudah diberikan kepada kota Semarang,” ujar Ari.

Selain menyediakan bermacam menu kopi dengan penuh sejarah di baliknya, terdapat juga menu wedangan yang menjadi ciri khas dari kopi gethe ini. Wedangan lawang sewu rempah dan wedang nh dini menjadi menu andalan selain kopi.

“Ada menu selain kopi di sini. Ada juga menu wedangan yang menjadi andalan dari kopi gethe ini. Wedangan lawang sewu rempah dan wedang nh dini," Kata Ari.

Menurut Ari sang pemilik Kafe Gethe, wedang yang pertama dinamakan wedangan lawang sewu karena wedang ini berasalkan rempah-rempah asli dari Semarang serta menginngatkan kepada landmark dari Kota Semarang. 

Kemudian wedang yang kedua dinamakan wedang nh dini dikarenakan kampung sekayu yang menjadi tempat berdirinya Kafe Gethe ini terdapat seorang seniman yang terkenal pada zamannya yaitu NH Dini. Maka dari itu wedang itu diberi nama NH Dini supaya namanya terkenang hingga sekarang.

Tidak hanya menjual menu minuman tetapi juga terdapat menu makanan yang menjadi ciri khas serta sejarah atau filosofi di baliknya. Seperti menu kepatihan yang filosofi di baliknya dulu di kampung tersebut sempat disinggahi oleh kepatihan danurejan. Selanjutnya menu temenggungan yang berisikan telur, cumi, dan udang. Dinamakan temenggungan agar tetap mengenang nama kampung sebelum kampung sekayu.

Ada beberapa ciak atau cemilan yang juga ditawarkan untuk pengunjung kopi gethe, seperti tahu petis sekayoe, cireng gedungsongo, pangsit cagakgendero, dan pisang tanduk goreng. Tidak cuman menu makanan dan menu minuman yang ada sejarah di baliknya, tetapi juga ciak atau cemilannya juga memiliki sejarah atau filosofi. Dinamakan Cireng Gedungsongo agar candi yang berada di Semarang tetap dikenang dan tidak akan hilang.

“Kita juga ada beberapa ciak yang memiliki cerita di baliknya, salah satunya pangsit cagakgendero yang menggambarkan kisah heroic seorang anak muda sekayu ketika melawan jepang,” ujar Ari.

Kafe Gethe ini mendapat antusias tinggi dari seluruh kalangan masyarakat karena dapat bernostalgia dengan bangunan yang kuno dan juga dapat bernostalgia di setiap menu yang ada.

Salah satu pelanggan muda, Desta mengaku suasana serta cita rasa yang khas membuat dirinya bernostalgia serta bisa belajar Sejarah. “Bangunan dan rasa di setiap menu yang ditawarkan membuat berbeda dari yang lain, dan terdapat filosofi dibalik menu yang ditawarkan oleh sang pemilik,” ujar Desta pengunjung Kafe Gethe.

Tetapi, tempat ini tidak disarankan kepada orang-orang yang sedang lapar, yang tidak sabar, dan hanya menggandalkan cashless. Kopi gethe ini tempat yang disarankan untuk orang orang yang sedang bersantai, beristirahat, berkumpul atau srawung, tanpa memikirkan waktu.

Proses pembuatannya harus step-by-step dan hanya Ari sang pemilik yang menjadi peracik menu minuman dan sang istri yang menjadi pemasak dari menu makanan. Kopi gethe ini hanya menerima pembayaran cash, karena tetap menjunjung tradisionalitas agar tetap tidak kehilangan identitas dari Kafe Gethe yang memiliki slogan mangan ora mangan waton kumpul.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak