Situ jomblo? Kebetulan nih ada film Korea unik, berkisah tentang kisah hidup melajang yang pantang buat kamu lewatkan. Apa lagi kalau bukan, Single in Seoul (2023)! Film satu ini kian spesial sebab dibintangi aktor rupawan Lee Dong Wook, yang di kehidupan nyatanya pun nampak masih nyaman hidup membujang.
Dan mungkin gak ya karakter yang dilakoni Lee Dong Wook kali ini sedikit banyaknya related dengan kehidupan pribadinya? Entahlah! Tapi yang jelas, penjiwaan Lee Dong Wook di film ini benar-benar total sehingga mubazir banget buat kamu lewatkan! Lantas bagaimana sih jalan ceritanya?
Single in Seoul berkisah tentang seorang pria lajang bernama Park Yeong Ho (Lee Dong Wook) yang melalui tulisannya ia coba membagikan kehidupan melajang yang penuh kedamaian. Yeong Ho sendiri adalah seorang selebgram yang berhasil memikat warganet lewat unggahan foto estetik yang dibubuhi caption yang menarik.
Yeong Ho juga seorang pengajar sastra, khususnya mengajar sistematika kepenulisan esai. Latar belakang tersebutlah yang membuatnya direkrut oleh perusahaan penerbitan yang tengah menggarap esai tentang kehidupan melajang di Seoul, Korea.
Kesempatan itu pula yang mempertemukan Yeong Ho dengan Joo Hyeon Jin (Im Soo Jung), editor eksentrik yang mampu memporak-porandakan idealisme Yeong Ho yang hendak terus mempertahankan status lajangnya. Namun saat semuanya tampak berjalan baik, cinta pertama Yeong Ho mendadak kembali dalam kehidupan Yeong Ho. Lantas cinta mana yang akan dia pilih? Cinta pertama yang ia curahkan dalam tulisan, atau cinta yang baru saja bertunas di hatinya?
Ulasan Film Single in Seoul
Single in Seoul, film Korea bergenre romansa komedi satu ini memang secara alur cerita bukan yang paling manis ataupun paling kocak dibandingkan dengan film jajarannya. Meski demikian ketika menyaksikannya, saya dibuat relaks sepanjang jalan cerita. Bagaimana tidak?
Tokoh Yeong Ho sebagai pria lajang yang menemukan ketenangan dalam statusnya itu berhasil menyampaikan pesan kalau tak selamanya melajang berarti kesepian. Baginya melajang adalah kesempatan yang lebih besar untuk menjadi diri sendiri dan mencapai kedamaian.
Yeong Ho berpandangan kalau ketika seseorang memutuskan menjalin hubungan, otomatis sepanjang waktu yang dihabiskan bersama pasangan, pastilah diisi dengan sederet upaya penyesuaian, kompromi bahkan kecenderungan untuk mengendalikan sisi diri ataupun pasangan yang tidak disenangi.
Pun dengan kehidupan bersosial, tiada hari yang dihabiskan tanpa berusaha memposisikan diri sesuai peran di masyarakat. Cara Yeong Ho memandang kesendirian ini agaknya mampu memberikan perspektif baru kalau hidup bukan tentang aturan baku yang mesti diikuti oleh semua orang, termasuklah dalam hal asmara.
Meski demikian, film ini juga bukan propaganda ataupun kampanye hidup melajang, justru kisah hidup Yeong Ho ini juga dimeriahkan dengan keindahan romansa saat cinta baru dan cinta lama yang belum usai mendadak hadir dalam satu waktu bersamaan.