Misteri di Balik Hilangnya Seorang Perempuan dalam 'Belenggu Ilse'

Sekar Anindyah Lamase | Rie Kusuma
Misteri di Balik Hilangnya Seorang Perempuan dalam 'Belenggu Ilse'
Cover novel Belenggu Ilse (Doc. Ipusnas)

Novel Belenggu Ilse dibuka dengan adegan tokoh Firas berada dalam sebuah kamar hotel setelah bercinta dengan Ralia, sahabat istrinya. Hal yang membuat saya berpikir bahwa ceritanya akan digiring ke drama rumah tangga.

Namun, novel karya dari seorang Ruwi Meita tentu saja tak sesederhana itu. Penulis yang novel-novelnya sebagian besar bertemakan thriller dan misteri, kali ini pun menyajikan tema yang sama dengan tambahan sedikit unsur komedi.

Novel terbitan Elex Media Komputindo (2019) ini berkisah tentang Ilse, istri dari Firas yang tiba-tiba suatu malam muncul di depan rumah mereka setelah menghilang selama dua tahun. Firas yang baru akan makan malam dengan Ralia langsung membatalkan niatnya.

Selama istrinya menghilang, Firas tak berhenti melakukan pencarian, tapi tak membuahkan hasil. Ketika Ilse kembali muncul, keanehan terjadi.

Ilse tak mengingat masa lalunya. Dia amnesia. Ilse juga berperilaku seperti binatang. Dia makan dan minum langsung dari mulut tanpa menggunakan tangannya dan yakin jika dirinya adalah binatang.

“Aku binatang. Aku nggak punya keluarga. Aku nggak punya masa lalu.”

"Dia melakukannya padaku setiap hari. Jika aku menolak, dia akan menyetrumku, jika aku kelelahan dan tidak bisa berkata-kata, dia akan membunyikan suara planet Saturnus. Setiap hari, setiap waktu, tak pernah istirahat hingga aku meyakini semua yang kuucapkan. Aku melupakan semuanya. Tak terkecuali. Tidak ada yang tersisa. Hidupku sudah hilang. Yang tersisa hanyalah kandang. Aku membencinya sebanyak aku akhirnya mencintai kandang itu." (Hal. 109)

Ilse menolak berbicara, ke mana dia pergi selama ini. Banyaknya bekas luka di tubuhnya menunjukkan bahwa Ilse mengalami penganiayaan.

Ilse juga kerap gelisah, bahkan pernah menelepon pemadam kebakaran karena mengalami ‘visual’ tentang kebakaran yang terjadi di kamarnya.

Di sisi lain, alur cerita juga mengetengahkan tentang sepasang polisi, Saram dan Hana, yang terlibat dalam pengusutan kasus kebakaran rumah di lokasi terpencil di Coban Talun. Penyelidikan tersebut kemudian mengarahkan mereka pada kasus orang-orang yang hilang secara misterius.

Dari hasil investigasi Saram dan Hana dengan bantuan seorang hacker bernama Lukman, terungkaplah adanya situs internet yang membawa mereka pada sosok Hades—sang penguasa dunia bawah dalam mitologi Yunani—dan menuntun sepasang polisi kita dalam jaringan gelap penculikan dan penghukuman terhadap para ‘pendosa’.

Luar biasa! Kesan pertama saya begitu menuntaskan novel ini. Penulis begitu rapi menata tiap-tiap alur cerita sambil menebar petunjuk-petunjuk kecil di sana-sini.

Dalam novel ini juga disisipi petunjuk berupa tulisan dalam kartu pos dari seseorang bernama Piti yang ditujukan untuk seseorang berinisial R. Saya sudah merasa yakin dengan tebakan saya tentang jati diri Piti dan R, tapi saya harus kecewa karena tentu saja itu salah satu dari jebakan yang penulis buat. Wow!

Konflik cukup beragam tak hanya perihal menghilangnya Ilse secara misterius selama dua tahun, tapi juga tentang cyber crime yang berhubungan dengan deep web, dark web, hacker, dan jaringan gelap dunia bawah.

Lalu ada konflik terpendam antara Ilse dan Ralia, sepasang sahabat yang saling membenci tapi juga saling terikat. Keduanya memiliki rahasia gelap masa lalu yang dipegang satu sama lain, menjadi semacam kartu as jika salah satunya sampai berulah.

Dalam novel ini saya menyukai karakter Hana, polisi wanita yang interaksinya dengan sang senior, Saram, membuat jalan cerita tidak melulu menegangkan. Ada beberapa situasi yang terjadi antara Saram dan Hana yang bikin saya senyum-senyum sendiri.

Karakter yang bikin saya sebal, yaitu karakter Firas. Sebagai lelaki, dia tidak punya sikap. Tak bisa bertindak tegas. Dia juga seenaknya menggantungkan perasaan Ralia. Perlakuannya sendiri terhadap Ilse setelah istrinya kembali juga sangat di luar akal sehat.

Saya berharap adanya plot twist di ending cerita, terutama menyangkut jati diri Hades yang saya tebak-tebak sejak kemunculannya. Tapi, ternyata tak ada twist seperti yang saya harapkan.

Namun, sebagai gantinya ada hal yang cukup menggelitik di ‘akhir’ cerita yang ternyata belum berakhir. Sesuatu yang biasanya ada di film-film thriller saat pelaku tertangkap, semua masalah beres, tapi ternyata ada satu adegan di akhir yang membuat kita tak jadi bernapas lega.

Seperti halnya dengan novel ini, saya batal bernapas lega karena adanya satu tokoh menyebalkan yang tampil di penghujung halaman dan menyimpan sebuah rencana.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak