Ulasan Film Voice of Silent, Ajak Kita Mendefinisikan Kembali Baik & Buruk!

Hikmawan Firdaus | Lena Weni
Ulasan Film Voice of Silent, Ajak Kita Mendefinisikan Kembali Baik & Buruk!
Interaksi Penculik dan Korban dalam Film Voice of Silence (IMDb)

Satu lagi film Korea yang bakal buat hati kamu mencelos sewaktu menyaksikannya, apa lagi kalau bukan Voice of Silent! Film yang dibintangi aktor kenamaan Korea, Yoo Ah-in ini berkisah tentang hubungan tidak biasa antara seorang penculik dengan korbannya. 

Kisahnya bermula ketika Tae-in (Yoo Ah-in) dan Chang-bok (Yoo Jae-myung), yang memang biasa bekerja sebagai pembersih TKP dan tukang kubur korban pembunuhan secara ilegal itu mendadak ditugasi untuk menjaga seorang bocah perempuan yang diculik bernama Cho-hee (Moon Seung-A). 

Nantinya, Cho-hee akan dikembalikan ke keluarganya apabila orang tua Cho-hee memberikan uang tebusan kepada bos Tae-in dan Chang-bok. Namun, bukannya menyegerakan pembebasan putrinya, orang tua Cho-hee malah terus mengulur waktu, dan nampak tidak peduli dengan keselamatan putri mereka. Belakangan diketahui Cho-hee dibesarkan oleh keluarga yang menganut sistem patriarki. Sehingga timbul kesan kalau penculikan Cho-hee bukan suatu hal yang mengkhawatirkan bagi keluarganya. 

Sialnya, sebab reaksi tidak terduga keluarga Cho-hee itu, Cho-hee hendak dijual bos Tae-in dan Chang-bok ke tempat perdagangan manusia. Merasa memiliki kedekatan emosional dengan Cho-hee, Tae-in yang tuna wicara itu berjuang sekuat tenaga untuk menyelamatkan Cho-hee dan mengembalikannya ke keluarga. 

Lantas mengapa sih film ini mesti kamu saksikan? Menurut saya, film Voice of Silent bukan sekadar sarana hiburan semata. Terlepas dari plot-nya yang unik, film ini menyajikan hubungan yang tidak biasa antara seorang penculik dengan korbannya, sehingga tokoh penculik di film ini rasanya sulit untuk dilabeli sebagai kriminal. 

Sebagai seorang penculik, Tae-in (Yoo Ah-in) memperlakukan korbannya Cho-hee (Moon Seung-A) dengan sangat baik. Ia menampung Cho-hee berhari-hari, sebab nampaknya orang tua Cho-hee enggan mengusahakan Cho-hee pulang sebab Cho-hee hanya anak perempuan, bukan anak lelaki yang didamba-dambakan. Situasi ini jelas menggambarkan penyimpangan peran sosial yang membuat hati mencelos melihatnya. Dengan demikian, berkat premis yang dibangunnya, film ini cukup berhasil menaik-turunkan emosi penontonnya. 

Hubungan menentramkan hati yang nampak dari interaksi penculik dengan korbannya ini, juga situasi yang mendesak tokoh utama bekerja pada sosok kriminal agaknya bakal membuat kita merenungkan kembali soal definisi manusia baik dan buruk.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak