Novel Evergreen adalah karya dari Prisca Primasari yang diterbitkan oleh Grasindo (2013). Ini merupakan novel ketiga milik penulis yang saya baca, setelah sebelumnya saya merampungkan Heartwarming Chocolate dan French Pink.
Dalam novel Evergreen, tokoh utama kita, Rachel Yumeko River, baru saja dipecat dari Sekai Publishing, tempatnya bekerja sebagai editor yang membawahi novel-novel misteri.
Sebuah kesalahan yang dilakukan Rachel dalam pekerjaannya, meskipun bagi Rachel sepele, nyatanya membuatnya dipecat dan sulit mendapatkan pekerjaan yang sama di kantor-kantor penerbitan lain.
Keempat sahabat Rachel pun menjauh, ketika dia terus-menerus berkeluh kesah pada mereka. Gadis itu kemudian hanya mengurung diri di apartemen berminggu-minggu dan meratapi hidupnya. Rachel bahkan berniat untuk Jisatsu, bunuh diri yang biasa dilakukan orang Jepang agar terhindar dari rasa malu.
Sampai suatu kali, Rachel tak sengaja menjumpai kafe es krim Evergreen yang pernah direkomendasikan Toru Fukada, saat dia melamar pekerjaan di tempat kenalannya itu bekerja. Menurut Fukada, jika berkunjung ke sana, maka suasana hati yang kacau akan membaik kembali.
Rachel mendapati perasaannya memang jauh lebih baik. Kafe Evergreen mengingatkannya pada rumah. Pemiliknya, Yuya, dan para karyawannya yang ramah membuat Rachel betah di sana dan mendatanginya lagi dan lagi.
Yuya, suatu kali mengetahui dari Fumio, karyawannya, perihal Rachel yang ingin bunuh diri. Yuya yang punya pengalaman buruk tentang bunuh diri lalu mengajak Rachel bergabung menjadi bagian dari Evergreen.
Rachel yang awalnya selalu menolak pada akhirnya menerima tawaran Yuya. Di kafe Evergreen-lah, Rachel bertransformasi dari seorang editor menjadi pelayan.
Sifatnya yang selama ini egois dan hanya ingin didengarkan tanpa mau mengerti kesusahan orang lain, perlahan-lahan berubah setelah dia bergabung di Evergreen.
Di kafe Evergreen, Rachel belajar untuk berempati pada teman-temannya. Melalui ‘gathering’, acara bertema kenangan yang diadakan tiap bulan untuk lebih mendekatkan antar-karyawan, Rachel mendapati bahwa kehidupan teman-temannya tak lebih baik dari dirinya.
Rachel jadi mengetahui tentang Toshi, adik Fumio, yang menderita Alzheimer dan perlahan-lahan kehilangan memorinya. Juga tentang ayah mereka yang pergi dan baik Fumio maupun Toshi masih selalu berusaha mencari jejak sang ayah.
Rachel juga lebih mengenal Kari, satu-satunya karyawan di Evergreen yang tak menyukai kehadirannya. Namun seperti halnya Rachel, Kari juga ditinggalkan sahabatnya.
“Persahabatan itu aneh. Sering kali kau tidak menyadari betapa kau sangat membutuhkan sahabatmu. Kau baru menyadarinya ketika mereka melupakanmu. Kau beruntung. Walaupun sahabat-sahabatmu kini menjauh, paling tidak mereka masih mengingatmu.” (Hal. 83)
Membaca novel Evergreen, saya menemukan bahwa cerita ini dikemas dengan gaya bahasa ringan, lugas, dan tak bertele-tele, sehingga saya pun dengan cepat dapat merampungkan novelnya.
Menggunakan latar tempat di Tokyo Jepang, tepatnya di daerah Shibuya, penulis tampaknya telah melakukan riset yang begitu mendetail sehingga dapat menggambarkan atmosfer Jepang dengan sangat baik.
Konflik utama berpusat pada Rachel dan adaptasinya dengan pekerjaan baru, juga konflik dengan sang ayah yang masih belum selesai.
Ditambah lagi dengan sikap aneh Toichiro, pengunjung tetap Evergreen, pada Rachel yang ternyata berkaitan dengan peristiwa yang pernah dilakukan Rachel pada istrinya di masa lalu.
Selain itu ada juga konflik Fumio yang masih mencari-cari keberadaan ayahnya di Tokyo, selain harus menghadapi penyakit adiknya.
Lalu Kari yang berusaha menyelesaikan cosplay Juliet untuk bisa tampil di ajang Tokyo Cosplay Festival seperti janjinya pada Toshi, adik Fumio.
Jika ada kekurangan, itu ada pada font yang digunakan karena ukurannya terlalu kecil dan bukan jenis font standar seperti Times New Roman atau Calibri.
Sebenarnya tidak menjadi masalah karena font-nya cukup manis dan nge-blend dengan nuansa Evergreen, andai saja ukurannya bisa lebih besar.
Secara keseluruhan, kisah dalam novel ini mengajarkan kita tentang pentingnya arti persahabatan, belajar memaafkan, dan berempati pada orang lain, serta menepikan egoisme yang menjauhkan kita dari orang-orang tersayang. Juga berani memperbaiki kesalahan di masa lalu agar tak melulu hidup dalam penyesalan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS