Dalam keseruan dunia hiburan, setiap tahun pasti selalu ada judul series atau film baru. Terkadang kita menemukan tontonan yang mampu menggugah dengan kejutan dan kekuatan ceritanya, tapi bisa juga sebaliknya. Kali ini ada series terbaru Netflix, berjudul: "The Believers".
Series ini merupakan drama kriminal asal Thailand sepanjang 9 episode, yang disutradarai dan dikembangkan kisahnya oleh Wattanapong Wongwan. Para pemeran utama ada: James Teeradon Supapunpinyo (sebagai Win), Peach Pachara Chirathivat (jadi Game), dan Ally Achiraya Nitibhon (memerankan Dear). Series ini tayang perdana di Netflix sejak 27 Maret 2024.
"The Believers" mengikuti kisah tiga pengusaha muda yang terjebak dalam utang setelah usaha mereka gagal. Mereka kemudian menemukan cara untuk memanfaatkan ‘iman dan keyakinan’ seseorang sebagai strategi bisnis yang unik.
Secara cepat, mereka mulai membangun kerajaan kekayaan dan kekuasaan, tetapi seiring perkembangan bisnis mereka, mereka harus menghadapi konsekuensi dari perbuatan mereka.
Dengan campuran antara drama, thriller, dan kritik sosial, series ini menyajikan gambaran yang memprovokasi tentang kompleksitas hubungan antara masyarakat, agama, dan uang.
Ulasan
Terkait Iman dan keyakinan, seringkali digunakan secara bergantian, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan yang halus. Iman merujuk pada kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, terutama dalam konteks agama.
Sementara keyakinan lebih luas dan bisa merujuk pada kepercayaan terhadap sesuatu tanpa terkait langsung dengan agama. Jadi, sementara keduanya sering memiliki makna yang serupa, tetapi ada perbedaan dalam konteks penggunaannya. Dan aku merasa memang ‘keduanya’ terkait erat dengan series ini.
Dalam series "The Believers", para karakter utama menggunakan ‘kepercayaan atau bahkan iman’ seseorang sebagai alat untuk mencapai tujuan keuangan mereka.
Ini berarti, mereka menciptakan ‘sesuatu’ yang mereka klaim akan memberikan manfaat spiritual atau keberkahan kepada orang-orang yang memercayainya. Mereka pun mendapat keuntungan dari pembayaran atau bahkan sumbangsih atas ‘layanan atau produknya’. Begitulah mereka memperlakukan agama sebagai bisnis yang menghasilkan uang.
Namun, seiring perkembangan cerita, mereka mulai menghadapi konsekuensi berupa ‘dilema dan gejolak moral’. Dilema moralnya, mereka menyadari bahwa tindakan mereka telah menyebabkan kerugian bahkan derita bagi orang lain dan mengancam integritas spiritual mereka sendiri.
Dilema moralnya pun memicu konflik internal di antara mereka, di mana mereka harus mempertimbangkan apakah ‘nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral’ mereka lebih penting daripada keuntungan finansial yang mereka dapatkan.
Sedangkan untuk gejolak moralitas, ini tercermin dalam reaksi masyarakat terhadap praktik bisnis mereka. Beberapa menganggapnya sebagai penipuan dan eksploitasi, sementara yang lain ‘mungkin’ membenarkannya sebagai bagian dari kebebasan berbisnis. Ini menyoroti perbedaan pandangan dan nilai-nilai yang beragam dalam masyarakat.
Sementara dari segi teknis dan akting, penampilan para aktor utama keren-keren, serius. Chemistry mereka di layar sangat terasa, bisa dibilang bikin yang nonton bisa masuk perjalanan batin mereka yang penuh gejolak.
Sutradara Wongwan juga menunjukkan kemahirannya dalam mengimbangi momen-momen ketegangan dan introspeksi, menciptakan atmosfer yang memikat untuk menyampaikan pesan moral dalam cerita ini.
Sinematografinya yang atmosferis berhasil menangkap perbedaan antara hal duniawi dan kerusakan moral, sementara pacing yang cepat membuat sembilan episode terasa singkat.
Sebagai penonton yang berhasil dibuat terhibur, bisa kukatakan, "The Believers" sudah menawarkan alur cerita yang menarik dengan tema-tema yang memprovokasi.
Ini bisa jadi tontonan di kala gabut atau bahkan sangat cocok buat siapa pun yang tertarik untuk menjelajahi interaksi kompleks antara kepercayaan, ambisi, dan moralitas era modern. Dengan demikian, skor dariku; 8/10. Selamat menonton, ya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS