Salah satu cara memperoleh kebijaksanaan dalam hidup adalah ketika kita mampu belajar dari pengalaman orang lain. Hidup ini begitu singkat, dan terkadang kita baru menyadari betapa singkatnya rentang waktu tersebut ketika berada dalam momen-momen kritis dalam kehidupan.
Sebagaimana dalam buku berjudul 'Mari Berhitung Sisa Hidupmu' karya Surianto Rustan ini. Berawal dari keresahan penulis mengenai arti menjalani kehidupan yang sudah melewati puncak dari usia produktif.
Ia merenungi banyak hal tentang apa yang telah ia lalui. Dari sejak kecil hingga sekarang. Dengan berbagai stereotip, cap, dan stigma buruk yang kerap ia dapatkan dari keluarga dan lingkungan terdekat.
Tanpa sadar, semua penilaian yang ia terima membentuk karakter dirinya yang sekarang. Dengan segala hal positif maupun negatif yang melingkupinya.
Saat membaca buku ini, saya merasa terwakili dengan sebagian besar yang dipaparkan penulis. Mulai dari pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan, usia remaja yang penuh prestasi namun saat dewasa merasa hanya jadi pecundang, hingga menjalani hidup sebagai kaum medioker alias orang rata-rata yang tidak punya hal yang bisa dibanggakan.
Namun, setelah dibuat nyadar dengan kalimat yang nyelekit, penulis memberi pesan bahwa segalanya masih bisa diubah. Selama kita masih diberi waktu oleh Tuhan untuk hidup, justru kita harus membuktikan bahwa segala anggapan buruk yang kita terima itu tidaklah benar.
Kalau kata penulis, "keluarlah dari cangkang kura-kura dan jalani kehidupan yang kita inginkan".
Kalimat-kalimatnya pendek, namun terasa nampol di hati. Disertai dengan gambar ilustrasi yang semakin menguatkan pesan yang ingin disampaikan penulis. Meskipun ilustrasinya terlihat random dan tidak estetik, tapi penulis bisa mengemasnya menjadi pesan visual yang tersampaikan dengan baik.
Awalnya saya tidak punya ekspektasi yang tinggi dengan buku ini. Tapi setelah membacanya, ada banyak hal yang pada akhirnya membuat saya merenung dan ikut berpikir.
Bahwa sepintas, seorang manusia bisa hidup berpuluh tahun lamanya. Namun hal tersebut kadang menjadi ilusi bahwa kita benar-benar akan menghuni bumi ini dalam waktu yang lama.
Padahal menurut penulis, jika menilik dari satuan waktu alam semesta, sisa umur kita itu hanyalah sepersekian miliar detik. Jika hanya memiliki waktu yang sesingkat itu, apa sih yang benar-benar ingin kita lakukan di dunia ini?
Dengan memikirkan bahwa hidup itu begitu singkat, rasanya amat sayang jika kita gunakan hanya untuk melayani perasaan-perasaan negatif yang kerap menyapa. Mending kita memperbaiki diri, banyak berkarya, dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat.
Tidak perlu membandingkan diri dengan pencapaian orang lain. Sebab, setiap orang punya garis start dan finish yang berbeda-beda. Yang ada, kita sebetulnya hanya berkompetisi dengan diri sendiri. Melawan ego, ketakutan, kecemasan, dan kemalasan.
Nah, demikian ulasan singkat mengenai buku 'Mari Berhitung Sisa Hidupmu'. Jika kamu ingin mencari makna tentang hidup yang saat ini sedang kamu jalani, buku ini bisa menjadi bacaan yang menemanimu untuk berpikir.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS