Pelajaran tentang Menerima Perbedaan dalam 'Brena, Si Gadis Tanpa Rambut'

Sekar Anindyah Lamase | Rie Kusuma
Pelajaran tentang Menerima Perbedaan dalam 'Brena, Si Gadis Tanpa Rambut'
Cover buku Brena Si Gadis Tanpa Rambut (Dok. Ipusnas)

Anak-anak seringkali mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Mereka bisa begitu saja mempercayai cerita yang mereka dengar dari orang lain, meskipun masih berupa desas-desus yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya.

Seperti dalam buku anak berjudul 'Brena, Si Gadis Tanpa Rambut', buah karya Watiek Ideo dan ilustrasi oleh Evelline Andrya, terbitan Kesaint Blanc pada tahun 2020 (edisi cetak) dan tahun 2023 (edisi digital).

Dalam buku ini dikisahkan tentang sebuah desa yang penduduknya mengucilkan satu keluarga dan menyebut rumah keluarga tersebut sebagai ‘Rumah Terlarang’. Apa sebabnya?

Konon, rumah di ujung desa itu dihuni oleh suami istri yang memiliki anak perempuan yang tak memiliki rambut.

Penduduk desa yakin, gadis kecil itu berbahaya dan setiap orang akan bernasib sama—tak memiliki rambut—jika mencoba berbicara pada gadis kecil bernama Brena tersebut.

Di suatu malam bulan purnama, anak-anak di desa, yaitu Sarah, Dion, dan Renata bermain petak umpet. Renata berjaga sementara Dion dan Sarah mencari tempat persembunyian.

Dion berlari menerobos pagar rumah orang dan bersembunyi di balik pot. Dion tak menyadari bahwa ia sudah memasuki area rumah terlarang. Seorang gadis kecil dengan kepala berbalut sehelai kain, diam-diam juga sudah berada di belakangnya.

Dion ketakutan ketika Brena menyapanya dan memberi saran tempat persembunyian yang lebih baik. Dion ingin kabur tapi ia terlalu ketakutan untuk bergerak. Ia lalu berteriak-teriak dan mengatakan semua hal buruk yang didengarnya tentang Brena.

“Aku tak mau berteman denganmu. Aku tak mau sampai seperti kamu. Aku tak mau kepalaku nanti tak punya rambut sepertimu.” Dion mencoba berdiri tapi usahanya gagal. (Hal. 20).

“Kata orang-orang, kau berbahaya. Siapa pun yang berbicara denganmu, akan sama sepertimu, tak memiliki rambut.” (Hal. 22).

Kisah tentang Brena dalam buku ini begitu menyentuh hati. Bagaimana seorang gadis kecil dijauhi, dikucilkan, dianggap berbahaya, hanya karena ia berbeda. Karena Brena tidak memiliki rambut, yang sebenarnya merupakan efek obat yang rutin diminumnya.

Brena, Si Gadis Tanpa Rambut merupakan buku cerita anak yang sarat akan pesan moral. Anak-anak akan diperkenalkan tentang perbedaan dan diajarkan untuk berempati dan bertoleransi atas adanya perbedaan tersebut.

Buku yang merupakan seri dari Understanding Others ini juga menggunakan dwi bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Inggris. Anak-anak dapat belajar kosa kata baru dalam bahasa Inggris dengan lebih mudah.

Buku cerita untuk anak ini juga dilengkapi ilustrasi full color dan memanjakan mata, yang semakin memperkaya imajinasi anak saat membaca bukunya.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak