Buku Seruling yang Tertinggal ditujukan kepada anak-anak usia dasar untuk mengenalkan alat musik seruling. Di tengah gempuran zaman, anak-anak sangat perlu dikenalkan dengan alat-alat tradisional, terlebih seruling ini yang merupakan salah satu alat musik dari Jawa Barat.
Setelah melakukan survei di sebuah sekolah Taman Kanak-kanak dan ditelaah dalam Pertemuan Penulis Bahan Bacaan Literasi Baca-Tulis yang diadakan di Jakarta, pada 24-27 April 2019, akhirnya Ali Muakhir selaku penulis bekerja sama dengan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud menerbitkan buku ini, dengan tujuan untuk menambah pengetahuan anak-anak, terutama mengenai nama-nama alat musik.
Kaitannya dengan literasi baca tulis, Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang diprakarsai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diharapkan menjadi pengungkit budaya literasi bangsa. Suksesnya gerakan literasi ini perlu dukungan serta proaktif dari para pemangku kepentingan, seperti pegiat literasi, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha, serta kementerian.
Dalam rangka penguatan budaya literasi, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan sebagai salah satu unit utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berikhtiar menyediakan bahan-bahan bacaan yang relevan yang dapat dimanfaatkan di sekolah-sekolah dan komunitas-komunitas pegiat literasi. Diharapkan, buku bahan bacaan literasi ini dapat menjadi rujukan dalam mewujudkan anak-anak atau peserta didik yang gemar berliterasi di sekolah.
Kegiatan membaca kali ini adalah mengenalkan seruling dengan sebuah cerita yang sederhana supaya anak-anak usia dasar mudah memahami. Dan untuk lebih mengenalkan Jawa Barat, penulis menghadirkan Surili, salah satu monyet khas Jawa Barat sebagai tokoh utama.
Kisah dibuka dengan gambar dan percakapan sangat minim dari seekor anak monyet bernama Surili yang keluar dari sarang. Ia terkejut melihat benda aneh yang teronggok di bawah pohon. Benda itu bentuknya panjang dan berlubang-lubang. Surili mengira benda tersebut mati karena hanya diam saja. Namun, saat Tupai dan Ular melihat benda itu, mereka pun terkejut.
Ular mendekati bambu berlubang itu lalu meniupnya, ternyata mengeluarkan bunyi yang sangat indah. Tupai dan anak monyet yang melihatnya, sontak kompak menyatakan jika benda itu ternyata masih hidup, sebab mampu mengeluarkan bunyi.
Tiba-tiba induk monyet keluar dari sarang dan tercengang dengan benda yang sedang mereka mainkan. “Seruling siapa itu?” tanya induk monyet. Sejak itulah Tupai, Ular, juga Surili tahu kalau benda aneh tersebut bernama seruling atau suling.
Induk monyet pun menjelaskan jika seruling adalah alat musik khas Jawa Barat. Seruling dimainkan bersama alat musik lain, seperti gendang dan ketipung.
Dengan membaca atau dibacakan buku pelajaran untuk mengenal alat musik ini, anak-anak usia dasar akan tertarik untuk mengenal lebih dekat tentang seruling hingga mereka berkenginan untuk memainkannya.
Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Seruling yang Tertinggal
Penulis: Ali Muakhir
Penerbit: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud
Cetakan: I, 2019
Tebal: 14 halaman
ISBN: 978-602-437-788-5
BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE