Parade Hantu Siang Bolong merupakan buku yang ditulis oleh Titah Asmaning Winedar atau Titah AW. Berisi 16 tulisan reportase jurnalistik tentang mitos dan lokalitas Jawa. Tradisi lokal yang jarang disorot media ini berhasil dirangkum dalam buku setebal 247 halaman bergaya cerita ala sastra.
"Dari puncak gunung Langgeran yang sunyi, hingga riuhnya pentas kesurupan massal di Banyumas. Dari perburuan pusaka leluhur, hingga konferensi alien tahunan. Dari tinder ala jawa, hingga teror klitih yang merajai jalanan malam Yogyakarta."
Melalui kutipan sinopsis tersebut, kita akan diajak untuk menjelajah sisi kebudayaan dari berbagai penjuru wilayah di pulau Jawa. Akan ada banyak pembahasan menarik dan unik, seperti bentuk kebudayaan, situasi suatu wilayah, pendidikan, hingga kepercayaan lokal.
Mistis dan tradisi menjadi unsur yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia, tetapi cukup jarang ada buku yang membahas bentuk kebudayaan ini dalam tulisan yang berdasarkan pengamatan langsung. Maka dalam buku Parade Hantu Siang Bolong ini, penulis menawarkan pengalaman mengenali bentuk kebudayaan berdasarkan liputan langsung di lapangan.
Kisah yang diangkat dalam buku ini pun sangat menarik. Salah satunya adalah tentang Konferensi SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) yang rutin diadakan sejak tahun 2016, sebagai wadah berkumpul dan berdiskusi para pecinta luar angkasa dari berbagai golongan.
Kisah yang lain adalah tentang tradisi ebeg dari Banyumas. Secara singkat, ebeg Banyumas merupakan kesenian yang sejenis dengan kuda lumping. Di tulisannya, Titah mengungkapkan tentang kegemaran para pemuda Banyumas terhadap tradisi ini. Mereka akan memanfaatkan ebeg sebagai sarana melampiaskan kebebasan.
Lalu, ada pula kisah unik dari Majalengka tentang tradisi kawin batu. Kawin batu dilakukan dengan cara mengumpulkan batu lalu mengawinkannya. Tradisi ini merupakan bagian dari kearifan lokal sebagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Masih ada berbagai kisah unik dan menarik lainnya yang dikulik di dalam buku ini, seperti perlombaan misuh, perkampungan yang hanya dihuni oleh tujuh keluarga saja, hingga kegelisahan tentang pendidikan. Semua dirangkum dengan gaya penceritaan yang tidak membosankan.
Tulisan reportase ini makin kaya karena dilengkapi oleh data wawancara bersama warga lokal. Di samping itu, terdapat lampiran foto saat penulis melakukan liputan lapangan sehingga pembaca dapat merasakan atmosfer dari topik yang tengah dibicarakan.
Buku ini dapat membuka pengetahuan kita tentang kekayaan budaya, kearifan lokal, serta memahami karakteristik suatu kebudayaan dan masyarakat pendukungnya.
Identitas buku
Judul: Parade Hantu Siang Bolong
Penulis: Titah AW
Penerbit: Warning Books
Tahun terbit: 2020
Tebal buku: 247 halaman