ulasan

Review Novel 'Cerita untuk Ayah', Jangan Tunggu Kehilangan untuk Peduli

Review Novel 'Cerita untuk Ayah', Jangan Tunggu Kehilangan untuk Peduli
Novel Cerita untuk Ayah (Gramedia)

Yoursay.id - Hubungan antara ayah dan anak laki-laki sering kali terasa kaku. Banyak hal yang ingin diucapkan, tapi gengsi dan kebiasaan membuat komunikasi lebih sering terpendam.

Dalam budaya yang mengajarkan laki-laki untuk kuat dan tidak mudah menunjukkan perasaan, interaksi antara ayah dan anak laki-lakinya jadi terasa dingin, meskipun di dalamnya ada kasih sayang yang besar.

"Cerita untuk Ayah" karya Candra Aditya menggambarkan hal ini dengan cara yang sangat menyentuh. Novel ini membawa kita pada perjalanan emosional tentang penyesalan, kesempatan kedua, dan pentingnya mengungkapkan perasaan sebelum semuanya terlambat.

Tokoh utama dalam novel ini adalah Elang, seorang stand-up comedian yang masih berjuang membangun kariernya. Hubungannya dengan sang ayah tidak bisa dibilang akrab. Mereka tinggal satu rumah, tapi rasanya seperti dua orang asing. 

Ayahnya sibuk bekerja, sementara Elang tumbuh dengan perasaan diabaikan. Hubungan yang dingin ini berlanjut hingga sang ayah meninggal dunia, meninggalkan Elang dengan penyesalan yang berat.

Namun, sesuatu yang tidak biasa terjadi: Elang terbangun tujuh hari sebelum kematian ayahnya. Ini menjadi kesempatan langka baginya untuk memperbaiki hubungan yang sudah lama berjarak.

Candra Aditya menulis novel ini dengan gaya yang ringan tapi tetap emosional. Humor yang diselipkan membuat cerita terasa lebih hidup dan tidak terlalu berat, meski tema yang diangkat cukup dalam. Elemen perjalanan waktu yang digunakan bukan sekadar fantasi, tetapi lebih sebagai cara untuk menggambarkan betapa berharganya waktu yang kita miliki bersama orang-orang terdekat.

Cerita ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, terutama dalam budaya kita yang masih menempatkan ayah sebagai sosok yang lebih banyak bekerja dibanding terlibat secara emosional dalam keluarga.

Banyak anak laki-laki tumbuh tanpa pernah benar-benar berbicara dari hati ke hati dengan ayahnya. Novel ini seperti tamparan halus yang mengingatkan bahwa hubungan itu perlu dijaga, bukan hanya dibiarkan mengalir begitu saja.

Selain soal hubungan ayah dan anak, novel ini juga menyoroti bagaimana pria sering kali sulit mengekspresikan perasaannya. Dalam cerita ini, Elang belajar bahwa menunjukkan emosi bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kejujuran terhadap diri sendiri dan orang lain. Ini menjadi pesan penting, terutama di masyarakat yang masih sering menganggap pria harus selalu kuat dan tidak boleh terlihat rapuh.

Meski ceritanya menyentuh, ada beberapa bagian yang terasa berjalan terlalu cepat, terutama dalam penyelesaian konflik. Momen-momen antara Elang dan ayahnya sebetulnya bisa digali lebih dalam agar lebih emosional. Namun, secara keseluruhan, novel ini tetap meninggalkan kesan yang kuat.

Sebagai kesimpulan, 'Cerita untuk Ayah' adalah bacaan hangat, yang mana, ini mengingatkan bahwa waktu bersama orang-orang terdekat sangat berharga dan tidak bisa diulang. Jangan menunggu kehilangan untuk menyadari betapa pentingnya sebuah hubungan.

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda