Tasikmalaya adalah sebuah wilayah di Provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan julukan "Kota Santri". Julukan ini mencerminkan betapa kuatnya nilai-nilai agama yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam interaksi sosial dan kebijakan pemerintah daerah yang senantiasa berpijak pada prinsip-prinsip keagamaan atau syariah.
Keberadaan ribuan pesantren yang tersebar di berbagai sudut Tasikmalaya turut memperkuat julukan tersebut. Bahkan, tidak jarang masyarakat dari luar Jawa Barat, terutama orang tua, mengirimkan anak-anak mereka untuk menuntut ilmu di sejumlah pesantren terkenal yang ada di daerah ini.
Selain sebagai pusat pendidikan agama Islam, Tasikmalaya juga dikenal sebagai daerah tujuan wisata, baik wisata alam, budaya, maupun religi. Banyak tempat-tempat spiritual yang menjadi tujuan wisatawan untuk berziarah dan memperdalam keimanan.
Di beberapa bulan tertentu atau pada perayaan tertentu, Tasikmalaya dipenuhi oleh bus-bus peziarah dari luar kota yang datang untuk mengunjungi situs-situs keagamaan yang ada. Tradisi ini menjadikan Tasikmalaya sebagai salah satu tujuan utama wisata religi di Jawa Barat, bersaing dengan daerah lain seperti Cirebon.
Berikut ini adalah beberapa tempat wisata religi yang terkenal di Tasikmalaya dan layak untuk dikunjungi para wisatawan yang tertarik untuk mempelajari sejarah dan kebudayaan keagamaan Islam di wilayah tersebut.
Pamijahan: Goa Safarwadi - Makam Syekh Abdul Muhyi
Salah satu objek wisata religi yang paling populer di Tasikmalaya adalah Pamijahan, yang terletak di Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya. Meskipun lokasinya cukup jauh dari pusat kota—sekitar 65 km ke arah selatan—Pamijahan selalu ramai dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah.
Di sini, terdapat makam Syekh Abdul Muhyi, seorang waliyullah yang dikenal sebagai salah satu ulama besar yang menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Selain makam beliau, terdapat juga makam para tokoh penting lainnya seperti Sembah Khotib Muwahid, Sembah Kudrot, Sembah Dalem Yudanegara, dan Sembah Dalem Sacarapara.
Bagi para peziarah, berbagai fasilitas seperti warung-warung makan dan penjual souvenir khas Pamijahan dapat ditemukan di sekitar lokasi. Selain itu, di Pamijahan juga terdapat Goa Safarwadi, sebuah gua yang sangat bersejarah. Goa ini ditemukan oleh Syekh Abdul Muhyi setelah melakukan pencarian selama 12 tahun. Gua tersebut kemudian disulap oleh beliau menjadi tempat peristirahatan sekaligus tempat mengajar bagi santri-santrinya. Konon, gua ini juga menjadi tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam di wilayah Jawa Barat.
Karena dianggap sebagai tempat yang sakral, pengunjung yang datang ke Goa Safarwadi diharapkan untuk menjaga sikap dan berbicara dengan sopan. Pengunjung juga dilarang memasuki gua secara sembarangan. Di sekitar gua, terdapat mata air yang jernih yang oleh masyarakat lokal sering disebut sebagai "air zam-zam Pamijahan", yang dipercaya memiliki khasiat tertentu.
Mitos yang berkembang di masyarakat juga mengatakan bahwa salah satu lorong dalam gua ini dapat tembus langsung ke tanah suci Makkah, serta adanya kopiah haji yang dipercaya dapat mengantar orang yang menyentuhnya untuk dapat menunaikan ibadah haji.
Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Pamijahan, akses jalan dari pusat kota Tasikmalaya cukup aman meskipun berkelok. Namun, pengunjung dihimbau untuk berhati-hati, terutama jika berkunjung pada malam hari.
Cibeas: Makam Syekh Abdul Gharib
Objek wisata religi lain yang patut dikunjungi di Tasikmalaya adalah Cibeas, yang terletak di Kecamatan Kawalu. Nama "Cibeas" sendiri berasal dari sebuah sungai kecil yang airnya dulunya berwarna putih, mirip dengan air cucian beras. Makam Syekh Abdul Ghorib, seorang ulama yang berasal dari Kudus, menjadi daya tarik utama di kawasan ini.
Setelah menimba ilmu di Makkah, beliau kembali ke Indonesia dan mendapatkan petunjuk untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Priangan Timur, khususnya Tasikmalaya. Beliau juga berperan dalam mendukung Syekh Abdul Muhyi yang lebih dulu berada di wilayah ini.
Komplek makam Syekh Abdul Ghorib terdiri dari beberapa makam penting, antara lain makam Syekh Abdul Ghorib sendiri, istri beliau Raden Ajeng Ayu Sutri, serta beberapa tokoh penting lainnya seperti Raden Paranakusumah, Raden Surawijaya, dan Raden Abdullah, putra dari Syekh Abdul Ghorib.
Di area makam ini terdapat juga sebuah sumur yang dikenal dengan nama Sumur Sempur, yang dikelilingi oleh tiga pohon besar. Konon, salah satu batu besar di sekitar sumur ini pernah digunakan oleh Syekh Abdul Ghorib sebagai tempat untuk bersembahyang.
Bagi para peziarah yang ingin mengunjungi makam Syekh Abdul Ghorib, terdapat beberapa aturan yang harus dipatuhi. Pengunjung diharapkan untuk menjaga keamanan, ketertiban, dan kebersihan sekitar makam. Mereka juga diwajibkan mendaftar terlebih dahulu kepada penjaga makam atau kuncen untuk memastikan ziarah dilakukan dengan cara yang sesuai. Selain itu, pengunjung diminta untuk berpakaian sopan dan mengikuti tata cara berziarah yang sesuai dengan ajaran Islam, serta meminta izin kepada kuncen jika hendak meninggalkan lokasi makam. Ziarah di Cibeas dibatasi selama tiga hari.
Makam Syekh Abdul Ghorib terletak tidak jauh dari pusat kota Tasikmalaya, tepatnya sekitar 6 km dari pusat kota dan dapat dijangkau dengan mudah. Lokasi ini juga tidak terlalu sulit dijangkau karena terletak dekat dengan kantor Polsek Kawalu.
Kesimpulan
Tasikmalaya tidak hanya terkenal karena keberagaman budaya dan keindahan alamnya, tetapi juga sebagai pusat wisata religi yang memiliki banyak situs bersejarah. Dengan banyaknya makam para wali dan ulama yang menyebarkan Islam di Jawa Barat, Tasikmalaya menjadi destinasi spiritual yang menarik bagi wisatawan.
Berkunjung ke tempat-tempat seperti Pamijahan dan Cibeas tidak hanya memberikan kesempatan untuk merenung dan memperdalam keimanan, tetapi juga untuk memahami sejarah perjuangan penyebaran agama Islam di daerah tersebut. Bagi para peziarah maupun wisatawan yang ingin mendalami kebudayaan Islam di Indonesia, Tasikmalaya adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi.