Ranking di Sekolah: Memotivasi atau Justru Memberi Tekanan?

Hikmawan Firdaus | Sherly Ayudia Ramadhani
Ranking di Sekolah: Memotivasi atau Justru Memberi Tekanan?
Ilustrasi sekolah ramah anak yang menyenangkan. (unsplash.com/husniatisalma)

Ranking di sekolah dapat memacu siswa untuk berprestasi, namun sering kali menimbulkan tekanan. Peringkat tinggi membawa kebanggaan, sedangkan peringkat rendah dapat menurunkan rasa percaya diri. Artikel ini membahas pro dan kontra dari sistem ranking serta alternatif yang lebih mendukung perkembangan siswa tanpa memberikan beban psikologis yang berat.

Sistem ranking di sekolah telah lama digunakan untuk menilai prestasi akademik siswa. Meski banyak yang berpendapat bahwa sistem ini bisa mendorong siswa untuk berusaha lebih keras, kenyataannya ada dampak negatif yang harus diperhatikan.

Manfaat Ranking Sebagai Pemicu Motivasi

Ranking sering kali digunakan sebagai cara untuk memotivasi siswa agar mencapai hasil terbaik. Sebagian besar siswa merasa terdorong untuk berusaha lebih keras ketika mereka bersaing untuk mendapatkan peringkat tinggi. Peringkat tinggi dianggap sebagai bukti bahwa mereka sudah berusaha semaksimal mungkin, yang tentunya meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Ranking juga mempermudah guru dalam mengidentifikasi siapa saja yang memerlukan bantuan lebih lanjut. Dengan sistem ini, guru bisa mengetahui siapa yang membutuhkan perhatian ekstra dan siapa yang sudah cukup menguasai materi. Hal ini memungkinkan pembelajaran yang lebih terarah dan efektif.

Selain itu, bagi siswa yang sudah berada di peringkat atas, ada dorongan untuk mempertahankan posisi tersebut. Mereka merasa bangga dengan pencapaian mereka dan ini sering kali menjadi sumber motivasi tambahan.

Dampak Negatif Ranking: Tekanan Psikologis

Namun, sistem ranking juga membawa dampak negatif yang cukup besar. Bagi siswa yang selalu berada di peringkat bawah, perasaan tidak dihargai sering muncul. Mereka merasa bahwa usaha mereka tidak terlihat, yang menurunkan rasa percaya diri. Peringkat rendah juga bisa membuat siswa merasa tidak berhasil, meskipun mereka telah bekerja keras.

Selain itu, siswa yang berfokus pada peringkat cenderung merasa tertekan jika mereka selalu tertinggal dibandingkan teman-teman mereka. Peringkat juga sering kali menonjolkan kemampuan akademik sebagai tolok ukur utama kesuksesan, sementara bakat lain, seperti seni atau olahraga, tidak dihargai. Hal ini membuat siswa yang tidak berprestasi akademik merasa terpinggirkan meskipun mereka berbakat di bidang lain.

Bagi siswa yang berada di posisi tertinggi, tekanan untuk mempertahankan peringkat tersebut juga tidak kalah besar. Mereka merasa cemas jika hasil mereka menurun, dan sering kali khawatir tentang ekspektasi tinggi dari orang tua dan guru. Tekanan ini dapat menyebabkan stres yang berlebihan, mempengaruhi kesehatan mental mereka.

Pengaruh terhadap Kesehatan Mental

Ranking di sekolah bisa memberikan dampak negatif pada kesehatan mental siswa. Fokus pada hasil akhir sering kali menyebabkan stres, kecemasan, bahkan depresi, terutama bagi siswa yang merasa tidak cukup baik. Ketika peringkat menjadi ukuran utama keberhasilan, siswa yang tidak berhasil mencapai peringkat tinggi bisa merasa gagal.

Selain itu, sistem ranking memperburuk persaingan yang tidak sehat antar siswa. Alih-alih mendorong mereka untuk bekerja sama, ranking sering kali menciptakan atmosfer persaingan yang merugikan, di mana siswa lebih peduli untuk mengalahkan teman sekelas daripada saling mendukung.

Alternatif untuk Mengurangi Tekanan

Mengingat dampak negatif dari sistem ranking, banyak yang mulai mencari pendekatan yang lebih mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh. Salah satunya adalah penilaian berbasis portofolio, yang menilai kemajuan siswa secara berkelanjutan daripada hanya mengandalkan hasil ujian. Dengan pendekatan ini, siswa dihargai atas usaha dan perkembangan mereka, bukan hanya peringkat yang mereka raih.

Selain itu, penting untuk mendorong siswa bekerja sama dalam kegiatan kelompok. Kolaborasi antar siswa dapat membantu mereka saling mendukung dan membangun keterampilan sosial, mengurangi tekanan dari sistem ranking. Sistem penilaian yang lebih inklusif, yang menghargai bakat di luar akademik, seperti seni dan olahraga, juga bisa membantu siswa merasa lebih dihargai.

Meskipun ranking dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk berprestasi, sistem ini juga membawa banyak dampak negatif. Peringkat sering kali menambah tekanan yang berlebihan, merusak rasa percaya diri, dan mempengaruhi kesehatan mental siswa. Oleh karena itu, penting untuk beralih ke pendekatan penilaian yang lebih holistik, yang tidak hanya mengutamakan prestasi akademik, tetapi juga menghargai kemajuan dan bakat siswa dalam berbagai bidang. Pendekatan ini dapat membantu siswa untuk berkembang lebih baik tanpa tertekan oleh ekspektasi peringkat.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak