Ulasan Buku Granny Loves to Dance: Saat Nenek Tercinta Terkena Alzheimer

Hayuning Ratri Hapsari | Ade Feri
Ulasan Buku Granny Loves to Dance: Saat Nenek Tercinta Terkena Alzheimer
Buku Granny Loves to Dance (gramedia.com)

Apa jadinya kalau di masa depan kita akan mendapati bahwa orang tersayang sudah melupakan segala kenangan hidupnya? Ia tidak lagi mengingat dirimu, keluarga, bahkan dirinya sendiri. Hal yang diingatnya hanya kebiasaan yang selalu dilakukan saat masih muda dulu.

Kisah mengharukan sekaligus heartwarming ini diuraikan dalam buku anak berjudul Granny Loves to Dance. Termasuk ke dalam buku seri Empathy For Children, buku ini disusun untuk mengajarkan empati pada anak-anak tentang penyakit berbahaya, salah satunya adalah alzheimer. Kolaborasi antara Avianti Armand dan Nabila Adani, berhasil menampilkan isu yang rumit, lewat sudut pandang yang berbeda.

Diawali dari pengenalan sosok nenek yang semasa mudanya bekerja sebagai penari. Ia selalu membawakan tarian yang indah, seperti walts, polka, cha cha, hingga tango, bersama dengan berbagai jenis hewan. Karena selalu menghabiskan waktunya untuk menari, nenek jadi ingat semua musik dan gerakan yang selalu dipentaskan.

Akan tetapi, saat nenek sudah tua, ia jadi lupa segalanya. Nenek tidak ingat menu sarapan dan teh yang diminumnya pagi hari. Ia lupa menyimpan barang-barangnya, seperti sepatu, kalung, topi, dan barang lain yang biasa ia pakai. Bahkan sang nenek tidak bisa mengingat nama dan jenis bunga.

Kesedihan pun bertambah saat nenek tidak ingat dengan cucunya. Namun, gadis cilik ini tidak kehabisan akal. Ia lantas memutar musik dan menggerakkan badan seirama dengan nada, lalu memperagakan tarian yang biasa neneknya lakukan dulu. Lewat gerak tari yang indah, si gadis cilik akhir bisa menghabiskan waktu dengan bahagia bersama nenek tersayangnya.

Seperti yang sudah di-mention sebelumnya, buku ini memang disusun untuk mengajarkan empati pada anak. Lewat kisah yang sederhana, penulis ingin mengenalkan perihal alzheimer dengan cara yang emosional dan menyentuh. Sudut pandang anak-anak dipakai agar pembaca bisa lebih mudah menangkap makna yang ingin disampaikan. 

Bagi sebagian orang, penyakit alzheimer tampaknya masih asing didengar. Oleh karena itu, penulis menggambarkan kondisi penyakit ini melalui perilaku tokoh nenek yang akrab dalam kehidupan sehari-hari, seperti kebiasaan makan dan menyimpan barang-barang.

Kemudian, kecintaan nenek pada dunia tari menjadi satu-satunya yang ia ingat karena tubuhnya lebih akrab dengan hal itu dibandingkan otaknya yang mulai mengalami penurunan fungsi.

Tampaknya menyusun buku ini jadi challenge tersendiri, karena pasti ada tantangan yang susah-susah gampang untuk mendeskripsikan kondisi medis ini melalui gaya anak-anak. Namun, patut diakui kalau penulis juga pandai merangkai narasi pendek dan lugas sehingga kalimat penjelasan yang ada di buku ini jadi mudah dipahami.

Kita juga akan menemukan dialog singkat antara nenek dengan si gadis cilik sehingga kita bisa merasakan bagaimana interaksi kedua tokoh dibangun.

Hal yang paling menarik adalah cara si gadis merespons pertanyaan nenek tentang identitasnya. Dibandingkan menyebut nama dan memaksa nenek untuk mengenalinya sebagai cucu, si gadis justru memilih jalan keluar yang unik.

Lewat iringan musik dan tarian, ia mengenalkan dirinya laksana tari waltz, polka, cha cha, tango, flamenco, dan twist. Tindakannya ini berhasil mendorong jiwa nenek untuk menari bersamanya.

Dari kisah nenek penari dan cucunya ini, pembaca bisa lebih paham tentang kondisi medis penderita alzheimer. Kita juga diperlihatkan pentingnya dukungan dari keluarga untuk para lansir yang perlahan mulai kehilangan ingatannya.

Tidak kurang dari pada yang lain, buku ini pun menghadirkan trivia singkat tentang sikap empati dan penjelasan alzheimer itu sendiri.

Buku ini hadir dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Ilustrasi di buku ini berperan penting agar pembaca bisa menghayati setting dan peristiwa yang sedang terjadi. Meskipun ada dua bahasa, serta gambar yang penuh di setiap halamannya, layout buku tetap disusun rapi dan sedemikian rupa agar nyaman dibaca.

Identitas buku

Judul: Granny Loves to Dance

Penulis dan ilustrator: Avianti Armand dan Nabila Adani

Penerbit: Kesaint Blanc

Tahun terbit: 2021

Jumlah halaman: 24 halaman

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak