House of Secrets adalah sebuah novel petualangan fantasi yang merupakan bagian dari seri, mengisahkan tentang tiga bersaudara: Brendan, Eleanor, dan Cordelia Walker.
Dulu mereka hidup nyaman bersama kedua orang tuanya di San Francisco, sebelum nasib keluarga ini berubah drastis.
Suatu ketika, ayahnya kehilangan pekerjaan. Hal ini mengharuskan mereka pindah ke sebuah rumah tua peninggalan Denver Kristoff, seorang penulis kisah supranatural terkenal.
Ternyata, rumah itu menyimpan misteri gelap yang menyeret ketiga anak ini ke dalam dunia aneh, di mana prajurit haus darah, bajak laut hantu, dan seorang ratu kejam menguasai negeri tersebut.
Ketiga anak tersebut harus berjuang untuk bertahan hidup. Mereka harus memecahkan rahasia rumah tersebut, dan menyelamatkan diri bukan hanya keluarga mereka, tapi juga seluruh dunia.
Secara pribadi, aku cukup suka dengan karakter Brendan, Cordelia, dan Eleanor. Masing-masing punya kepribadian yang menarik.
Sayangnya, sepanjang cerita, aku merasa nggak benar-benar bisa dekat sama mereka.
Mungkin karena terlalu banyak peristiwa yang dilempar ke dalam cerita tanpa jeda, karakter-karakter utamanya jadi terasa datar dan kurang diberi kesempatan berkembang.
Selain itu, ada satu hal lain yang cukup mengganjal. Di cerita ini, ayah mereka kehilangan pekerjaan, tapi anehnya masih mampu membeli rumah senilai $300.000 yang digambarkan sebagai “murah”.
Untuk banyak orang, harga tersebut tentu tidaklah murah. Kesan yang muncul malah seperti meremehkan orang-orang yang hidupnya jauh dari kata berkecukupan.
Yang menarik dari House of Secrets adalah idenya yang lumayan fresh untuk anak-anak.
Dunia fantasi yang ditawarkan di cerita ini sebenarnya cukup menarik, apalagi kalau dilihat dari kacamata anak-anak.
Mereka pasti bakal antusias ngikutin petualangan yang melibatkan pesawat kuno, hutan purba, sampai prajurit zaman kerajaan yang bikin suasana makin menegangkan di tiap babnya.
Bukan hanya soal petualangan seru, di balik ceritanya juga terselip beberapa pesan berharga tentang arti pentingnya keluarga, saling mendukung, dan kerja sama saat menghadapi situasi sulit.
Tidak hanya itu, mereka juga bisa memahami bagaimana berani ambil risiko untuk orang-orang yang kita sayangi.
Meski penyampaiannya agak terburu-buru, tapi maksud baiknya tetap terasa.
Sayangnya, alur ceritanya terasa berantakan, kayak terlalu banyak ide yang dipaksakan jalan bersamaan tanpa arah yang jelas. Bahkan sampai akhir, nggak semua konflik dapat penyelesaian yang memuaskan.
Gaya menulisnya juga, menurutku, terasa agak kaku dan kurang matang.
Meskipun buku ini ditujukan untuk anak-anak, rasanya banyak referensi di dalamnya yang kurang nyambung dengan anak usia 10-13 tahun di zaman sekarang.
Sebut saja nama-nama seperti Mick Jagger, Scooby Doo, atau beberapa istilah khas budaya Inggris yang mungkin tidak lagi dikenal generasi sekarang.
Belum lagi soal mantra-mantra sihir yang pakai kutipan Latin, kesannya terlalu umum dan seperti formula lama yang sudah sering dipakai di cerita fantasi sejenis.
Pada dasarnya, House of Secrets punya ide cerita yang cukup menarik. Tentang sebuah keluarga yang pindah ke rumah misterius, menemukan buku ajaib, lalu harus berhadapan dengan penyihir jahat.
Di tengah petualangan itu, anak-anaknya berusaha menyelamatkan orang tua mereka sekaligus belajar tentang arti keluarga, persahabatan, dan pentingnya nggak mementingkan diri sendiri.
Sayangnya, konsep yang seru itu kurang dieksekusi dengan baik. Menurutku, buku ini lebih pas dibaca anak-anak SD kelas 4 sampai 6.
Bagi kalian yang tertarik untuk membaca novel petualangan anak-anak, mungkin novel ini bisa kalian coba.