“Saya tidak lagi seperti dulu. Sesuatu yang aneh telah terjadi dalam diriku.”
“Saya merasa kehilangan sesuatu yang penting dalam hidup.”
“Saya kehilangan gairah, merasa redup, atau kehilangan daya hidup yang dulu menyala dalam hidup saya.”
Dan kalimat senada lainnya yang menunjukkan kehilangan hal-hal sangat berarti dalam hidup. Betapa banyak orang yang tiba-tiba kehilangan kenyamanan, ketenangan, dan kehangatan seperti dulu. Mengapa perubahan tersebut bisa terjadi? Hal apa yang menimpa hingga telah mengubah warna hidup menjadi suram dan muram?
Dalam buku Seni Menemukan (Kembali) Diri Sendiri ini menguraikan perubahan-perubahan tersebut. Kita juga akan menemukan di dalam buku terbitan Qaf ini mengenai sesuatu yang dapat menghibur perasaan kita, serta menemukan mutiara berharga yang akan membantu bangkit dan kembali kepada kehidupan.
Topik menyingkirkan hambatan demi mencintai diri sendiri juga tak luput dari pembahasan dalam buku ini. Dijelaskan bahwa mencintai diri sendiri sebenarnya naluriah. Melekat dalam diri kita. Manusia lahir dengan perasaan bahwa dirinya adalah pusat alam semesta. Segala sesuatu di sekitarnya terbentuk berdasarkan dirinya.
Oleh karena itu, hal termudah jika kita ingin menyingkirkan hambatan-hambatan psikologis antara kita dengan diri kita sendiri adalah dengan cara tidak mengabaikan dan berbohong kepada diri sendiri.
Ketika seseorang mengabaikan dan mengorbankan diri sendiri demi orang lain karena merasa harus melakukannya, hal pertama yang hancur adalah hubungannya dengan diri sendiri, kemudian hubungannya dengan orang lain. Kita menemukan banyak dari mereka yang setelah beberapa waktu marah terhadap orang lain dan menuduh orang lain tidak peduli kepada mereka, padahal mereka sendiri tidak pernah meminta apa yang mereka butuhkan.
Hal yang paling sering menjebak orang dalam situasi ini adalah ketakutan terhadap keegoisan. Mereka berpikir bahwa mendahulukan diri sendiri berarti menjadi egois yang menyebalkan dan tidak peduli kepada orang lain. Padahal, memprioritaskan diri sendiri justru memberi kita kekuatan untuk peduli kepada orang lain. Sudah waktunya kita memperhatikan diri kita sendiri untuk mengizinkan dir kita mengekspresikan apa yang benar-benar kita inginkan, bukan keinginan yang terbentuk dari orang lain. (Halaman 143)
Solusi berikutnya agar kita tidak membenci diri kita sendiri adalah dengan tidak berbohong. Jujur pada diri sendiri dan menghadapi kenyataan memang sangat berat. Tapi, berbohong pada diri sendiri dan menipu diri sendiri, meskipun mudah, tidak akan pernah membawa kita pada hubungan yang baik dengan diri sendiri.
Jadi, untuk lebih bisa mencintai diri sendiri, kita harus jujur melihat apa yang terjadi di dalam diri dan di dunia luar. Kita harus berkomitmen untuk menghadapi kenyataan dan tidak kabur dari kenyataan. Sebab, itulah yang mendekatkan kita pada diri kita sendiri. Meningkatkan perasaan cinta terhadap diri sendiri.
Yang juga tak kalah penting dalam mencintai diri sendiri adalah tidak berpura-pura. Kita mencintai diri sendiri berarti kita menghormati keinginan sendiri; menghargai diri sendiri; menerima penampilan kita sendiri, keluarga kita sendiri, dan warna kulit sendiri; menerima apa yang kita capai. Dan, jika ada perilaku yang kita tolak sendiri, itu tidak berarti kita mesti menolak diri kita secara keseluruhan.
Kita mencintai diri berarti kita melakukan upaya demi cinta itu. Hal itu bisa terwujud dalam bentuk upaya kita memperbaiki dan meningkatkan diri. Sebab, jika kita peduli kepada diri kita, maka kita akan berusaha membantu diri sendiri untuk mencapai versi terbaik diri kita.
Kita mencintai diri sendiri juga terwujud dalam upaya menghormati batasan. Kita tahu bahwa membebani diri kita melebihi kemampuan. Kita memperhatikan keterbatasan diri kita dan kelemahan diri adalah bentuk paling nyata dari kita mencintai diri sendiri.
Saat kita menyatakan cinta kepada diri kita sendiri dan kita menunjukkan dampak cinta itu dalam perilaku kita, maka kita akan melihat hal-hal dalam diri kita yang belum pernah dilihat sebelumnya. Saat itulah konflik internal antara kita dan diri kita akan berhenti. Dan, akhirnya, kita akan merasakan kedamaian. (Halaman 147).
Buku ini menjelaskan fenomena hilangnya gairah, semangat hidup yang redup, atau vitalitas yang lenyap dari kehidupan kita. Jika kalian berada di posisi sedang merasakan kehilangan sesuatu yang berarti dalam hidup, maka buku ini menjadi sangat tepat untuk kalian pelajari. Kalian akan menemukan berbagai kiat atau cara agar terbebas dari belenggu kehilangan pada diri sendiri.
Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Seni Menemukan (Kembali) Diri Sendiri
Penulis: Dr. Muhammad Ibrahim
Penerbit: Qaf (Anggota IKAPI)
Cetakan: I, Februari 2025
Tebal: 237 halaman
ISBN: 978-602-5547-08-9
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE