The Vanishing Half adalah novel kedua karya Brit Bennett yang diterbitkan oleh Riverhead Books pada tahun 2020. Novel ini bergenre fiksi sastra (literary fiction) dengan latar sejarah sosial yang kuat dan pendekatan naratif multi-generasi.
Tema utama yang diangkat dalam cerita ini adalah identitas rasial, keluarga, pilihan hidup, dan bagaimana masa lalu membentuk masa depan seseorang. Bennett secara cermat mengeksplorasi bagaimana warna kulit, gender, dan kelas sosial memengaruhi kehidupan para tokohnya.
Melalui kisah saudari kembar yang mengambil jalan hidup sangat berbeda, novel ini menyuguhkan renungan tajam mengenai arti menjadi diri sendiri di tengah tekanan sosial yang kuat.
Alur Cerita dari Novel
Alur The Vanishing Half dibangun secara non-linear, melompat dari dekade 1950-an hingga 1990-an, sambil mengikuti kehidupan sepasang saudari kembar, Desiree dan Stella Vignes, yang dibesarkan di sebuah kota kecil fiktif bernama Mallard di Louisiana. Kota ini dihuni oleh komunitas kulit hitam dan berkulit terang yang secara tidak langsung menanamkan nilai bahwa semakin terang kulit seseorang, semakin baik kehidupannya.
Ketika remaja, Desiree dan Stella melarikan diri dari kota itu demi mencari kehidupan baru. Namun di kota besar, takdir memisahkan mereka. Stella memutuskan untuk "menghilang" dan menjalani hidup sebagai perempuan kulit putih, meninggalkan semua masa lalunya, termasuk keluarganya.
Sementara itu, Desiree kembali ke Mallard bertahun-tahun kemudian, membawa serta putrinya, Jude, yang memiliki kulit gelap, kontras dengan harapan kota tersebut.
Cerita berkembang ketika Jude tumbuh dewasa dan secara tak sengaja bertemu dengan Kennedy, putri Stella yang hidup sebagai orang kulit putih di Los Angeles. Pertemuan kedua generasi ini menjadi titik balik dalam cerita, memicu kilas balik dan konfrontasi emosional yang perlahan mengungkapkan rahasia besar yang selama ini tersembunyi.
Karakter dalam Novel The Vanishing Half
Desiree Vignes digambarkan sebagai sosok yang kuat, setia pada identitasnya sebagai perempuan kulit hitam, meskipun ia tidak menjalani hidup yang mudah. Ia kembali ke kampung halamannya setelah gagal membangun kehidupan baru di luar, dan berusaha membesarkan putrinya dengan tabah meski mendapat tekanan dari masyarakat sekitar.
Stella Vignes adalah karakter yang kompleks. Ia memilih menjalani hidup sebagai orang kulit putih demi peluang sosial yang lebih baik. Namun keputusan itu membawa beban psikologis yang berat, karena ia harus menyembunyikan identitasnya dari suami dan anaknya, serta hidup dalam ketakutan akan terbongkarnya masa lalu.
Jude, putri Desiree, adalah perempuan muda yang gigih, cerdas, dan penuh semangat meskipun sering mengalami diskriminasi karena warna kulitnya. Kennedy, putri Stella, tumbuh dalam kehidupan yang penuh privilese, namun juga kehilangan arah karena hidup dalam kebohongan yang diwariskan oleh ibunya.
Bagian yang Menarik dari Novel
Salah satu bagian paling menarik dari novel ini adalah bagaimana Brit Bennett menyusun narasi dengan perspektif yang berpindah-pindah namun tetap jelas dan padu. Ia dengan cekatan menggambarkan perbedaan pengalaman para tokohnya berdasarkan identitas rasial dan gender, tanpa menjatuhkan satu sisi atau menilai secara hitam-putih. Pembaca diajak untuk memahami setiap keputusan sulit yang diambil para karakter, terutama Stella, yang hidup dalam ketakutan namun juga keinginan untuk memberikan kehidupan lebih baik bagi keluarganya.
Bennet sukses menulis cerita dalam novel ini secara elegan kaya akan empati. Ia tidak hanya menyampaikan cerita, tetapi juga membangun atmosfer emosional yang dalam. Penggambaran kota Mallard sebagai latar kota yang unik, yaitu kota yang mengidealkan kulit terang menjadi simbol dari tekanan masyarakat terhadap penampilan luar. Selain itu, konflik batin yang dialami oleh para karakter diperlihatkan secara halus, membuat pembaca merenungkan isu-isu struktural yang masih relevan hingga kini.
Bagian ketika Jude dan Kennedy bertemu menjadi momen yang sarat makna. Kontras kehidupan mereka, di mana yang satu hidup dalam realitas keras sebagai perempuan kulit hitam, dan satu lagi dalam kenyamanan sebagai perempuan kulit putih menjadi refleksi sosial yang tajam, namun dikisahkan tanpa menyudutkan.
The Vanishing Half adalah novel sangat menarik, menyoroti isu rasial dan identitas dengan pendekatan yang personal dan menyentuh. Dengan karakter-karakter yang kompleks dan realistis, serta alur yang mengalir dengan cermat, Brit Bennett menghadirkan kisah yang tak hanya menghibur, tetapi juga mengajak pembaca untuk ikut merenungi maslaah diskriminasi yang ada.
Novel ini patut dibaca oleh siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang warisan budaya, peran gender, dan bagaimana keputusan pribadi bisa berdampak lintas generasi. Sebuah karya sastra yang relevan, emosional, dan penuh kebijaksanaan.
Identitas Buku:
Judul : The Vanishing Half
Penulis : Brit Bennett
Penerbit : Riverhead Books
Tanggal Terbit : 2 Juni 2020
Tebal : 343 halaman