Pamela Bowie kembali hadir di layar lebar lewat film horor terbarunya, ‘Malam Jahanam’, yang resmi tayang di bioskop Indonesia mulai 19 Juni 2025. Meski sebelumnya lebih sering tampil di genre drama dan romansa, kali ini Pamela memberanikan diri terjun ke ranah horor supranatural.
Ini jelas bukan comeback biasa. Film ini jadi ajang pembuktian Pamela buat menunjukkan kalau dia punya kemampuan aktingnya mumpuni. Lebih dari itu, Film Malam Jahanam menyuguhkan kisah horor yang menelusuri akar mistis budaya lokal, terutama soal malam satu Suro, malam yang sering dikaitkan dengan dunia gaib dan cerita-cerita angker khas Indonesia.
Selain Pamela Bowie yang jadi tokoh utama, film ini juga diperkuat jajaran pemain muda dan senior, di antaranya:
- Adjie Alfarent
- Grace Violeta
- Nicole Anstte
- Tirta Chand
- Dan beberapa bintang pendukung lainnya
Film ini disutradarai duet yang nggak asing di dunia perfilman Indonesia: Hanny R. Saputra dan Nayato Fio Nuala, sementara produsernya Ramesh R.M., di bawah naungan rumah produksi Dream Max Production.
Sekilas tentang Film Malam Jahanam
Ceritanya fokus pada Indah (Pamela Bowie), seorang siswi SMA yang harus tinggal sementara di rumah neneknya di kota kecil yang terasa asing. Rumah itu kelihatan biasa saja—tua tapi tenang. Tapi semua berubah saat neneknya pergi dan meninggalkan Indah sendirian.
Dari situ, suasana rumah mulai berubah drastis. Lorong-lorong gelap, kamar yang selalu tertutup, suara langkah kaki di malam hari, dan bisikan misterius mulai muncul. Tapi yang paling bikin merinding adalah sosok perempuan bernama Ayu yang terus-menerus menampakkan diri.
Ayu bukan sekadar arwah penasaran. Dia datang membawa amarah, dendam, dan rahasia kelam dari masa lalu keluarga Indah. Menjelang malam satu Suro—malam yang diyakini sebagai waktu paling tipis antara dunia nyata dan gaib—teror Ayu makin menjadi.
Indah yang awalnya hanya ingin bertahan hidup, akhirnya terdorong buat mengungkap siapa Ayu sebenarnya dan apa hubungannya dengan keluarganya sendiri. Penelusuran itu membawanya ke kutukan lama yang sempat ditutupi, tapi kini kembali menuntut balas.
Impresi Setelah Nonton Film Malam Jahanam
Secara visual, film ini tampil cukup atmosferik. Setting rumah tua dan pencahayaannya berhasil membangun nuansa mencekam yang konsisten. Musik latar juga ikut mendukung ketegangan, tanpa harus terus-terusan ngagetin.
Pamela Bowie berhasil menghidupkan karakter Indah dengan emosi yang pas. Terlihat jelas progres karakternya dari cewek SMA biasa jadi seseorang yang berani menggali rahasia gelap masa lalu.
Dan ya, Film Malam Jahanam nggak cuma mengandalkan jump scare. Ceritanya punya akar yang dalam, membawa isu trauma keluarga, dosa yang diwariskan, dan budaya lokal soal malam satu Suro yang jarang diangkat secara serius di film horor.
Eh, tapi nggak sepenuhnya sempurna kok. Ada beberapa hal yang terasa mengganjal setelah aku keluar dari bioskop dan mulai merenungkan ceritanya.
Pertama, soal alur ceritanya. Jujur saja, ada momen-momen di mana plot terasa agak muter-muter. Beberapa kejadian kayak muncul tiba-tiba, tanpa penjelasan yang cukup kuat.
Aku disuguhi potongan-potongan misteri, tapi nggak semua dijahit rapi sampai akhir. Ada plot hole yang bikin diriku bertanya-tanya, “Tadi itu maksudnya apa ya?” Bukannya nambah rasa penasaran yang menggigit, malah bikin bingung dan kurang puas. Rasanya kayak diajak masuk ke labirin, tapi pintu keluarnya nggak jelas.
Lalu dari sisi karakter, meskipun Pamela Bowie tampil cukup oke sebagai Indah, tapi chemistry antar tokohnya agak datar. Hubungan Indah dengan tokoh-tokoh lain kurang digali. Aku nggak terlalu tahu seberapa dekat dia sama neneknya, atau seberapa penting peran tokoh pendukung yang muncul sebentar lalu hilang. Jadinya, ketika ada yang kena teror atau hilang, dampaknya ke emosi pun minim. Sayang banget, padahal kalau sisi emosional ini dikuatkan, teror horornya bisa lebih terasa dalam.
Masuk ke soal tempo cerita, ini juga sempat bikin aku kehilangan fokus. Di beberapa bagian awal dan tengah film, pacing-nya terasa lambat dan nggak konsisten. Kadang ada adegan yang seharusnya bisa langsung to the point, tapi malah dipanjangin dengan dialog atau suasana yang repetitif. Akibatnya, momen menegangkan yang sudah dibangun malah kehilangan daya gigit karena kelamaan nunggunya.
Beberapa adegan horor, terutama jumpscare, terasa generik. Sudah bisa ditebak kapan hantu muncul, dan bahkan sound effect-nya pun kayak template film horor zaman dulu. Tata kameranya juga kurang dinamis. Kebanyakan ambil sudut pandang yang standar, tanpa eksplorasi visual yang bisa bikin suasana makin imersif. Padahal dengan rumah tua, lorong gelap, potensi visualnya tuh gede banget.
Satu lagi yang menurutku agak sayang adalah soal penutup cerita. Saat akhirnya rahasia keluarga Indah terbuka dan semua misteri Ayu terungkap, rasanya penyelesaiannya terlalu cepat. Kesannya buru-buru diselesaikan tanpa benar-benar ngasih ruang buatku mencerna atau merasakan dampaknya secara emosional.
Kendatipun begitu, balik lagi, buat Sobat Yoursay yang penasaran, mending tontonlah!