Menghidupkan kembali cerita rakyat ke dalam format buku modern adalah ide yang brilian. Cerita rakyat yang penyebarannya dari lisan ke lisan akan lebih mudah dinikmati, jika sudah diubah ke dalam bentuk tulisan. Terlebih di zaman modern ini, penerbit tidak kehilangan kreativitas untuk mengangkat kembali cerita rakyat tersebut dengan inovasi terbaru.
Salah satu yang patut diapresiasi adalah buku Cerita Legenda Nyai Anteh: Gadis Penunggu Bulan yang ditulis oleh Lulu Nurul Karomah dan Gema Ariprahara. Buku ini hadir dengan narasi cerita dan ilustrasi yang menawan. Di samping itu, legenda asli Sunda ini diubah dalam bentuk komik yang tampak lebih modern.
Kisah intinya pun tidak berubah. Berkisah tentang seorang Pemburu di Sunda yang hidup dengan kucing peliharaannya. Suatu hari, saat sedang berburu, Pemburu tiba-tiba ingin buang air kecil. Akan tetapi, tanpa ia ketahui, kucing peliharaannya itu meminum air kencing miliknya.
Lambat laun, sang Pemburu menyadari kalau kucing peliharaannya bertambah gemuk. Tidak lama kemudian, kucing itu melahirkan anak perempuan manusia dan diberi nama Nyai Anteh. Pemburu, kucing, dan Nyai pun hidup sebagai keluarga bahagia.
Sayangnya, kebahagiaan Nyai harus berakhir kala Pemburu membawa ibu tiri yang kejam. Nyai dan si kucing selalu disiksa dan jarang diberi makan. Hingga pada suatu hari, Nyari membawa kucing memanjat ke sebuah pohon.
Sembari bernyanyi, pohon itu terus tumbuh dan mengantarkan Nyai dan kucing sampai di bulan. Di sana, Nyai diberi pekerjaan oleh Ratu Bulan sebagai penenun. Namun, sampai usia tuanya, Nyai tidak pernah selesai menenun dan akhirnya tinggal selamanya di bulan.
Singkat cerita, begitulah legenda Nyai Anteh dikisahkan. Selayaknya cerita rakyat pada umumnya yang cenderung di luar nalar, kisah Nyai Anteh pun sebenarnya susah untuk ditangkap logika. Akan tetapi, yang menjadi pesona buku ini bukanlah legenda yang diceritakan ulang.
Lebih dari itu, buku komik ini mencoba menghubungkan cerita rakyat dengan cerita yang baru dan lebih modern. Ada dua cerita di dalam buku ini. Pertama adalah kisah Nyai Anteh dan yang kedua adalah cerita gadia cilik bernama Anita.
Sudut pandang cerita modern adalah dari tokoh Bulan, seorang gadis SMA yang suka dengan legenda Nyai Anteh. Suatu hari, Bulan mendapati Anita sedang memperhatikan seekor kucing di semak-semak. Suka dengan kucing itu, ia pun membawanya pulang ke rumah.
Sayang, di rumah ia malah dimarahi dan ditampar oleh ibu tirinya. Setelah insiden itu, Anita pun menghilang dari rumah. Berbeda dengan kisah Nyai Anteh yang condong berakhir open ending, kisah Anita usai dengan bahagia. Ayah dan ibu tirinya menemukan Anita dan kucingnya di atas pohon, lalu si ibu tiri menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada Anita.
Dalam gaya komik, buku ini berhasil menggabungkan cerita rakyat dan cerita baru dengan cara yang unik. Keduanya dihubungkan dengan peristiwa yang sama, tetapi penyelesaiannya berbeda.
Artinya, ada usaha dari penulis untuk menunjukkan amanat yang terkandung di dalam kisah legenda Nyai Anteh. Meskipun masih tersirat, tetapi amanat jadi lebih mudah ditangkap.
Pesan moral yang disampaikan juga sangat relevan dengan situasi masa kini. Keluarga yang seharusnya hadir sebagai pelindung, malah terkadang menjadi sumber luka bagi anak. Nilai kekeluargaan yang digambarkan seolah cermin kehidupan bahwa anak-anak seharusnya tumbuh di lingkup keluarga harmonis.
Di samping itu, cerita legenda ini mengangkat isu penting tentang kasih sayang dan perlindungan terhadap anak-anak. Kisah Nyai Anteh dan Anita menunjukkan bahwa orang dewasa tidak bisa menjamin keselamatan dan kebahagiaan anak dalam sebuah keluarga. Tindakan ibu tiri memperlihatkan bahwa bekal paling penting untuk jadi orang tua adalah mental yang stabil.
Dua kisah yang dikemas dalam balutan komik ini sangat menarik untuk dikulik. Selain format bercerita yang berbeda dari buku cerita rakyat lainnya, komik ini hadir dengan visual yang memanjakan mata. Gambarnya juga dibuat ala manga sehingga tampak sangat khas.
Identitas buku
Judul: Cerita Legenda Nyai Anteh: Gadis Penunggu Bulan
Penyusun: Lulu Nurul Karomah dan Gema Ariprahara
Penerbit: PT. Lontar Digital Asia
Tahun terbit: 2019
Tebal buku: 64 halaman