Ulasan Novel Haifa: Keteguhan Hati di Tengah Ujian Cinta Dunia

Hernawan | Oktavia Ningrum
Ulasan Novel Haifa: Keteguhan Hati di Tengah Ujian Cinta Dunia
Novel Haifa (instagram.com/@aksaraplus)

Kalau kamu ingin baca novel islami dari sudut pandang ukhti-ukhti dengan abaya dan hijab syar'i yang menjulur panjang, maka kalian wajib banget baca novel satu ini. Seperti halnya permen karet yang terbungkus 2 lapis kemasan, novel ini benar-benar memberi kesan terjaga dari para tokoh di dalamnya. 

Ketika mereka tak hanya menahan diri dari hal-hal yang haram, tapi juga yang makruh. Novel ini cocok buat menemani kamu yang lagi butuh asupan semangat dan teman buat istiqomah dalam berhijrah. 

Identitas Buku

  • Judul: Haifa: Cinta Dalam Diam
  • Penulis: Ariska Khurnia
  • Penerbit: Aksara Plus
  • Tahun Terbit: 2019
  • ISBN: 9786025884962
  • Jumlah Halaman: 303 halaman

Di antara deretan novel spiritual yang menyentuh jiwa, “Haifa” karya Aksara Plus hadir sebagai bacaan yang menggugah sekaligus menampar lembut para pembacanya.

Berangkat dari platform Wattpad, novel ini berhasil menyita perhatian pembaca karena kisahnya yang tak hanya menawarkan romansa, tetapi juga pergulatan batin seorang perempuan dalam mempertahankan iman di tengah godaan dunia.

Sinopsis: Jatuh Cinta dan Diuji untuk Melepaskan

Haifa Saqeenarava adalah seorang gadis muda bercadar yang hidup dalam lingkungan pondok pesantren. Kehidupannya berjalan tenang, dipenuhi dzikir dan ilmu agama, hingga pada suatu titik ia harus meninggalkan zona nyaman untuk menghadapi dunia luar.

Di tengah tantangan itu, ia dipertemukan dengan Akbar Arvinio Rajendra (Arvin), sosok lelaki populer yang memiliki pesona duniawi yang memikat. Perasaan asing mulai tumbuh di hati Haifa, sebuah rasa yang selama ini ia hindari: jatuh cinta sebelum waktunya.

Tak disangka, justru Arvin yang lebih dulu mengajaknya untuk ta’aruf. Meski awalnya terasa seperti jalan keluar yang syar’i, perjalanan keduanya justru penuh tarik-ulur dan lika-liku yang membuat hati Haifa semakin jauh dari Allah. Pada titik nadirnya, ia dihadapkan pada pilihan: mempertahankan Arvin atau menyerahkan semua kepada Sang Pemilik Hati.

Jika cinta ini menjauhkan aku dari Allah, bukankah lebih baik aku melepaskannya?” -Haifa

Spiritualitas di Tengah Godaan

Novel “Haifa” tidak hanya menceritakan romansa remaja biasa. Penulis berhasil mengangkat konflik batin yang sering terjadi dalam kehidupan nyata: antara keinginan hati dan keikhlasan diri untuk tunduk pada takdir Allah.

Penokohan:

  • Haifa, digambarkan sebagai perempuan yang lembut, taat, namun tetap manusiawi dengan segala keraguannya.
  • Arvin, sosok lelaki yang awalnya hanya simbol pesona duniawi, namun kemudian menjadi ujian terbesar bagi iman Haifa.

Lingkungan pesantren yang penuh kedamaian menjadi kontras dengan dunia luar yang glamor namun penuh jebakan.

Mengapa Wajib Dibaca?

  • Novel Spiritual yang Relevan

“Haifa” cocok untuk pembaca yang mencari bacaan ringan tetapi penuh makna. Kisah ini membahas soal menjaga hati, cinta yang sesuai syariat, hingga pentingnya memantaskan diri sebelum bertemu jodoh.

  • Pesan Moral Mendalam

Penulis menyelipkan pesan bahwa cinta sejati bukan hanya soal perasaan, tetapi juga tentang keberanian untuk memilih Allah di atas segalanya.

  • Adaptasi Wattpad yang Matang

Berbeda dengan cerita Wattpad kebanyakan yang fokus pada konflik ringan, “Haifa” justru menonjolkan nilai spiritual dan menjadi refleksi bagi pembaca muda.

Cinta yang Tulus untuk Sang Khalik

“Haifa” adalah kisah tentang keteguhan hati seorang perempuan yang memilih Allah di atas segalanya. Bagi pembaca yang sering terjebak dalam romansa dunia, novel ini akan menjadi pengingat bahwa cinta sejati adalah cinta yang membawa kita lebih dekat kepada-Nya, bukan sebaliknya.

Dari novel ini kita juga akhirnya sadar. Bahwa manusia tentu punya lalai dan cobaan masing-masing. Menyoroti pembahasan tentang islam di novel ini, kalau kamu belum memperdalam islam agaknya akan sulit memahami beberapa kosa kata dan pembahasan di sini. Belum lagi mengenai perbedaan madzhab di novel ini kurang dibahas secara netral. 

Melalui perjalanan Haifa, kita diajak merenung: sudahkah kita memantaskan diri sebelum meminta sosok yang sempurna? Ataukah kita masih mencintai dunia hingga lupa pada Pemilik Cinta?

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak