Heart Block merupakan novel karya Okke Sepatumerah yang diterbitkan oleh Gagas Media pada tahun 2010. Novel ini memiliki 316 halaman dan bergenre sastra Indonesia, fiksi, chick lit, dan romansa masa kini.
Menjadi penulis seringkali dihadapkan dengan masalah writer's block. Apakah benar seorang penulis mengalami kesulitan untuk menulis, baik karena kehabisan ide dan kehilangan motivasi? Atau itu hanya sebuah alasan yang dibuat penulis untuk memanjakan diri?
Novel ini menceritakan tentang Senja, penulis yang memenangkan kategori pendatang baru berbakat di festival penulis Indonesia tahun 2008 dengan karyanya yang berjudul Omnibus. Dalam novel ini, Senja menggunakan banyak metafora orisinal dan novelnya jauh dari klise walaupun menggunakan kosakata yang sederhana.
Kemenangannya itu membawanya ke Jakarta untuk mengikuti Sekolah Menulis Kreatif, yaitu hadiah untuk sepuluh nomine pendatang baru berbakat di festival tersebut. Di sana, para mentor mengajari teknis menulis dan memberi tahu bahwa proyek terakhir dari Sekolah Menulis Kreatif adalah membuat sebuah naskah novel.
Naskah yang dianggap layak akan diterbitkan oleh GrahaMedia, sebuah perusahaan penerbitan di bawah Grahamedia Group, sebuah konglomerasi media di Indonesia. Ketika mengikuti kelas tersebut, Senja merasa sangat berat untuk menulis, seperti ada yang menyumbat saluran idenya.
Dia mendapat kritikan para mentor mengenai naskah novelnya, para mentor berkata bahwa mereka rindu dengan cara menulisnya di Omnibus. Dan ketika hari penentuan tiba, naskah Senja tidak terpilih. Itu membuatnya kesal dan kecewa dengan dirinya sendiri.
Tasya, kakak tirinya mengatakan bahwa temannya yang bekerja di Fresh!Publishing sedang mencari penulis untuk project mereka yang bekerja sama dengan ShoeAddict, merek sepatu perempuan yang sedang banyak penggemarnya. Tasya menyuruh Senja untuk menerima tawaran temannya. Siapa tahu dapat mengangkat nama Senja karena peluangnya tergolong lumayan.
Akhirnya, Senja menyetujuinya. Promosi besar-besaran yang dilakukan dan benar saja, nama Senja langsung terkenal dengan novel keduanya. Tasya yang sekarang beralih menjadi manager Senja sangat bangga dengan apa yang dilakukan oleh adik tirinya.
Sebagai manajer, Tasya membuat jadwal demi kesuksesan Senja dalam menjalani pekerjaannya. Jadwal yang sangat padat, Senja semakin lama semakin kehilangan minat untuk menulis. Bahkan, dia sudah mulai marah karena Tasya selalu menyetujui job apapun tanpa bertanya apakah dia sanggup atau tidak.
Kepalanya hampir pecah dan ini bukanlah yang dia inginkan. Namanya memang mulai terkenal tapi karyanya berantakan. Banyak penggemar yang menyayangkan karya Senja karena tidak sebagus Omnibus. Senja juga mengakuinya.
Apalagi dia mendapat 40 Days Project dan terpilih sebagai duta project tersebut. Semakin meledak isi kepalanya mendapati dua minggu ke depan dia akan disibukan dengan rencana yang Tasya buat tanpa bertanya kepadanya. Ini tidak bisa dibiarkan. Liburan adalah solusinya. Senja bertekad untuk kabur dari Tasya dan Jakarta. Tidak peduli dengan jadwal yang Tasya buat.
Datang ke Bali bukan pilihan yang salah. Di sanalah Senja bertemu dengan Genta, sosok yang tak pernah Senja sadari ternyata bentuk dari sesungguhnya cinta yang selama ini dia cari. Senja merasa bahwa dia dan Genta sangat cocok dan memiliki masalah yang sama.
Senja yang kehabisan ide atau biasa disebut writer's block sehingga tidak bisa menulis dan Genta yang dikejar deadline lukisan untuk pameran yang dia adakan. Bagaimana bisa takdir merencanakan pertemuan mereka dengan seindah ini?
Lalu, bagaimana hubungan mereka selanjutnya? Apakah Senja dapat menyelesaikan masalah writer's block yang sedang dialaminya? Dan apakah Genta berhasil menemukan inspirasi untuk lukisannya?
Agar mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, kamu dapat membacanya di novel Heart Block karya Okke Sepatumerah.
Novel ini merupakan novel yang terlalu realistis. Cinta yang sebenarnya terjadi terkadang memang menyakitkan. Penulis membawakan ending di luar dugaan. Sangat plot twist dan terlalu realistis. Jika penasaran, silahkan membacanya sendiri.
Penceritaan novel ini hanya berfokus pada masalah Senja tentang writer's block dan kejenuhannya dalam menulis. Memang benar, jika sesuatu dilakukan dengan setengah hati atau terpaksa, hati tidak akan senang saat menjalaninya. Walaupun memang harus profesional.
Gaya bahasa yang digunakan juga ringan sehingga pembaca akan nyaman saat membacanya. Ketika membaca novel ini, saya serasa mengalir seperti air dan tidak bosan menjelajahi dunia Senja. Novel ini membuat saya tertarik dengan dunia kepenulisan.
Secara keseluruhan, novel ini akan saya rekomendasikan kepada semua pembaca karena relevan dengan kehidupan atau realita sekarang. Dikarenakan ada adegan kissing, sebaiknya untuk pembaca di bawah umur harap untuk menunggu sampai usianya cukup untuk membacanya