Menikmati Menu di Lesehan Selera Malam Jambi, Sambalnya Bikin Nagih

Hikmawan Firdaus | Rion Nofrianda
Menikmati Menu di Lesehan Selera Malam Jambi, Sambalnya Bikin Nagih
Seporsi ayam sambal rampai di lesehan selera malam Jambi (Dok.pribadi/Rion Nofrianda)

Jalan Pattimura di Kota Jambi menyimpan banyak cerita, dan salah satunya bersemayam dalam kepulan asap wajan dan aroma sambal yang menggoda dari sebuah warung sederhana namun tak pernah sepi: Selera Malam Spesial Sambal Rampai. Tepat di seberang kompleks pemakaman Tionghoa, warung ini berdiri tanpa plang mencolok, tanpa dekorasi berlebihan, tetapi justru di sanalah letak pesonanya. Ia tidak menawarkan kemewahan, melainkan ketulusan rasa dan itulah yang membuat banyak orang datang kembali, malam demi malam.

Bagi para pencinta kuliner malam di Jambi, tempat ini bukan nama asing. Setiap malam, mulai pukul lima sore hingga menjelang dini hari, deretan kursi plastik mulai terisi, suara pesanan bersahutan, dan piring-piring berisi lauk panas dengan sambal rampai khas mulai berpindah dari dapur ke meja pengunjung. Sambalnya bukan sekadar pelengkap, tapi jiwa dari setiap hidangan yang disajikan. Rasa pedasnya tidak menusuk, justru bersahabat dan berselera. Terdapat keseimbangan yang sulit ditiru asam yang segar, manis yang samar, dan gurih yang melekat di lidah tanpa menyiksa.

Menu yang tersedia pun tak kalah menggoda. Bebek, ayam, udang, gurame, patin, bawal, nila, ikan kembung, dan lele disiapkan dalam dua pilihan utama: digoreng garing atau dibakar hingga harum. Setiap pilihan menghadirkan cita rasa berbeda, tergantung selera dan keinginan malam itu. Bagi yang menyukai kulit ikan yang renyah, versi goreng tentu memuaskan. Namun jika ingin sesuatu yang lebih lembut dan beraroma asap, ikan bakar dengan olesan bumbu manis asin jadi pilihan tepat. Apapun pilihannya, sambal rampai akan hadir setia di sisi, seolah menjadi teman lama yang tahu bagaimana mengangkat cita rasa makanan menjadi sesuatu yang lebih dalam.

Sebagai pelengkap, pengunjung disuguhi lalapan yang tidak biasa. Ada kol goreng yang renyah dan sedikit gosong di pinggirannya, terong ungu yang dibakar hingga lunak, pete dan jengkol yang tak sekadar direbus, serta kabau bahan khas yang sudah jarang ditemukan di tempat makan umum. Semua disajikan dengan porsi yang layak, tanpa pelit, dan terasa dibuat dengan sepenuh hati. Kesan yang muncul bukan sekadar “makan enak”, tetapi juga “makan puas”.

Harga yang ditawarkan sangat ramah. Mulai dari dua puluh ribu rupiah, pengunjung bisa mendapatkan seporsi nasi, lauk pilihan, lalapan, dan tentu saja, sambal rampai yang menjadi ikon utama. Dalam suasana malam yang hangat dan penuh aroma, tak sedikit yang memesan lebih dari satu porsi hanya karena rasa yang menggoda sejak suapan pertama. Sementara tangan sibuk menyendok nasi, lidah dan pikiran sibuk menikmati harmoni rasa yang jarang ditemukan di tempat lain.

Minuman pun tersedia dalam berbagai pilihan, dari yang hangat hingga dingin. Teh manis panas, es jeruk segar, hingga minuman kekinian seperti es kopi susu siap menemani malam panjang para pengunjung. Di tengah suasana yang akrab dan ramai, bahkan pengunjung yang datang seorang diri pun tak merasa sendirian. Obrolan dari meja sebelah, tawa pelayan yang sigap, dan denting sendok dari dapur belakang menciptakan atmosfer yang akrab, seperti sedang makan di halaman rumah sendiri.
Suasana warung Selera Malam ini menjadi bukti bahwa tempat makan tak harus mewah untuk menjadi favorit. Banyak yang datang dengan pakaian kerja, rombongan keluarga, pasangan muda, hingga ojek daring yang singgah sebentar untuk melepas lelah. Tak sedikit pula yang sengaja datang dari luar kawasan hanya untuk mencicipi sambal rampai yang mereka dengar dari cerita teman atau unggahan media sosial.

Warung ini tidak menjual cerita berlebihan, tidak pula menggoda dengan promo instan. Ia hanya menawarkan rasa dan itu sudah cukup. Dalam dunia kuliner yang semakin banyak gimmick, kejujuran rasa menjadi barang langka. Di sinilah nilai lebih Selera Malam Sambal Rampai: ia jujur, sederhana, tapi tidak pernah gagal membuat orang ingin kembali. Mungkin karena itu, meski lokasinya persis di depan pemakaman, warung ini tetap hidup dan justru menjadi titik temu banyak lidah yang merindukan rasa otentik.

Yang menarik, tempat ini tidak pernah benar-benar sepi. Bahkan di malam biasa, kendaraan roda dua dan empat tampak terparkir berjajar, menandakan bahwa para pencinta kuliner tahu persis ke mana harus pergi ketika ingin mencari makan malam yang bukan hanya sekadar mengenyangkan. Ada sesuatu yang berbeda di sini mungkin karena bumbu yang digunakan, mungkin karena tangan-tangan yang memasak dengan penuh perasaan, atau mungkin karena sambal rampai yang membuat orang merasa seperti pulang.

Jam operasional warung ini pun seolah memahami ritme malam para pelanggannya. Buka sejak sore, saat langit mulai menggelap dan lampu mulai menyala, hingga dini hari ketika sebagian besar tempat makan lain sudah tutup. Selera Malam tetap setia menyambut siapa saja yang datang, tanpa memandang waktu atau suasana hati. Di tempat ini, malam terasa lebih hangat, lebih akrab, dan tentu saja lebih nikmat.

Tidak berlebihan jika banyak orang menyebut warung ini sebagai “perhentian rasa” di jantung malam Jambi. Di tengah hiruk-pikuk kota yang terus berubah, Selera Malam Spesial Sambal Rampai berdiri sebagai pengingat bahwa kelezatan sejati tidak perlu banyak bicara cukup hadir, dan biarkan rasa yang bekerja. Dan malam-malam di Jalan Pattimura pun terus berjalan, bersama suara wajan, aroma sambal, dan kenangan rasa yang tak mudah dilupakan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak