Ada kalanya hidup terasa berat. Masalaha yang terus datang tanpa henti membuat pikiran semakin rumit. Di tengah situasi seperti ini, buku Don’t Be Sad karya Aaidh ibn Abdullah Al-Qarni hadir seperti angin sejuk yang menenangkan hati.
Buku ini bukan sekadar kumpulan motivasi kosong yang manis di permukaan. Don’t Be Sad adalah semacam "obat hati" yang diramu dari ayat-ayat Al-Qur’an, hadis Nabi, kisah-kisah para sahabat, dan hikmah dari para ulama.
Namun menariknya, gaya penyampaian Aaidh Al-Qarni sangat personal, seakan-akan ia sedang berbicara langsung kepada kita.
Melalui buku ini, Al-Qarni secara efektif menunjukkan bahwa ujian dan cobaan adalah bagian dari kehidupan dunia, dan justru di situlah letak penguatan keimanan.
Dalam setiap babnya banyak penjelasan yang berdiri sendiri seperti esai pendek. Jadi kalian bisa saja tidak membacanya secara berurutan.
Bahkan, satu bab pun cukup untuk jadi “pengingat harian” yang menguatkan jiwa.
Uniknya, buku ini juga bersifat inklusif. Meski ditulis dari perspektif Islam, banyak nilai dan pelajaran di dalamnya yang juga bisa dirasakan manfaatnya oleh pembaca non-Muslim. Tema-tema universal seperti ketabahan, syukur, harapan, dan introspeksi diri membuatnya tetap relevan untuk siapa saja yang sedang mencari arah dalam hidup.
Salah satu kekuatan buku ini adalah gaya penulisannya yang indah dan penuh kutipan bijak. Al-Qarni menyelipkan kata-kata dari tokoh-tokoh Inggris, penyair Muslim, serta kisah dan pengalaman orang-orang terdahulu, semuanya dipadukan dengan dalil dari Al-Qur’an dan hadis. Hasilnya adalah bacaan yang memikat, menyentuh, sekaligus membuka mata.
Rasanya buku Don’t Be Sad harus kalian baca minimal satu kali dalam seumur hidup. Karena buku ini bukan sekedar pengembangan diri biasa, tapi banyak nasihat untuk membangun kepribadian muslim yang lebih baik dan kuat.
Singkatnya, buku ini bukan sekadar untuk dibaca, tapi untuk direnungkan—dan dijadikan bekal menempuh kehidupan.
Bahasa yang digunakan cukup ringan dan mudah dipahami, bahkan oleh pembaca yang tidak memiliki latar belakang keilmuan Islam yang mendalam. Meski sesekali menggunakan istilah Arab atau kutipan ayat, semuanya disertai terjemahan dan penjelasan yang ringkas.
Sehingga, buku ini akan sangat cocok untuk kalian yang mencari motivasi islam tanpa harus merasa lelah.
Satu hal lain yang menyenangkan, buku ini juga tidak terlalu “menggurui”. Al-Qarni lebih banyak mengajak pembaca untuk merenung. Ia tidak menjanjikan solusi instan, tapi memberikan panduan bagaimana menghadapi hidup dengan penuh kesabaran, tawakal, dan pengharapan kepada Allah.
Ini sangat membantu, terutama saat membacanya di malam hari atau ketika hati sedang rawan.
Buku ini mengingatkan kita bahwa setiap luka pasti ada obatnya, dan setelah badai akan selalu muncul pelangi. Meski dunia terasa rumit, kita tetap mampu menjalani semuanya asalkan berpegangan erat pada tali Allah.
Bacaan ini cocok untuk siapa saja, mulai dari remaja, orang dewasa, ibu rumah tangga, hingga para pekerja yang mulai merasa lelah menghadapi tekanan hidup.
Ia memberikan pengingat lembut bahwa Allah selalu lebih dekat dari yang kita kira.
Satu catatan penting: jangan berharap kisah penuh plot atau narasi panjang. Buku ini lebih berupa refleksi pendek-pendek, seperti kumpulan ceramah hati. Tapi justru di situlah kekuatannya—kita bisa membacanya secara acak dan tetap mendapatkan manfaat.
Sebuah bacaan yang menenangkan sekaligus menggugah. Dan mungkin, salah satu yang perlu ada di rak buku semua orang, untuk dibaca ulang kapan saja hati sedang goyah.