Ulasan Novel Wesel Pos: Sudut Pandang Unik tentang Hidup Masyarakat Urban

Hikmawan Firdaus | Ade Feri
Ulasan Novel Wesel Pos: Sudut Pandang Unik tentang Hidup Masyarakat Urban
Novel wesel Pos (Goodreads.com)

Novel Wesel Pos merupakan salah satu karya Ratih Kumala yang tidak luput dari sentuhan representasi kondisi sosial. Hadir dengan konsep novelet atau novel pendek membuat alur cerita di buku ini sangat padat dan singkat. Meski begitu, penulis bisa dibilang cukup berhasil menguak riuh rendah isu masyarakat urban dengan baik.

Mengisahkan perjalanan wanita desa bernama Elisa Fatunisa yang memutuskan ke Jakarta setelah kematian ibunya. Berbekal uang sejumlah 150 ribu, ponsel lawas, dan secarik surat, ia lantas pergi ke ibu kota untuk menemui kakaknya di sana. Sementara itu, belakangan tahun ini Ikbal Hanafi atau kakaknya itu hanya rutin mengirimkan uang saja dan tidak pernah menghubungi keluarga di kampung. 

Sayangnya setelah sampai di Jakarta, Elisa justru mendapat kemalangan. Uang dan barang yang dibawanya dari kampung raib ketika dititipkan pada seorang ibu saat ia pergi mandi. Elisa kemudian mengunjungi kantor polisi untuk melaporkan kehilangan, tetapi di sana pun ia tidak begitu banyak mendapat bantuan polisi.

Merasa iba, polisi akhirnya mengantarkan Elisa ke alamat yang tertera di surat. Sesampainya di lokasi itu, Elisa tidak langsung bertemu sang kakak karena seorang sekuriti menyarankan agar ia bertemu Fahri lebih dulu. Lelaki itu adalah supir direksi perusahaan sehingga ia kemungkinan kenal dengan banyak orang yang bekerja di sana, termasuk Ikbal.

Setelah bertemu Fahri, perjalanan Elisa yang sesungguhnya baru saja dimulai. Elisa lantas tinggal bersama Fahri di sebuah rumah susun. Di sana Elisa membantu Fahri mengurus rumah dan bersih-bersih. Hingga pada suatu hari, ia menemukan sejumlah salinan wesel pos dengan alamat tujuan ke rumahnya. Pada akhirnya, pertemuan Elisa dengan Fahri menjadi gerbang yang membuka tabir keberadaan sosok Ikbal dan fakta mengejutkan lainnya. 

Novel ini merepresentasikan kehidupan masyarakat urban yang dihiasi dengan ketimpangan sosial, kriminalitas, dan isu sosial lainnya. Sejak awal, novel ini sudah memperlihatkan potret kehidupan kota yang keras dan disebutkan pula kalau hanya orang tertentu saja yang mampu bertahan hidup di sana. Novel ini juga turut membingkai isu urbanisasi yang menjadi riak persoalan masyarakat urban pinggiran.

Anggapan bahwa seseorang bisa lebih mudah mendapat pekerjaan di kota, yang kemudian mendorong orang-orang desa melalukan urbanisasi tanpa kontrol yang terkendali. Akibatnya, banyak orang semacam Elisa yang datang ke kota tanpa persiapan dan pengetahuan yang mencukupi. Bukannya menyelesaikan suatu perkara, badai urbanisasi yang deras justru berisiko menciptakan ketimpangan sosial dan meningkatkan kriminalitas. 

Isu tersebut begitu kental dituliskan Ratih Kumala sejak awal hingga akhir cerita. Jakarta dilukiskan sebagai wadah mengadu nasib dan jadi ladang mencari rezeki. Banyak orang yang masih memegang prinsip untuk mencari pekerjaan halal, tetapi di sisi lain ada orang yang rela melakukan pekerjaan apa pun untuk menghidupi dirinya dan keluarga. 

Hal ini terlihat dari latar belakang sejumlah tokoh sampingan. Sebut saja Fahri yang ternyata tidak hanya bekerja sebagai supir saja, tetapi ia nekat menjadi kurir narkoba. Ada juga Memet yang merupakan tetangga Fahri di rumah susun yang harus berubah jadi "wanita" di malam hari untuk mencukupi kebutuhan hidup. Beberapa tokoh itu mencerminkan ironi di balik gemerlap kehidupan megah yang ditawarkan kota-kota besar.

Di samping isi cerita yang menarik, novel ini menggunakan gaya penceritaan yang unik. Meski menggunakan sudut pandang pertama, ternyata yang menarasikan cerita adalah si wesel pos. Artinya segala peristiwa yang dikisahkan di novel ini berasal dari benda mati.

Gaya penceritaan ini sangat jarang ditemukan di karya fiksi yang lain. Sayangnya, di beberapa adegan sudut pandang tersebut terkesan bias sehingga terkadang pembaca bisa bingung dengan sudut pandang yang sebenarnya. Meski begitu, novel ini menawarkan alur cerita sangat bagus serta plot twist yang mengejutkan.

Identitas buku

Judul: Wesel Pos

Penulis: Ratih Kumala

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: 2018

Tebal buku: 100 halaman

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak