
Kristo Immanuel adalah salah satu aktor berbakat yang tengah naik daun di dunia perfilman Indonesia. Mengawali karier dari konten kreator kini Kristo telah membintangi berbagai film di tanah air. Dengan gaya aktingnya yang khas dan kemampuannya membawakan berbagai karakter, Kristo berhasil mencuri perhatian penonton.
Berikut adalah empat film terbaru yang diperankan oleh Kristo:
1. 24 Jam bersama Gaspar

Film ini menceritakan perjalanan Gaspar, seorang detektif amatir, yang tengah menyelidiki kasus pembantaian massal yang melibatkan pemerintah. Dalam prosesnya, Gaspar menemukan petunjuk tentang teman masa kecilnya yang hilang dan jejak penjahat perdagangan manusia.
Namun, tantangan besar menantinya karena ia hanya memiliki waktu 24 jam untuk hidup akibat kerusakan pada jantung buatan miliknya. Dibantu oleh teman-temannya, Agnes dan Kick, Gaspar berusaha menuntaskan misinya yang berisiko tinggi.
2. Kaka Boss
Film ini menggabungkan humor dan drama kisah Kaka Boss, seorang penagih utang sukses yang bercita-cita menjadi penyanyi demi membahagiakan putrinya. Sayangnya, suara Kaka Boss jauh dari kata merdu, namun tidak ada yang berani mengatakan hal itu.
Situasi ini menciptakan konflik yang perlahan membangun ketegangan. Dengan elemen komedi yang kental, Kaka Boss menjadi tontonan ringan yang mampu membuatmu tertawa sekaligus tersentuh.
3. My Annoying Brother
Kolaborasi pertama Kristo Immanuel dengan Angga Yunanda dan Vino G. Bastian ini mengisahkan hubungan rumit antara dua saudara, Kemal dan Jaya. Kemal, seorang atlet nasional, kehilangan penglihatannya setelah mengalami cedera, sementara Jaya, kakaknya, adalah seorang mantan narapidana.
Awalnya, Jaya memanfaatkan kondisi Kemal untuk mengurangi hukuman penjaranya, namun perlahan hubungan mereka berubah menjadi persaudaraan yang penuh kehangatan. Film ini menunjukkan bahwa keluarga adalah kekuatan terbesar dalam menghadapi segala cobaan hidup.
4. The Shadow Strays
The Shadow Strays bercerita tentang Codename 13, seorang pembunuh bayaran remaja yang berusaha menyelamatkan Monji, seorang bocah 11 tahun yang menjadi korban sindikat kejahatan.
Film ini dipenuhi adegan aksi intens dan kisah tentang kemanusiaan yang menyentuh. Peran Kristo menambah kedalaman cerita, menciptakan suasana yang mendukung perjalanan penuh bahaya Codename 13.
Dari keempat film di atas, Kristo Immanuel menunjukkan kemampuannya memerankan karakter yang beragam, mulai dari aksi, drama, hingga komedi. Menarik untuk ditunggu perjalanan karier Kristo Immanuel ke depannya di industri film tanah air!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Viral Gempi Dapat HP Baru, Kapan Sebaiknya Anak Diberi HP Pertama?
-
Masalah Komunikasi, Apa Timnas Sepak Bola Wajib Dilatih oleh Pelatih Lokal?
-
Stop Gaya Hidup YOLO, Sekarang Waktunya YONO: You Only Need One!
-
Viral Istilah Self-Serving Bias Jadi Penyakit Orang Indonesia, Apa Artinya?
-
Welcome Desember, 4 Rekomendasi Tontonan Spesial Natal yang Ada di Netflix!
Artikel Terkait
-
Review Film Chicken for Linda!, Animasi Prancis Penuh Tawa dan Kehangatan Raih Banyak Penghargaan
-
Debut Box Office Red One Resmi Geser Venom 3 Usai Raup Rp539 Miliar
-
Film Terbaru Star Wars Batal Tayang 2026, Resmi Diganti Film Ice Age 6
-
4 Rekomendasi Film yang Dibintangi Finn Wittrock, Terbaru Ada Don't Move
-
Review Film Betting with Ghost, Ketika Penjudi Berurusan dengan Hantu
Entertainment
-
Debut 23 Juni, THEBLACKLABEL Perkenalkan Member Grup Co-ed ALLDAY PROJECT
-
Rilis Teaser, Film The Lost Bus Suguhkan Aksi Penyelamatan yang Dramatis
-
BOYS II PLANET Mulai Produksi, Simak Format Debut dan Tanggal Tayangnya
-
Doyoung NCT Mengenang Indah di Lagu Comeback Solo Terbaru Bertajuk Memory
-
7 Rekomendasi Film Romantis Korea yang Bikin Baper dan Terharu
Terkini
-
Ulasan Lagu Answer oleh ATEEZ: Pesan Kuat dari Perjalanan Mencari Jati Diri
-
Tragisnya Pemain Keturunan Malaysia, Dinaturalisasi Hanya untuk Bermain di JDT!
-
Dampak Nikel terhadap Ikan Pari dan Penyu: Raja Ampat Sudah Tak Aman
-
Review Film Love and Leashes, Eksperimen Cinta yang Unik di Dunia Kerja
-
Budaya Me Time: Self-Care, Self-Reward, atau Konsumerisme Terselubung?