Wah kali ini kita harus bangga banget sih, warisan budaya kita kembali viral. Uniknya lagi, banyak netizen mancanegara yang tak percaya dan menyebutnya sebagai video AI. Memang sih, mulai dari gerakan mendayung sampai menari di atas perahu bikin geleng-geleng kepala. Gak cuma kompak tapi juga keren abis!
Banyak konten kreator luar negeri mulai menirukan gerakan dan menyebutnya sebagai “aura farming” atau “dynamic aura,” dan menjadi trend baru di media sosial. Namun, di balik viralnya video itu, tersimpan kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa: Pacu Jalur.
Mengenal Pacu Jalur Riau, Lomba Tradisional yang Trending di Luar Negeri
Pacu Jalur adalah lomba dayung tradisional khas Riau, khususnya dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing). Kata "jalur" merujuk pada perahu panjang berbentuk ramping yang terbuat dari batang kayu utuh. Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-17, awalnya digunakan sebagai sarana transportasi raja-raja dan untuk kegiatan adat. Kini, Pacu Jalur menjadi agenda tahunan yang biasa digelar pada Agustus, bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Kegiatan ini bukan sekadar lomba, melainkan perpaduan antara olahraga, seni, dan upacara adat. Bahkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan Pacu Jalur sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia sejak tahun 2014.
Susunan Tim dalam Satu Jalur
Satu perahu jalur dapat membawa 50–60 orang, masing-masing dengan peran khusus:
- Tukang concang: komandan atau pemberi aba-aba.
- Tukang pinggang: juru mudi yang menjaga arah perahu.
- Tukang onjai: pemberi irama, dengan menggoyangkan badan secara ritmis agar tim tetap serempak.
- Anak pacu: para pendayung yang menjadi kekuatan utama dalam melajukan jalur.
- Anak coki: penari kecil di ujung perahu yang kini jadi sorotan dunia.
Fungsi Anak Menari (Coki) di Barisan Depan
Video seorang anak yang berdiri sambil menari di depan perahu menjadi viral dan trending aura farming/aura dynamic di luar negeri. Banyak parodi dibuat untuk meniru gerakan anak tersebut. Sebenarnya untuk apa sih anak itu berdiri dan menari di sana?
Anak coki adalah anak laki-laki kecil yang berdiri di bagian paling depan perahu dan menari saat perahu melaju. Ia bukan sekadar maskot, tapi simbol semangat dan dominasi. Biasanya, anak coki hanya akan mulai menari ketika timnya berada di posisi terdepan, sebagai penanda bahwa mereka sedang memimpin lomba.
Menjadi coki bukan tugas mudah. Anak ini harus menjaga keseimbangan di ujung perahu yang berguncang cepat sambil terus menari penuh ekspresi. Gerakannya tidak hanya artistik, tetapi juga menambah semangat anak pacu di belakangnya. Saat tim mencapai garis finish, anak coki akan meloncat ke air sebagai bagian dari atraksi penutup.
Tak sampai di situ, posisi coki terkadang harus menjadi yang pertama mengalah jika tim tertinggal jauh di belakang. Hal ini dilakukan untuk mengurangi beban dan mempercepat laju perahu.
Pacu Jalur Riau Goes to The World
Viralnya video anak coki yang menari penuh semangat membuat Pacu Jalur dikenal hingga ke mancanegara. Banyak kreator konten dari berbagai negara membuat parodi dan reaksi atas penampilan tersebut. Tagar seperti #AuraFarming, #IndonesianRowboatDance, dan #CokiBoy ramai bermunculan di TikTok dan Instagram.
Warganet asing mengira ini bagian dari pertunjukan modern, padahal ini adalah tradisi lokal yang telah diwariskan turun-temurun. Respons ini sekaligus menjadi pengingat: banyak dari warisan budaya kita yang memiliki potensi internasional, asalkan diperkenalkan dengan konteks yang tepat.
Pacu Jalur bukan sekadar lomba dayung, melainkan simbol gotong royong, identitas daerah, dan seni budaya yang hidup di tengah masyarakat. Viral atau tidak, Pacu Jalur tetap layak dilestarikan dan dibanggakan. Dan lewat anak coki yang menari dengan gagah di ujung perahu, dunia akhirnya mengenal bahwa Indonesia punya tradisi mendebarkan yang tak hanya unik, tapi juga menghibur.
Baca Juga
-
Kampanye Digital: Dari Layar Kecil, Suara Alam Bisa Menggema
-
Menjaga Sungai Lewat Dayung: Ketika Rafting Jadi Aksi Lingkungan
-
3 Alasan Kenapa Kamu Harus Ikut Andil dalam Gerakan Jaga Hutan
-
Ulasan Novel Selamat Tinggal: Ketika Hukum Tak Lagi Gagah dalam Kebenaran
-
Kamu Bukan Sekadar Penonton: Saatnya Jadi Suara untuk Alam
Artikel Terkait
-
Unik, Mengangkat Warisan Budaya dan Kearifan Lokal Lewat Kejuaraan Domino Nasional
-
Profil Ajaib Sekuritas dan Sosok Pemiliknya, Viral Dugaan Penagihan Nasabah Rp1,8 M
-
Viral Detik-detik Polisi Gerebek Pesta Gay di Puncak Bogor, Puluhan Pria Tertangkap Telanjang Bulat!
-
Kemenbud: Lebih Baik Investasi Budaya daripada Tambang
-
Menjelajahi Kemegahan Istana Maimun, Warisan Melayu yang Memikat Hati
Entertainment
-
Mengenal Lebih Dekat Bendera Jolly Roger dari One Piece yang Sempat Viral
-
Sinopsis The Vendetta of An, Drama China Terbaru Cheng Yi dan Liu Yi Jun
-
Jadwal Tayang Film Frankenstein Resmi Diumumkan, Catat Tanggalnya!
-
Film Sisu 2 Pamerkan First Look, Siap Tayang November Mendatang
-
Sinopsis Spying, Drama Thriller China Terbaru Xiao Zhan dan Zhou Yu Tong
Terkini
-
Misteri Raibnya Para Penduduk dalam Buku Spog dan Spiggy di Planet Alotita
-
Bagaimana Lebah Madu Bisa Jadi Alarm Alami Polusi Udara?
-
Akur dengan Aprilia, Jorge Martin Siap Kejar Gelar Juara Dunia Musim Depan
-
Prioritaskan Keselamatan, Maverick Vinales Absen di MotoGP Hungaria 2025
-
Diksi Pejabat Tidak Santun: Ini Alasan Pentingnya Mapel Bahasa Indonesia