Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Lilya Pramesti
Baekhyun EXO. (Instagram/@weareone.exo)

Berita kurang sedap datang dari salah satu personel EXO, Baekhyun. Pasca rilisnya mini album ketiga ‘Bambi’ pada 30 Maret 2021 lalu, Dispatch menginformasikan penyanyi asal Korea Selatan ini menderita penyakit hipotiroidisme.

Alih-alih menenangkan hati penggemar, Baekhyun membenarkan pemberitaan dari Dispatch dan menulis pesan menyentuh melalui aplikasi Dear U. Bubble. Baekhyun mengungkapkan kondisi medisnya bahwa ia telah menderita hipotiroidisme sejak usia 20 tahun. Baekhyun secara pribadi juga mengakui, ia hampir gagal debut dengan EXO karena penyakit hipotiroidisme yang dideritanya selama ini.

Penyakit hipotiroidisme muncul diakibatkan oleh gangguan pada kelenjar tiroid yang berdampak pada menurunnya produksi hormon tiroid. Hormon ini penting, karena berperan dalam proses pertumbuhan, metabolisme, serta mengatur fisiologis tubuh.

Sebagaimana dialami Baekhyun, gejala hipotiroidisme memang tidak terlalu menonjol dan terjadi secara perlahan. Bahkan, seringkali penderitanya tidak sadar memiliki gangguan hormonal ini selama bertahun-tahun. Namun, apabila dibiarkan hipotiroidisme dapat mengancam kesehatan penderitanya.

Nah, untuk mengetahui penyakit ini lebih jauh, berikut ialah ulasan fakta-fakta hipotiroidisme sebagaimana menyadur dari Northwestern Medicine.

1. Hipotiroidisme Tidak Dapat Dicegah

Sebagian besar gangguan tiroid memang tidak dapat dicegah, termasuk pada hipotiroidisme. Namun, penderita dapat menghambat hipotiroidisme dengan mengelola kondisi tubuhnya.

Eve .D Bloomgarden, MD, salah seorang pakar endokrin Northwestern Medicine, mengemukakan bahwa hipotiroidisme merupakan penyakit yang berlangsung alami. Seseorang harus mendapatkan diagnosa yang tepat, mencegahnya menjadi masalah yang lebih signifikan, dan sesegera mungkin mengambil langkah untuk meminimalisir dampak penyakit terhadap tubuh sebelum mengganggu fungsi tubuh yang lain.

2. Wanita Lebih Banyak Mengalami Resiko Hipotiroidisme Daripada Laki-Laki

Hipotiroidisme memang dapat terjadi pada pria dan wanita, termasuk bayi sekalipun. Namun, riset menunjukkan satu dari delapan wanita dimungkinkan berpotensi mengalami hipotiroidisme selama hidupnya. Resiko ini lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan laki-laki, terutama pasca kehamilan dan menopouse.

Gejala hipotiroidisme pada wanita diantaranya ialah kelelahan, otot terasa lemah, siklus menstruasi yang tidak teratur, kenaikan berat badan secara signifikan, dan perasaan dingin.

3. Stres Memperparah Hipotiroidisme

Tingkat stres baik secara fisik maupun psikis dapat memicu terjadinya hipotirioidisme. Terlebih memegang peran penting dalam sistem endokrin, produksi hormon tiroid sangat bergantung pada kondisi emosional seseorang.

Tingkat stres yang tinggi akan berpengaruh terhadap ketidakseimbangan produksi hormon tiroid, salah satunya hipotiroidisme. Olahraga rutin, istirahat cukup, menjaga pola makan, serta mengelola hubungan yang sehat sangat disarankan untuk menjaga tiroid berfungsi secara optimal.

4. Hipotiroidisme Perlu Ditangani Sebelum dan Selama Kehamilan

Hormon tiroid sangat berperan penting terhadap perkembangan sel-sel otak dan sistem saraf bayi, terutama pada trimester pertama. Hipotiroidisme selama kehamilan berpotensi menyebabkan anemia, preeklamsia, berat badan lahir rendah (BBLR), gagal jantung kongestif, hingga keguguran. Oleh karena itu, pemeriksaan sedini mungkin diperlukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyakit hipotiroidisme.

5. Makanan Juga Berpengaruh Pada Resiko Hipotiroidisme

Bagaimanapun, makanan dapat mempengaruhi penyakit hipotiroidisme. Lambatnya kemampuan metabolisme mengakibatkan produksi lemak penderita hipotiroidisme meningkat. Hal ini juga berpengaruh terhadap pembengkakan dan kenaikan berat badan.

Terdapat dua fokus pengaturan makan yang perlu diperhatikan bagi penderita hipotiroidisme. Pertama, pengaturan pola makan untuk mengurangi berat badan. Kedua, upaya menjaga keseimbangan produksi hormon tiroid yang kadarnya sesuai kebutuhan tubuh.

Oleh karena itu, penderita hipotiroidisme sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein. Tidak hanya itu, mereka juga perlu menambah kebutuhan gizi dengan makanan yang mengandung yodium, selenium, dan zink.

Mengutip dari healthline.com, terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk mendiagnosis hipotiroidisme, yakni melalui evaluasi medis dan tes darah.

Evaluasi medis dilakukan lewat pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan secara keseluruhan. Termasuk pemeriksaan tanda-tanda dan gejala fisik hipotiroidisme, seperti kulit kering, bengkak di leher, detak jantung yang lambat, kelelahan, depresi, sembelit, dan lain sebagainya.

Sedangkan, tes darah berusaha mengukur kadar hormon tubuh, yakni Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan tiroksin (T4). Umumnya, hipotiroidisme ditandai dengan peningkatan kadar TSH dan T4 yang rendah.

Lilya Pramesti