Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Pekik
Ilustrasi Menangis (pixabay)

Menangis bagi seorang laki-laki masih dianggap hal yang tabu. Sedari kecil, kita sudah mendengar larangan untuk menangis, khususnya bagi anak laki-laki, baik dari orang tua atau masyarakat sekitar.

Kenapa demikian? Jika menemui lelaki yang menangis biasanya mendapat ocehan orang. Biasanya dia disebut cengeng dan disamakan seperti anak perempuan.

Stigma di tengah masyarakat melihat laki-laki menangis sangat buruk. Doktrin yang berjalan sejak dahulu, ketika menemui anak yang lagi menangis, langsung mendapatkan cap lemah. Tidak peduli apapun penyebabnya.

Doktrin tersebut masih terbawa hingga anak laki-laki tumbuh dewasa, sehingga ia cenderung lebih baik menahan tangis, daripada menjadi bahan olokan dan mendapat stigma buruk. Akhirnya, menahan tangis bagi laki-laki itu seakan-akan sudah menjadi budaya.

Fiona Forman, seorang penulis sekaligus trainer dalam psikologi positif terapan menjelaskan tentang doktrin tabu tersebut. Menurut budaya yang dominan di kalangan masyarakat, bahwa emosi dan pengendalian diri bagi seorang pria harus disikapi dengan tangguh.

Pria yang meluapkan emosi dengan tangisan akan mendapatkan stigma sebagai orang yang lemah dan tidak jantan. Itulah mengapa kebanyakan dari laki-laki mampu menahan luapan emosi tangisan ketimbang perempuan.

Kondisi seperti ini jika terus dibiarkan malah akan bertambah buruk bagi kesehatan mental, yakni timbulnya Toxic Masculinity. Secara psikis, pria yang terus menahan emosinya untuk tidak menangis berdampak negatif. Seperti suka menutup diri, tidak terbuka, bahkan hingga munculnya gejala depresi.

Laki-laki menangis adalah hal yang wajar

Peneliti dari Clark University dan Boston University mengungkapkan bahwa Laki-laki menangis merupakan hal yang sangat wajar. Mereka juga mengingatkan bahwa pola pikir yang dibatasi oleh gender perlu diubah. Salah satunya perihal tangisan. Sebab, menangis adalah luapan emosi yang sehat bagi siapa saja.

Bersikap dan memghormati orang lainlah yang menjadi ukuran seseorang itu maskulin atau tidak. Tangisan para pria bukanlah suatu ukuran kejantanan.

Dengan pemahaman seperti ini, diharapkan orang tua dan masyarakat umum dapat memahami, sehingga tidak ada lagi stigma buruk pada pria yang menangis.

Manfaat menangis untuk kesehatan

Telah diuraikan di atas bahwa kebiasaan menahan tangis dalam waktu yang cukup lama memberikan dampak negatif dan mengganggu perkembangan psikologis seseorang.

Sudah banyak penelitian yang terungkap, bahwa menangis juga dapat menyehatkan. Ia dapat menenangkan dan melepaskan emosi, sehingga beban dan tekanan batin dapat tersalurkan.

Di samping itu, hormon endorfin dan oksitosin yang berguna untuk mengurangi gejala stres juga dapat diproduksi dari menangis.

Dengan demikian, manfaat yang dapat kamu rasakan setelah menangis adalah:

  1. Meningkatkan kebahagiaan
  2. Mengurangi rasa sakit
  3. Suasana hati menjadi membaik
  4. Menenangkan diri

Penelitian dalam Journal Psychology of Men & Masculinity yang mempelajari kesehatan mental dan menangis pada sekelompok pemain bola, menunjukkan bahwa pemain yang menjiwai permainannya sampai keluar air mata, diketahui memiliki self esteem atau penghargaan diri lebih tinggi daripada pemain yang menahan ekspresi harunya.

Salah satu akibat terus menahan emosi dalam jangka panjang bagi kesehatan fisik adalah tekanan darah naik (hipertensi). Ya, salah satu faktor yang membuat seseorang berisiko terkena hipertensi adalah stres.

Jadi, jika kamu sedang bersedih atau merasa haru atas suatu peristiw yang kamu alami, silahkan menangis dan jangan ditahan. Semoga bermanfaat.

Pekik