Menyadur dari Mayoclinic.org, hoarding disorder merupakan keadaan di mana seseorang mengalami kesulitan secara terus-menerus untuk membuang atau berpisah dengan harta benda karena kebutuhan yang dirasakan untuk menyelamatkan mereka.
Seseorang dengan hoarding disorder merasakan kesulitan yang amat parah memikirkan untuk menyingkirkan barang-barang tersebut. Akibatnya terjadi akumulasi berang-barang yang berlebihan, terlepas dari nilai barang itu sendiri.
Berikut beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang hoarding disorder. Simak, ya!
1. Mengapa seseorang mengalami gangguan hoarding disorder?
Penyebab gangguan hoarding disorder belum diketahui secara pasti, tapi ada beberapa hal yang dipercayai menjadi latar belakang seseorang mengalami hoarding disorder. Berikut beberapa di antaranya.
- Mereka percaya barang-barang ini unik atau akan dibutuhkan suatu saat nanti karena bisa menjadi pengingat momen bahagia, sebagai representatif seseorang, atau bahkan hewan peliharaan tercinta
- Ada perasaan lebih aman ketika dikelilingi oleh benda-benda atau hal-hal yang mereka selamatkan
- Perasaan tidak ingin menyia-nyiakan apa pun
2. Apa akibat yang ditimbulkan oleh gangguan hoarding disorder?
Walau sering tidak disadari, tetapi hoarding disorder memiliki dampak negatif yang mengganggu kualitas hidup penderita dan orang-orang di sekitarnya, seperti berikut ini.
- Ruangan kehilangan fungsi sebenarnya karena banyaknya barang di sana sini. Semua sisi penuh dengan tumpukan barang simpanan.
- Tempat tinggal dan lingkungan sekitar menjadi kotor dan tidak sehat.
- Ancaman keamanan, karena bisa saja penghuni rumah tersandung ataupun tertimpa barang, bahkan berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran.
- Dapat memicu konflik dengan orang atau keluarga yang tinggal bersama. Juga menimbulkan masalah baru ketika penderita menjadi kesal kepada orang yang mencoba membereskan apalagi mengurangi barang-barang timbunannya.
- Timbul kesulitan mengatur barang dan adanya kemungkinan kehilangan barang yang justru penting dan diperlukan karena tenggelam di antara barang-barang lain.
3. Hoarding disorder tidak sama dengan kolektor
Perbedaan besar antara gangguan hoarding disorder dengan kolektor adalah kolektor secara sengaja hanya menyimpan satu jenis barang tertentu dan melakukan perawatan serta penyimpanan yang terorganisir dengan cermat dan baik. Sementara, hoarding disorder hanya menumpuk dan sering membiarkannya terbengkalai.
4. Apa itu hoarding animal?
Seseorang dikatakan mengalami hoarding animal ketika ia mengumpulkan binatang-binatang karena perasaan ia harus menyelamatkan mereka. Sebenarnya tujuan tersebut baik, tapi masalahnya mereka mengumpulkan terlalu banyak lebih dari yang sanggup mereka urus. Akibatnya, binatang-binatang tersebut seringkali malah terlantar, tidak sehat lalu sakit dan bahkan bisa mati.
5. Bagaimana sebaiknya jika ditemui gejala hoarding disorder?
Gangguan hoarding disorder yang dibiarkan berpotensi meningkatkan level keparahannya. Memang tidak mudah memastikan, apakah seseorang menderita gangguna hoarding disorder atau tidak, karena sering kali penderitaya tidak menyadari dan merasa normal-normal saja. Dibutuhkan kesadaran pribadi yang lebih besar daripada rasa malu yang mungkin menghalangi seseorang untuk mencari bantuan .
Untuk itu, apabila ada kecurigaan kamu atau orang yang kamu kenal mengalami beberapa gejala-gejalanya, sebaiknya segera berkonsultasi kepada ahlinya.
Jika orang lain yang kamu kenal mengalami hal tersebut, diperlukan pendekatan persuasif agar orang tersebut mau memeriksakan diri untuk didiagnosa dan diberikan perawatan intensif dengan tepat oleh ahli yang kompeten.
Dengan demikian, penderita dapat memahami bahwa keyakinan dan perilaku mereka tersebut dapat diubah agar hidupnya menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
Baca Juga
-
3 Kesalahan saat Mengenakan Pakaian Baru di Tempat Kerja
-
3 Kebiasaan Buruk yang Membuat Meja Kerja Kamu Sering Berantakan
-
5 Tips Mengubah Hobi Membuat Buket Bunga Jadi Uang, Berani Coba?
-
3 Ide Hadiah untuk Seorang Backpacker, Pilih yang Praktis!
-
3 Macam Celebrity Worship, Jangan sampai Kebablasan Memuja!
Artikel Terkait
-
Stres Saat Hamil Picu Anak Lahir Epilepsi? Ini Faktanya
-
Daging Nabati: Kunci Jantung Sehat dan Berat Badan Ideal? Ini Faktanya
-
Trump Tunjuk Aktivis Anti-Vaksin Robert F. Kennedy Jr. Jadi Menteri Kesehatan!
-
4 Nutrisi Penting yang Harus Diperhatikan Pria untuk Meningkatkan Kesehatan Jantung dan Tulang
-
Romantisasi Kesehatan Mental Gen Z: Saatnya Berhenti dan Berpikir Kembali
Health
-
Sehat ala Cinta Laura, 5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Tiru!
-
4 Minuman Pengahangat Tubuh di Musim Hujan, Ada yang Jadi Warisan Budaya!
-
6 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Hujan, Salah Satunya Influenza!
-
Viral di Tiktok Program Diet dengan Kopi Americano, Apakah Aman Bagi Tubuh?
-
Ini 4 Alasan Mengapa Minum Kopi sebelum Bekerja Sangat Dianjurkan
Terkini
-
Review Novel Four Seasons in Japan, Mencari Tujuan Hidup dalam Empat Musim Jepang
-
3 Facial Foam untuk Redakan Jerawat Tanpa Bikin Iritasi, Harga Rp120 Ribuan
-
Perjalanan Aroma, Mengenal Lebih Dekat 3 Brand Parfum Asal Prancis
-
Review Novel The Lantern of Lost Memories, Kisah Studio Ajaib bagi Jiwa yang Pergi
-
Selamat! Shenina Cinnamon Menang Penghargaan Festival Film di Filipina