Dugaan sementara terhadap Rizal Djibran yang mengalami penyimpangan seksual patut direspons dengan bijaksana dan terukur sebelum benar-benar semuanya terbukti.
Sebelum ikut-ikutan latah menghujat, ada baiknya sebagai netizen yang budiman juga membekali diri dengan pengetahuan dan memperkuat literasi membaca agar memahami apa itu penyimpangan seksual dan orientasi seksual.
Perlu dipahami bahwa orientasi seksual merujuk pada jenis kelamin atau gender yang memicu ketertarikan seksual dan/atau romantik seseorang. Umumnya orientasi seksual yang dikenal adalah heteroseksual, homoseksual, dan biseksual.
Semua juga mengetahui jika orientasi seksual merupakan bagian dari identitas seksual seseorang dan bukanlah sebuah penyakit atau penyimpangan.
BACA JUGA: Cara Lakukan Seks Oral Tanpa Khawatir Infeksi Menular Seksual, Ada Gak Ya?
Melansir dari suaraaisiyah, istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidakwajaran seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment).
Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar.
Sedangkan menurut unida, penyimpangan seksual juga terkait dengan aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya.
Beberapa contoh penyimpangan seksual yaitu di antaranya; ekshibisionisme (pamer alat kelamin), fetisisme (terangsang pada suatu benda), frotteurism (menggesekkan alat vital kepada orang lain tanpa persetujuan), pedofilia (tertarik pada anak-anak), masokisisme (mendapatkan kepuasan melalui penyiksaan) atau sadisme.
Tranvestisme (puas jika seseorang mengenakan pakaian tertentu), voyeurism atauscopophilia (suka mengintip orang yang sedang ganti pakaian), autogynephilia (pria heteroseksual yang memvisualisasikan dirinya sebagai wanita demi membangkitkan gairah seksual), necrophilia (berhubungan intim dengan mayat), dan zoofilia (berhubungan intim dengan binatang)
Mencegah penyimpangan seksual
Mencegah penyimpangan seksual merupakan tanggung jawab bersama masyarakat, keluarga, dan individu itu sendiri. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah penyimpangan seksual antara lain:
1. Edukasi tentang seksualitas yang sehat dan aman
Pendidikan seksual yang tepat dan disesuaikan dengan usia dapat membantu mencegah perilaku seksual yang merugikan. Orang tua dan pendidik perlu membagikan informasi yang benar dan tepat mengenai seksualitas, termasuk tentang perilaku yang tidak diinginkan dan cara menghindari risiko.
2. Membangun hubungan yang sehat antara anak dan orang tua
Hubungan yang sehat dan terbuka antara anak dan orang tua dapat membantu mencegah penyimpangan seksual. Anak memiliki hak mendapatkan rasa aman dan nyaman untuk mengungkapkan apa saja yang mereka alami, termasuk hal-hal yang terkait dengan seksualitas.
3. Menerapkan aturan dan batasan yang jelas
Orang tua, pendidik, dan pengasuh juga perlu memastikan anak-anak memahami aturan dan batasan yang jelas mengenai sentuhan aman dan tidak aman agar mewaspadai segala bentuk perilaku yang bisa membahayakan dirinya.
4. Memperkuat kesadaran tentang hak dan perlindungan
Setiap orang memiliki hak dan perlindungan yang harus dijaga, termasuk hak atas privasi dan keamanan. Oleh karenanya setiap individu memiliki tanggung jawab memperkuat kesadaran tentang pentingnya menjaga hak dan perlindungan.
5. Mengenali tanda-tanda penyimpangan seksual
Mengenali tanda-tanda penyimpangan seksual dapat membantu mengatasi masalah lebih cepat. Setiap individu memiliki kewajiban untuk memperhatikan perubahan perilaku dan emosi seseorang, seperti tiba-tiba menarik diri lingkungan atau berubah menjadi lebih tertutup.
BACA JUGA: Tata Cara Berhubungan Seksual Berdasarkan Ajaran Agama Islam, Kalau Foreplaynya Gimana?
Artinya, jika di kemudian hari ditemukan ada tanda-tanda penyimpangan seksual, cobalah untuk menghubungi pihak-pihak yang berkompeten untuk membantu menangani hal tersebut.
Satu hal yang penting untuk disadari bersama bahwa dengan memperkuat pendidikan seksual yang sehat, membangun hubungan yang sehat antara anak dan orang tua, menerapkan aturan dan batasan yang jelas, memperkuat kesadaran tentang hak dan perlindungan, dan mengenali tanda-tanda penyimpangan seksual, maka kita sudah terlibat mencegah perilaku yang merugikan dan melindungi diri dari kekerasan dan eksploitasi seksual.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Sudah Tahu Well Being? Ini Cara Mewujudkannya agar Hidupmu Jadi Lebih Baik
-
Mengulik Polemik Iuran Tapera yang Diprotes Banyak Pekerja
-
7 Cara Menghadapi Orang Sombong Menurut Psikolog Klinis, Hadapi dengan Santai!
-
Orang Tua Harus Waspada, Apa Saja yang Diserap Anak dari Menonton Gadget?
-
Tidak Harus Karier dan Finansial, 8 Hal Ini Bisa Dijadikan Resolusi Tahun 2024
Artikel Terkait
-
Pendidikan Najwa Shihab Vs Farhat Abbas, Sesama Sarjana Hukum Tapi Beda Kelas
-
Wapres Gibran ke Mendikdasmen: Zonasi Sekolah Harus Dihilangkan!
-
Bias Antara Keadilan dan Reputasi, Mahasiswi Lapor Dosen Cabul Dituduh Halusinasi
-
Pendidikan Nissa Sabyan, Diduga Diam-Diam Sudah Nikah dengan Ayus
-
Kuliah S2 di Australia dengan Biaya Lokal, Bagaimana Caranya?
Health
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Suka Konsumsi Kulit Buah Kopi? Ini 3 Manfaat yang Terkandung di Dalamnya
-
Sehat ala Cinta Laura, 5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Tiru!
-
4 Minuman Pengahangat Tubuh di Musim Hujan, Ada yang Jadi Warisan Budaya!
-
6 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Hujan, Salah Satunya Influenza!
Terkini
-
Makna Perjuangan yang Tak Kenal Lelah di Lagu Baru Jin BTS 'Running Wild', Sudah Dengarkan?
-
Ulasan Buku 'Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja', Bagikan Tips Jago Berkomunikasi
-
Puncak FFI 2024: Jatuh Cinta Seperti di Film-Film Sapu Bersih 7 Piala Citra
-
Polemik Bansos dan Kepentingan Politik: Ketika Bantuan Jadi Alat Kampanye
-
Ditanya soal Peluang Bela Timnas Indonesia, Ini Kata Miliano Jonathans