Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Ahmad Zubairi
Ferran Torres yang baru dibeli Barcelona dikabarkan bakal dikembalikan ke Manchester City. (Pau BARRENA / AFP)

Entah apa yang Xavi Hernandez inginkan di laga leg kedua Liga Europa yang cukup krusial ini. Berhadapan dengan Frankfurt, Xavi Hernandez tampak lupa bahwa ini adalah laga penentu. Dan jelas, kemenangan adalah keharusan yang tak terbantahkan. Akhirnya, 15 laga tak terkalahkan di semua kompetisi, kini tinggal kenangan bagi Barcelona. Semua itu pupus di tangan Frankfurt. 

Lantas, apa saja yang janggal di laga ini?

1. Mempertanyakan kontribusi Mingueza

Absennya sang legendaris Barcelona, Dani Alves di bek kanan, membuat Xavi memasukkan Mingueza menjadi starter sebagai gantinya. Ini sungguh di luar dugaan. Terbukti, sisi kanan Blaugrana diobok-obok. Kalau tidak mengembalikan bola ke Araujo, ya, umpannya lambat ke rekannya, Dembele di sayap kanan Barcelona. Alih-alih, ia tampak bingung tatkala Frankfurt melancarkan serangan. 

Mingueza tampak kebingungan dan oleng bagaimana cara memutus serangan tersebut. Aneh sekali. 

Di laga sebelumnya, entah di La Liga ataupun Liga Europa ini, Mingueza memang menjadi cadangan. Tentu, hal itu Xavi sudah tahu, bahwa Mingueza mainnya memang kurang menjanjikan. Lha, kenapa sekali diturunkan dia malah dijadikan starter? Di laga penting pula. Jika dilihat dari kecerdasannya, Lenglet atau Dest adalah lebih pantas menjadi starter ketimbang Mingueza. 

2. Sang Bomber Luuk de Jong bukan Tuhan

Luuk de Jong, sang bomber Barcelona manusia biasa. Sang ujung tombak asal Belanda ini bukan Tuhan yang bisa merubah keadaan dengan segalanya. Alih-alih disaat Barcelona terpuruk di laga yang sedang dilakoni seperti kontra Frankfurt ini.

Artinya, Ia tidak bisa seenaknya diturunkan ketika Barcelona sedang dalam keadaan tertinggal. Betul memang, di La Liga Luuk de Jong adalah orang yang tak jarang menyelamatkan Barcelona dari kekalahan. Ia adalah spesialis gol di menit-menit injury time. Buktinya, Kemarin saat bersua Levante, kala itu Barcelona imbang 2:2. Masuknya Luuk de Jong ini, terbukti membuat Barcelona menang. Ia mencetak gol. 

Sebelumya, saat bersua Osasuna, Espanyol, Luuk de Jong juga mampu mengangkat Barcelona dari jurang kekalahan. Dan golnya, di menit-menit akhir babak kedua. 

Di laga ini, Xavi Hernandez kembali memperlakukan hal sama. Ia dimasukkan ketika El Barca sudah tertinggal 3:0 di babak kedua. Mungkin saja, Xavi Hernandez itu berharap bahwa Luuk de Jong akan bisa kembali mengulang hal yang sama. Yakni bisa menyelamatkan Barcelona.

Artinya, masuknya Luuk de Jong, hemat Xavi, Barcelona akan mampu mencetak tiga gol dalam waktu 25 menit. Entah karena kontribusinya, semisal mampu membuat pertahanan Frankfurt kocar-kacir karena pergerakannya, headingnya dll. Terlebih ia mencetak gol. Mengingat Ia adalah orang yang tak jarang membuat gol untuk Barca.

Alangkah lebih baiknya jika misalkan ia dijadikan starter ketimbang Aubameyang terus-menerus. Aubameyang memang juga tak jarang menciptakan gol. Namun tak jarang juga ia gagal memaksimalkan peluang. Beda dengan Luuk de Jong.

Andai saja Aubameyang mampu memaksimalkan umpan Dembele, baik tandukannya di babak pertama, ataupun umpan Dembele di babak kedua yang di depan mulut gawang Frankfurt yang gagal dikonsumsi dengan baik, yang seyogyanya tinggal sentuh sedikit untuk menjadi gol, jelas skor akhirnya berbeda.

Jika misalkan itu adalah Luuk de Jong maka sangat tidak mungkin untuk tidak gol. Salahnya apa? Ya, itu, Aubameyang terlalu dianakemaskan dan Luuk de Jong dianaktirikan. Dijadikan starter terus-menerus. Padahal tak jarang membuang peluang manis.

Luuk de Jong hanya dimasukkan ketika Barcelona kritis. Enak saja anak orang diperlakukan seperti itu. 

3. Masuknya Adama Traore sayap kanan Barcelona tak segacor saat diisi oleh Dembele

Masuknya Adama Traore, membuat sayap Barcelona di sisi kanan bukan malah membuat bek-bek Frankfurt goyah dan lengah. Justru malah kian gampang merebut bola dari kaki Adama itu. Sehingga, terputuslah serangan Barcelona dengan mudah.

Setiap Adama bawa bola, ia sangat egois. Selalu membawa bola dengan sendirinya. Mau adu lari untuk kecepatan. Tapi seringkali gagal. Harusnya Xavi memberi peringatan: bahwa megang bola jangan lama-lama. Pergerakannya mudah terbaca. Jijik lihatnya. 

Okey, karakternya dengan Dembele memang tak seragam. Kalau Dembele, membawa bola bukan hanya untuk crossing. Tapi masuk ke kotak penalti. Memberikan umpan trupas dan silang. Lha, ini Adama, lari terus, endingnya cuma krosing. Kalau akurat, tidak masalah. Masalahnya tidak akurat. Terlebih, seringkali bolanya lepas. 

Transisi menyerang, utamanya dari sayap, yang diisi Adama dan striker yang diisi oleh Aubameyang, adalah issue Barcelona yang harus Xavi perbaiki. Di lini belakang, hadirnya Mingueza yang tiba-tiba menjadi starter adalah pengalaman Xavi yang tak boleh terulang. 

Ahmad Zubairi