Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Ahmad Zubairi
Potret Darwin Nunez.[Instagram/@darwin_n9]

Singa itu diam. Dia kebanyakan membisu. Namun, bila dilukai sekecil dan secuil apa pun, singa bukan lagi hal bijak untuk diam. Darah yang bercucuran di tubuhnya akan membuatnya mendongak, bergerak, lalu membuat yang melukainya juga akan berlumuran darah. Sama halnya dengan Darwin Nunez. Sempat trending, yang muncul adalah hinaan. Namun, kini bukan lagi. Cacian itu berubah menjadi tepuk tangan. Dia membuktikan kualitasnya. Kualitas dirinya yang sebenarnya. 

Dia membuktikan kepada dunia, bahwa Liverpool adalah bukan tim yang salah untuk mendatangkannya. Tebusan 85 juta paun, membuatnya sadar, ia adalah tipikal pemain yang punya mental baja, teknik yang tak lagi berukuran kecil, dan kualitas yang tak lagi perlu untuk diragukan. 

Benar memang, saat pramusim tatkala berhadapan dengan Manchester United dan Crystal Palace, ia mandul. Ia tak mencetak gol. Bahkan, membuang peluang emas atas Setan Merah. Seakan ia butuh waktu terlebih dahulu untuk beradaptasi dengan tim. Di sinilah cacian pada dirinya datang. Orang-orang dibuat tak sadar, kalau singa untuk membuat orang itu sekarat, singa masih butuh waktu. Butuh mengejarnya dan berlari secepat mungkin. Darwin Nunez demikian. Ia butuh waktu untuk dulu untuk menjelma dirinya menjadi singa di skuat Liverpool. 

Tak tanggung-tanggung. Saat berhadapan dengan RB Leipzig, Darwin Nunez memborong empat gol. Bayangkan, sekelas tim Leipzig, ia mampu memasukan bola dengan empat gol. Alhasil, anak buah Jurgen Klopp itu, mendulang kemenangan 5:0. Satu gol pembuka, dicetak oleh Mohamed Salah. 

Disadur dari situs resmi Liverpool, Jurgen Klopp mengatakan "Ini bukan lagi saat yang tepat untuk mengecilkan kualitas atau performa Darwin Nunez. Dan dia berharap, apa yang Nunez ciptakan itu, akan berdampak positif untuknya."

Memang, semua pemain itu butuh waktu. Toh walaupun ia pemain kelas atas macam Messi dan Ronaldo sekalipun. Lihat, bagaimana efektifitas gol Lionel Messi saat bersama Paris Saint-Germain. Sistemnya dengan Barcelona berbeda. Beda pula ia ketika di atas lapangan bersama Les Parisien. Juga Ronaldo, bersama Real Madrid, ia subur. Tapi kau lihat, apa yang terjadi dengan Ronaldo ketika membela Manchester United? Lantas, apa yang mau kau bantah? Data, fakta, atau performa? Semuanya menurun. 

Ahmad Zubairi