Menulis itu adalah salah satu skill dalam diri manusia. Dan jika ingin mengasah kemampuan suatu skill dalam bidang menulis misalkan, tentu saja harus menempuh tirakat ringan. Adalah menulis rutin. Sebab, suatu perkara, tanpa ketekunan jelas tak akan didapat secara maksimal. Menulis, sama saja. Perlu genjotan belajar menulis secara rutin dan antusiasme. Ini tak bicara tulisan bagus atau jelek. Tapi, perkara belajar atau berproses.
Sebetulnya, untuk meningkatkan skill menulis, selain belajar menulis rutin selama sebulan ada juga jalan lain. Misal, ikut kelas menulis, menulis dalam seminggu beberapa kali, dan sebagainya. Intinya, target dan proses. Jika memang betul-betul ada kemauan dalam benak kita.
Saya pernah belajar otodidak soal menulis rutin selama sebulan. Tentu mengesampingkan apakah tulisan itu akan bagus atau tidak. Sebab, yang namanya belajar, ya nggak mungkin langsung berhasil secara maksimal: menghasilkan tulisan yang sangat epik. Di sini, saya ingin berbagi pengalaman bagaimana caranya belajar menulis rutin selama sebulan penuh.
1. Membaca
Pertama, tentu saja harus membaca. Tidak harus membawa buku, sih. Namun, membaca buku adalah lebih baik. Akan tetapi, membaca artikel ilmiah atau non ilmiah yang artikelnya memang bagus. Entah itu artikel ringan atau populer, jurnal dan sebagainya. Sebab, tak mungkin bagi pemula macam saya setiap bisa dapat ide jika tidak dipaksa membaca. Paling tidak, minimal tiga artikel. Dengan begitu.
2. Download referensi yang berbentuk PDF
Dulu, semasa belajar menulis rutin selama sebulan full itu, saya belajar menulis tentang tema keislaman. Maka, salah satu opsi mendapatkan referensi keagamaan adalah dengan cara mendownload artikel yang berbentuk pdf. Dengan begitu, akan tersimpan di file alias tak usah mencari lagi.
Juga, mendownload kitab yang ada terjemahannya dari bentuk pdf. Tentu saja jumlahnya banyak. Namanya saja referensi. Nah, jika kalian tak punya buku, tapi butuh referensi, pergi ke google, cari filenya yang pdf. Gasss, tinggal baca.
3. Harus Mengatur waktu dan Tentukan Mana yang Ideal
Permasalahan yang serius adalah waktu. Sebulan jelas lebih lengah. Lantas, cara mengatasinya gimana? Ya menulis di waktu senggang atau waktu luang. Saya belajar memanfaatkan itu. Ketika ada keperluan mendesak, ditinggal, nanti lanjut lagi.
Waktu yang ideal yang saya tempuh adalah jam 11 malam ke belakang. Enak betul. Nggak rame seperti di siang atau sore hari. Nggak akan sibuk dengan perintah orang tua dan pekerjaan lain.
4. Melawan rasa malas
Mau tak mau, memang harus dilawan itu rasa malas. Lengah, kadang juga bikin nggak mood dan marah, sebab ya capek. Tapi, tak ada cara lain kecuali mengingat satu hal: ingin belajar untuk berkembang. Maka, ya dilawan.
Itulah empat cara menulis rutin selama sebulan dari pengalaman pribadi saya. Jika ada cara lain, silakan ditambah.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Final Piala Super Spanyol: Mengurai Benang Kusut Permasalahan Barcelona
-
Chat Dosen Pembimbing Harus Sopan biar Tugas Skripsi Lancar Itu Nggak Cukup
-
5 Tradisi yang Dulu Sering Dilakukan, tapi Kini Sudah Jarang, Apakah di Kampungmu Juga?
-
Wisata Goa Soekarno Sumenep: Dulu Berkawan Keramaian, Kini Berteman Kesepian
-
3 Cara agar Video TikTok Ditonton Banyak Orang meski Sedikit Pengikutnya, FYP Bos!
Artikel Terkait
Hobi
-
Nasib! Banding Ditolak FIFA, Malaysia Juga Terancam Potensi Hukuman Tambahan
-
Mantap! Erick Thohir Targetkan Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2030
-
Imanol Machuca, Timnas Malaysia dan 17 Menit yang Membuat Karier Sepak Bolanya Sengsara
-
Lawan Brazil, Peluang Lolos Fase Grup Timnas Indonesia U-17 Terbilang Mustahil?
-
Dear Malaysia, Sudah Terima Saja Sanksi dari FIFA, Tak Usah Lagi Ajukan Banding ke CAS
Terkini
-
Sinopsis Those Days, Drama China yang Dibintangi Tong Yao dan Jiang Xin
-
Akhirnya! KPop Demon Hunters 2 Dikonfirmasi Tayang pada 2029
-
Diterpa Isu Miring, Hamish Daud Akui Baru Pulih usai Operasi di Rumah Sakit
-
Bagikan Trailer Baru, Five Nights at Freddy's 2 Segera Rilis Desember 2025
-
Bahas Pembagian Harta dan Pengasuhan Anak, Hamish Daud: Tak Ada Perebutan