Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhammad Ilyas Samando
Ilustrasi Pelatih Persija Thomas Doll dan Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong. [Suara.com]

Berita olahraga nasional akhir-akhir ini diwarnai oleh cabang olahraga sepak bola. Tentunya bukan soal prestasi melainkan drama-drama yang terjadi antara dua pelatih kepala. Shin Tae-yong, komandan pasukan Timnas Indonesia dengan Thomas Doll, komandan dari Persija Jakarta.

Dua orang pelatih yang sama-sama sudah tercebur ke dalam sepak bola Indonesia ini terlibat pertengkaran. Masalahnya bermuara pada pasukan Thomas Doll yang mau diambil alih oleh Shin Tae-yong untuk mengarungi pertempuran dunia usia 20 tahun yang diselenggarakan di Indonesia.

Persija Jakarta dibawah komando Thomas Doll saat ini berada dalam trek perburuan juara dalam pertempuran Liga 1. Persija bersaing ketat dengan PSM Makasar dan Persib Bandung sehingga Thomas Doll membutuhkan pasukannya yang siap agar tetap dalam trek perburuan gelar. Sedangkan di sisi lain, Shin Tae-yong berada dalam tekanan para pendukung Timnas Indonesia agar mampu memberikan hasil maksimal bagi Indonesia dalam kejuaraan Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung kurang lebih 100 hari lagi.

BACA JUGA: Foto Bareng Hotman Paris, Pakaian Transparan Millen Cyrus Bikin Salfok

Melihat pasukan muda Persija Jakarta yang memukau dalam Liga 1 membuat Shin Tae-yong memanggil mereka untuk masuk dalam pasukan Garuda Muda. Namun Thomas Doll memberi statement bahwa mereka akan di lepas jika waktunya sudah dekat dengan berlangsungnya Piala Dunia U-20 nanti. Dengan latar belakang inilah dua pelatih ini beradu mulut yang membuat suporter Timnas Indonesia juga saling bersitegang dengan suporter Persija Jakarta.

Latar Belakang kepemimpinan dua Pelatih

Thomas Doll dan Shin Tae-yong bukanlah sembarang pelatih. Keduanya pernah menukangi tim-tim yang berkelas dunia. Thomas Doll, pelatih berkebangsaan Jerman, pernah melatih Borussia Dortmund serta APOEL Nicosia dan sudah berpengalaman bertempur dalam kancah Liga Champions.

Bahkan pernah beradu taktik dengan Eric Ten Hag, Pelatih Manchester United yang saat itu melatih Ajax Amsterdam. Taktik dari Thomas Doll menyulitkan Ajax saat itu. Sedangkan Shin Tae-yong, Pelatih asal Korea Selatan ini pernah memimpin Timnas Korea Selatan dan mampu mengalahkan Timnas Jerman dalam Piala Dunia 2018.

Kedua pelatih ini merupakan komandan yang cakap dalam memimpin pasukan serta kaya akan taktik. Persija dibawah asuhan Thomas Doll mampu bersaing dalam perburuan gelar Liga 1 yang musim lalu Persija bahkan terseok-seok. Kurang dari satu tahun Persija kembali menjadi tim yang disegani.

Shin Tae-yong merupakan Pelatih yang membawa Timnas Indonesia kembali ke dalam medan pertempuran Asia setelah sekian lama Indonesia sulit untuk menembus ke Piala Asia. Indonesia dibawah tangan dingin pelatih asal Korea tersebut membawa Indonesia bercokol pada posisi 151 dunia yang sebelumnya di peringkat 170-an.

Indonesia Calling vs Persija Calling

Sembilan Macan Muda dari Persija Jakarta mendapatkan panggilan tugas untuk ikut dalam latihan bersama Timnas Indonesia selama kurang lebih dua bulan sebelum bertempur di Piala Dunia. Di antaranya ialah  Achmad Maulana Syarif, Alfriyanto Nico Saputro, Cahya Supriadi, Doni Tri Pamungkas, Frengky Deaner Missa, Ginanjar Wahyu Ramadhani, Muhammad Ferarri, Resa Aditya Nugraha, dan Barnabas Sobor.

Dari kesembilan pemain tersebut terdapat beberapa pemain yang sering main reguler dan masuk dalam komposisi tim di Persija Jakarta seperti Ferarri, Doni Tri, Nico serta Cahya. Tentu jika mereka dipanggil akan menguras otak Thomas Doll untuk mencari pengganti mereka dalam mengarungi Liga 1. Disisi lain Indonesia sangat membutuhkan pemain tersebut untuk siap dalam menghadapi Piala Dunia.

Perdebatan Panjang Thomas Doll vs Shin Tae-yong

Kebutuhan Persija Jakarta dan Timnas Indonesia dengan tenaga muda tersebut bukan tanpa alasan. Thomas Doll beralasan bahwa pelatihan jangka panjang yang dilakukan oleh Shin Tae-yong merupakan hal yang tidak wajar. Doll beralasan bahwa pemain muda ini perlu terbiasa dengan kompetisi dan bermain reguler dihadapan ribuan pendukung Persija Jakarta. Pelatihan jangka panjang justru membuat pemain menjadi kurang terasah kemampuannya sehingga Ia menyarankan agar pemain tersebut fokus bersama Persija dalam Liga 1.

Shin Tae-yong yang sudah makan asam garam selama tiga tahun menukangi Timnas Indonesia paham betul bahwa iklim sepak bola Indonesia tidak begitu baik. Shin Tae-yong sampai geleng-geleng kepala melihat fisik serta teknik dasar pemain Timnas Indonesia. Sehingga pelatihan jangka panjang perlu dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Selain itu dengan adanya pelatihan jangka panjang perlu dilakukan untuk membangun soliditas Timnas Indonesia.

Perdebatan yang panjang ini memuncak ketika Shin Tae-yong sulit mengadakan pertemuan dengan Thomas Doll untuk membahas mengenai pelatihan jangka panjang yang melibatkan sembilan pemain Persija. Berita terbaru pada akhirnya tim kepelatihan Persija Jakarta akhirnya bertemu secara virtual dengan asisten Timnas Indonesia yakni Nova Arianto.

Hanya dijamu oleh asisten pelatih membuat Thomas Doll begitu murka. Dalam konferensi pers sebelum menghadapi Arema. Thomas Doll memberikan pernyataan bahwa dirinya seperti tidak dihargai oleh Shin Tae-yong yang dalam pertemuan tersebut hanya diwakili oleh asistennya. Sedangkan Thomas Doll membawa seluruh staf kepelatihannya dalam pertemuan tersebut.

Kemudian yang membuat kaget para pegiat sepak bola Indonesia ialah pernyataan Thomas Doll yang mengatakan Shin Tae-yong seperti badut karena menjadi bintang iklan. Hal yang menurut Thomas Doll tidak wajar sebagai seorang pelatih.

Pada akhirnya Thomas Doll secara bertanggung jawab meminta maaf atas pernyataan yang menyerang pribadi Shin Tae-yong. Namun tetap memandang pelatihan jangka panjang bukanlah hal yang tepat dilakukan. 

Perdebatan antar Suporter dan Bisunya PSSI

Yang ramai dari perdebatan tersebut justru dari kalangan suporter. Mereka saling berdebat menyalahkan satu sama lain. Yang perdebatan ini justru hanya menjadi sia-sia dan tidak menyelesaikan apapun.

Justru dalam hal ini yang patut disalahkan dan menjadi pelaku utama ialah PSSI. PSSI tidak mampu membuat jadwal kompetisi yang baik sehingga ketika ada kebutuhan Timnas Indonesia untuk memanggil para pemain harus terbentur dengan jadwal Liga 1 yang jelas merugikan klub yang sedang berlaga dan membutuhkan tenaga dari para pemainnya.

Melihat banyaknya pemain Persija dalam pemanggilan Timnas Indonesia juga menjadi kegagalan dari PSSI dalam melakukan pembinaan pemain usia muda. Hal ini menjadi catatan bagi PSSI untuk mengembangkan kompetisi usia muda yang seharusnya diadakan reguler layaknya liga profesional.

BACA JUGA: Pidana Hukuman Mati Ferdy Sambo dan Fiat Justitia Ruat Caelum

Kompetisi yang baik melahirkan pemain yang baik dan PSSI bertanggung jawab atas hal tersebut. Shin Tae-yong selaku pelatih kepala Timnas Indonesia tidak salah dengan keraguannya sehingga membuat kegiatan pelatihan jangka panjang.

Melihat perdebatan dua pelatih kelas dunia dalam sepak bola Indonesia seharusnya menjadi berkah untuk olahraga ini. Kedua pelatih ini menunjukkan kelasnya dalam pemikiran masing-masing untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Jika PSSI melihat banyaknya pelatih asing kelas dunia masuk dalam kompetisi Liga 1 sebagai sebuah potensi, seharusnya PSSI mengadakan pertemuan khusus untuk memajukan sepak bola Indonesia.

Tentu tidak hanya Shin Tae-yong dan Thomas Doll saja melainkan ada juga Luis Milla yang melatih Persib Bandung dan Tavarez yang melatih PSM Makasar. Bisa dibayangkan jika pelatih-pelatih kelas dunia ini duduk bersama merumuskan permainan terbaik untuk sepak bola Indonesia.

Muhammad Ilyas Samando