Timnas Indonesia U-19 wanita yang bermain di Piala AFF U-19 harus merasakan dua hal yang menyakitkan di babak semi final turnamen. Bersua dengan raksasa sepak bola wanita di benua Asia, Thailand, Claudia Alexandra Scheunemann dan kolega harus rela dipermak tujuh gol. Tak hanya itu, skuat tuan rumah juga harus merasakan pahitnya mendapatkan kartu merah, ketika Fani Supriyanto sang kiper Garuda Pertiwi, harus mendapatkan kartu merah ketika pertandingan baru berusia empat menit.
Palang pintu terakhir skuat Garuda Pertiwi tersebut harus rela diganjar kartu merah karena dinilai melakukan pelanggaran terhadap pemain Thailand yang lolos dari jebakan off-side. Sebagai orang terakhir, Fani yang merangsek ke depan, akhirnya melakukan sleding tekel sehingga membuat pemain Thailand terjatuh.
Meskipun terlihat sekali minim kontak, namun wasit Le Thi Ly dari Vietnam memberikan kartu merah langsung kepada Fani dan membuat Indonesia harus bermain dengan sepuluh pemain di 85 menit pertandingan yang tersisa. Lantas, mengapa wasit Le Thi Ly sampai mengeluarkan kartu merah? Jawabannya, tentu saja karena hal itu sudah tertulis di law of the game FIFA.
Dari laman fifa.com, pelanggaran Fani sendiri masuk dalam Law 12: Fouls adn Misconduct, tepatnya pada bagian Denying a Goal or an Obvious Goal-Scoring Opportunity atau biasa disingkat dengan DOGSO. Dalam penentuan pemberian kartu merah langsung, seorang wasit harus mempertimbangkan empat hal pokok, yakni:
- Distance between the offence and the goal (jarak antara penyerang dan gawang),
- General direction of the play (arah permainan secara umum),
- Likelihood of keeping or gaining control of the ball (kesempatan dan peluang untuk menguasai bola), dan
- Location and number of defenders (posisi serta jumlah pemain bertahan).
Ironisnya, jika kita melihat kasus yang terjadi pada Fani saat menjatuhkan pemain Thailan tersebut, empat hal ini sudah terpenuhi, bukan hanya satu atau dua item saja yang terpenuhi.
Terlepas dari minimnya kontak, namun dalam pandangan wasit, jika pemain Thailand tersebut mampu lolos dari hadangan Fani sebagai pemain terakhir di pertahanan Indonesia, maka kans untuk menciptakan gol terbuka sangat lebar.
Jadi, ketika terjadi pelanggaran, wasit asal Vietnam tersebut tanpa ragu akhirnya langsung mengeluarkan kartu merah untuk pemain tuan rumah. Jadi, kalau menurut peraturan yang dirilis oleh FIFA sendiri, kartu merah yang dikeluarkan wasit Le Thi Ly dari Vietnam untuk Fani, sudah sesuai dengan regulasi yang ditetapkan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Tag
Baca Juga
-
Piala Asia U-17: 2 Wakil ASEAN Berpotensi Temani Indonesia Melaju ke Piala Dunia
-
Masuki Fase Krusial, Bagaimana Aturan Kelolosan Babak Grup Piala Asia U-17?
-
3 Pencapaian Indonesia yang Bisa Bikin Malu Korea Selatan di AFC U-17, Pernah Kepikiran?
-
Masuk Daftar Top Skor AFC U-17, Evandra Florasta Terbantu Kelebihan Mental Reboundnya
-
Piala Asia U-17: Jeniusnya Nova Arianto Ambil Keputusan di Babak Kedua Laga Lawan Yaman
Artikel Terkait
-
Tegas! Nova Arianto Minta Evandra Florasta Cs Lupakan Euforia Piala Dunia U-17
-
Indonesia vs. Afghanistan: Bisa Jadi Ajang Eksperimen Bagi Nova Arianto?
-
Dealer Premium Shop Yamaha Hadir di Semarang, Menyusul Jakarta dan Bandung
-
Ada Strategi Kotor Dibalik Penunjukkan Shin Tae-yong Jadi Wakil Presiden KFA
-
Respons Dean James yang Harus Absen Lama karena Alami Cedera Serius
Hobi
-
Indonesia vs. Afghanistan: Bisa Jadi Ajang Eksperimen Bagi Nova Arianto?
-
Liga 1: Dewa United Bertekad Gagalkan Misi Bangkit Bali United, Mampukah?
-
Timnas Indonesia 'Terbang' ke Piala Dunia U-17, Peran Liga Jadi Sorotan
-
Piala Asia U-17: 2 Wakil ASEAN Berpotensi Temani Indonesia Melaju ke Piala Dunia
-
Tegas! Nova Arianto Tuntut Garuda Muda Tetap Jaga Fokus Lawan Afganistan
Terkini
-
Robert Pattinson Diincar Main Film Dune 3, Mulai Syuting Musim Panas 2025
-
Balas Donald Trump, China Disebut akan Larang Masuk Film asal AS
-
Dukungan Sosial atau Ilusi Sosial? Realita Psikologis Ibu Baru
-
Bongkar Sisi Lain Karakter, Inilah 3 Prekuel Film yang Harus Kamu Tonton
-
Ketidakadilan Sistem Kolonial "Anak Semua Bangsa", Upaya Pembebasan Rakyat