Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Agus Siswanto
Ketum PSSI Erick Thohir ketika ditemui seusai menyaksikan pengundian babak penyisihan grup Piala Dunia U-17 2023 Indonesia, di Jakarta Barat, Jumat (15/9/2023). (ANTARA/Zaro Ezza Syachniar)

Babak final Piala Asia U-23 2024 masih sekitar 7 bulan lagi. Namun Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI telah mulai bergerak cepat. Di antaranya adalah wacana menghentikan sejenak liga domestik saat agenda AFC itu berlangsung.

Langkah ini tentu saja bukan langkah yang tidak berdasar. Dalam beberapa ajang, sering terjadi rebutan pemain antara timnas dengan klub. Alasan perebutan antar keduanya pun mempunyai landasan yang kuat.

Bagi timnas, menampilkan pemain-pemain terbaik dalam ajang internasional jelas akan mengangkat nama negara dalam peta persepakbolaan dunia. Sehingga untuk mendapatkan hasil maksimal, harus diperkuat dengan pemain-pemain terbaik.

Bagi klub pun kurang lebih sama. Berkurangnya pemain karena harus bergabung dengan timnas akan mengurangi kekuatan klub itu sendiri. Sementara kompetisi tengah bergulir. Dengan penarikan beberapa pemain, performa klub pun akan terganggu karena mereka-mereka yang dipanggil adalah sosok-sosok terbaik.

Selain itu klub pun merasa rugi. Secara hitungan matematis gelontoran dana yang mereka keluarkan pasti berharap atas hasil. Hasil itu berupa prestasi klub dalam kompetisi tersebut. Apalagi ajang yang mengambil para pemain itu berada di luar kalender FIFA.

Gambaran inilah yang coba dibenahi oleh Erick Thohir. Jeda yang diwacanakan tersebut akan mempunyai dua mata pedang. Pertama, timnas akan tampil full power, karena semua pemain terbaik Indonesia dapat tampil secara utuh.

Sedangkan bagi klub, mereka tidak perlu khawatir urusan peringkat dalam kompetisi. Sebab dengan penghentian kompetisi, dapat dipastikan kedudukan dalam ranking tidak berubah. Klub yang pemainnya banyak digunakan di timnas, bisa menarik napas lega.

Hal itulah yang akan digodog PSSI dengan PT Liga Indonesia Baru (LIB). Tidak lupa pihak klub pun akan diajak duduk bersama. Jika hal ini bisa disetujui, maka para pelatih timnas tidak perlu tarik urat leher gegara rebutan pemain.

Masalah yang cukup pelik adalah para pemain yang bermain di luar negeri. Mereka seperti Ivar Jenner, Rafael Struick, Elkan Baggott, Pratama Arhan, dan Marselino Ferdinan. Apakah klub yang ditempati mengizinkan melepas pemainnya, sementara agenda yang akan diikuti di luar kalender FIFA.

Untuk masalah ini, maka langkah-langkah tersebut perlu dirintis sejak dini. Sebab dari tiap klub tersebut hanya satu pemain yang diminta. Maka mungkin saja pendekatan yang dilakukan jauh-jauh hari akan mendatangkan hasil.

Jika semua tersebut dapat teratasi, maka kekhawatiran sekaligus ketakutan Shin Tae-yong dengan babak final di Qatar tersebut dapat teratasi. Dalam visi yang lebih jauh, roadmap peta persepakbolaan nasional untuk dapat tampil di level lebih tinggi, akan tercapai. 

Agus Siswanto