Tidak dapat dipungkiri, salah satu kegagalan timnas Vietnam belakangan ini adalah keberadaan para pemain muda yang diusung Philippe Troussier. Publik Vietnam sendiri kabarnya tidak setuju dengan langkah ini, sebab menurut mereka pengalaman yang masih minim membuat penampilan tidak maksimal.
Hal ini sebenarnya terjadi juga di Indonesia. Masuknya Shin Tae Yong sejak 4 tahun yang lalu diikuti dengan langkah berani. STY banyak ‘membuang’ para pemain senior yang selama ini menjadi langganan timnas Indonesia.
STY masih mentolerir keberadaan para pemain senior manakala perannya benar-benar masih dibutuhkan. Seperti Fachrudin, bek Madura United. Beberapa kali nama Fahrudin masuk dalam line up skuad STY.
Namun setelah di posisi itu sudah ada penggantinya, pemain tersebut tidak direkrut lagi. Demikian pula dengan Stefano Lilipaly yang di BRI Liga 1 begitu impresif. STY enggan meliriknya sama sekali, pertimbangan usia dan beratnya laga yang akan dihadapi dikedepankan.
Sejauh ini, meski banyak kritik di sana-sini, semua berjalan baik-baik saja. Pada saat yang tepat, pemain muda binaan STY mulai matang. Hal ini terlihat dalam gelaran Piala Asia 2023. Para pemain muda tersebut seakan menemukan panggungnya. Di level turnamen senior, mereka mampu bermain lepas.
Demikian pula dalam ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran kedua. Para pemain muda yang merupakan perpaduan para pemain lokal dan naturalisasi menghadirkan permainan memikat. Bahkan mereka menjadi bagian penting timnas Indonesia.
Hal ini yang tidak terjadi pada Philippe Troussier. Publik Vietnam masih terbawa romantisme sepak bola Vietnam era Park Hang-seo dengan segudang prestasinya. Sebagian publik justru tidak menaruh kepercayaan pada para talenta muda.
Situasi inilah yang membedakan STY dengan Philippe Troussier. Niat mulia pelatih asal Prancis ini tidak mendapat sokongan berbagai pihak. Mereka cenderung menyalahkan sang pelatih.
Di sisi lain, para pemain muda Vietnam pun gagal bersinar. Menghadapi berbagai tekanan dari para pemain Indonesia, mereka tampak belum siap. Jam terbang yang minim ditambah bekal dari kompetisi domestik tidak cukup untuk bertarung di pertandingan besar.
Akhirnya perjudian besar Troussier berakhir dengan pemecatan. Sementara itu, STY melenggang ke depan dengan menampilkan para pemain muda dalam skuad yang dipimpinnya.
Baca Juga
-
Dua Ganda Putra Indonesia Gagal Lolos Babak 8 Besar Korea Masters 2024
-
Setelah Hujani Myanmar dengan 5 Gol, Akankah Vietnam Jadi Korban Berikutnya
-
Piala AFF Futsal 2024: Vietnam Takut Bertemu Indonesia di Babak Semifinal
-
Sikat Australia 3-1, Indonesia Tatap Babak Semifinal Piala AFF Futsal 2024
-
Dua Ganda Putra Indonesia Lolos Babak 16 Besar Korea Masters 2024
Artikel Terkait
-
Dicoret Shin Tae-yong karena Cedera, Asnawi Mangkualam Sudah Main 90 Menit di Port FC
-
Shin Tae-yong Sumringah Ayase Ueda Cedera: Bisa Jadi Keuntungan Buat Timnas Indonesia
-
Timnas Indonesia 'Baik Hati', Hajime Moriyasu Mengaku Diuntungkan
-
Mauro Zijlstra Kasih Kabar Buruk saat Lagi Urus Naturalisasi Timnas Indonesia
-
Persiapan Ngeri Jepang, Miliki Semua Data Pemain Timnas Indonesia
Hobi
-
Rebutan Gelar, Pecco Bagnaia dan Jorge Martin Merasa Tak Perlu Bermusuhan
-
3 Bek Timnas Jepang yang Diprediksi Jadi Tembok Kokoh Saat Jumpa Indonesia
-
Dua Ganda Putra Indonesia Gagal Lolos Babak 8 Besar Korea Masters 2024
-
Pedri Beberkan Beda Barcelona Era Hansi Flick dan Xavi Hernandez soal Sanksi Pemain Telat
-
Masuk Grup Neraka Piala Asia U-20 2025, Indonesia Perlu Tambah Pemain Naturalisasi?
Terkini
-
Ulasan Film The Black Phone: Penculikan Misterius Laki-Laki Bertopeng
-
Tantangan Literasi di Era Pesatnya Teknologi Informasi
-
Tren Media Sosial dan Fenomena Enggan Menikah di Kalangan Anak Muda
-
Bentala Stella: Bisnis Licik dan Sayuran Gemas 'Pengungkap' Perasaan
-
Yuta NCT Off The Mask: Berani Tampil Apa Adanya Tanpa Peduli Omongan Orang