Membaca buku barangkali menjadi kegemaran dan kewajiban bagi sebagian kalangan. Misalnya, bagi siswa, mahasiswa atau pendidik. Selain itu, para pembaca buku yang gemar membaca sekaligus mengkoleksi buku. Namun, salah satu tantangan yang menghadang adalah masih maraknya buku bajakan di pasaran.
Ironisnya, di marketplace (lokapasar) justru buku berjenis bajakan yang banyak mewarnai display toko. Satu hal yang pasti, mengapa buku bajakan tidak layak menjadi pilihan untuk kita beli lantaran buku bajakan tidak membayar pajak dan royalti serta jelas menyalahi hak atas kekayaan intelektual seseorang.
Hal ini pun juga sempat dibahas dan dikeluhkan salah satu oleh penulis buku kenamaan Indonesia, yakni Tere Liye. Perdagangan buku bajakan yang kian meresahkan ini sejatinya merugikan berbagai pihak. Tidak hanya si penulis buku yang sudah bersusah payah menghasilkan karya, tetapi juga penerbit buku sebagai pemegang lisensi hak cipta, serta para pembaca.
Jika disadari, sebagai pembaca, kita juga merasakan kerugian dari kepemilikan buku bajakan. Tidak hanya dianggap tidak menghargai karya si penulis, kita juga sesungguhnya merugi secara fisik. Mulai dari kualitas buku bajakan dengan halaman sampul yang seadanya, kertas tipis dan cetakan tinta yang murah, hingga jilidan buku dengan lem yang tak merekat sempurna. Nah, bagaimana langkah kita sebagai pembaca, agar kita bisa berhenti dan menghindari membeli buku bajakan?
Meningkatkan Kesadaran Diri sebagai Pembaca
Sebagai pembaca karya seseorang, kita harus mengembangkan kebiasaan untuk selalu menghargai karya asli. Proses lahirnya sebuah karya tidak didasarkan hanya fisik, melainkan memerlukan pikiran dan tenaga. Tidak sedikit penulis menyelesaikan karya selama bertahun-tahun, melewati serangkaian riset dan studi yang tidak bisa disepelekan. Dengan demikian, penting bagi kita sebagai pembaca, sekaligus konsumen untuk mendukung hak cipta dan intelektual penulis. Hal ini penting karena menjadi suatu bentuk penghargaan dan pengakuan kita terhadap karya orang lain.
Mencari Alternatif Sumber Membaca yang Legal namun Terjangkau
Sebenarnya, untuk era saat ini, kebutuhan membaca mudah terpenuhi sejak adanya teknologi informasi dan internet. Kita tidak lagi membaca buku secara fisik dengan kertas, namun bisa diakses melalui platform dan gawai. Buku-buku dan bahan referensi sekarang bisa berbentuk digital atau elektronik book. Namun tetap saja, akses membaca buku secara digital juga tetap memperhatikan sumbernya. Sama seperti buku bajakan, di dunia maya pun bertebaran buku-buku asli hasil pemindaian. Dan lagi-lagi, setelah buku dipindai, serta merta dipajang di toko online untuk dijual dengan harga sangat murah.
Kita bisa mencari alternatif dan menemukan buku murah dan gratis secara legal. Pertama, kita bisa memanfaatkan perpustakaan yang ada di sekitar kita, perpustakaan sekolah, kampus, perpustakaan kota atau desa. Dengan memiliki keanggotaan, kita bisa meminjam, membaca buku, serta memanfaatkan fasilitas disana. Kedua, kita bisa memanfaatkan berbagai platform digital mulai dari iPusnas milik Perpusnas RI, Aplikasi iBI Library, Open Library hingga Project Gutenberg bisa jadi pilihan untuk mengakses buku dan sumber berbentuk digital bacaan resmi.
Bergabung dalam Komunitas Pecinta atau Pembaca Buku
Selain membangun kesadaran diri sendiri agar senantiasa menghargai karya orang lain, termasuk membeli buku asli, kita juga bisa memulai dengan bergabung ke komunitas baca atau literasi di sekitar kita. Selain itu, komunitas baca dan literasi jelas memberikan pemahaman serta menyebarkan kesadaran anti-bajakan. Dengan bergabung ke komunitas akan semakin memberikan kita pengetahuan dan wawasan, serta senantiasa mendiskusikan buku-buku yang dibeli secara resmi.
Menyisihkan Anggaran untuk Berbelanja Buku
Tidak kalah pentingnya, jika kita memerlukan buku secara pribadi, tidak ingin meminjam ke perpustakaan misalnya, tentu kita harus membeli buku. Dengan harga yang tidak murah, kebutuhan untuk berbelanja buku bagi sebagian orang tentu memerlukan manajemen tersendiri. Untuk itu, kita atau kamu yang notabene si kutu buku harus pandai mengatur pengeluaran untuk membeli buku. Kita bisa mengalokasikan biaya atau pos khusus untuk membeli buku.
Selain itu, mengetahui diskon atau potongan harga tentu bisa jadi tips yang jitu. Biasanya, toko buku daring yang menjual buku resmi dan original juga punya event menarik serta berhadiah bagi para konsumennya. Membeli buku asli tidak akan ada salah atau ruginya karena memiliki buku merupakan investasi jangka panjang. Jika kelak tidak terpakai, kamu bisa menjual kembali (preloved) atau memberikan secara cuma-cuma pada orang atau pihak lain yang barangkali lebih membutuhkan.
Penutup
Beberapa langkah-langkah yang telah diuraikan tadi kiranya cukup dapat dilakukan oleh pembaca sekaligus konsumen buku. Melawan maraknya buku bajakan yang beredar di pasaran, tampaknya dibutuhkan kesadaran dan tindakan kolektif. Tulisan singkat ini barangkali menawarkan dan membagikan langkah sederhana demi terputusnya rantai pembelian buku bajakan.
Hal ini penting, karena dimulai dari pembaca. Ketika pembeli notabene pembaca tak lagi minat dan meninggalkan buku bajakan, akankah para penjual itu tetap bertahan? namun demikian, tidak hanya penulis, pembaca atau penerbit saja yang sudah sadar dan menggalakkan seruan untuk menghentikan buku bajakan. Dengan demikian, kesadaran-kesadaran inilah yang terus kita bangun dalam rangka mendukung karya asli, karya para penulis. Kita tentu nantikan terus upaya pemerintah dan pihak berwenang untuk melindungi karya anak bangsa.
Baca Juga
-
Tantangan Literasi di Era Pesatnya Teknologi Informasi
-
Tren Media Sosial dan Fenomena Enggan Menikah di Kalangan Anak Muda
-
Calon Kepala Daerah Keluarkan Pernyataan Seksis dan Nuansa Patriarki, Pilkada 2024 Sarat Bias Gender?
-
Menyoal Kriminalisasi Ibu Supriyani: Saatnya Negara Hadir Melindungi Guru
-
Tantangan Pemerintahan Baru dalam Pemerataan Pendidikan di Daerah 3T
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Persona: Kisah Remaja dalam Menghadapi Ekspektasi Sosial
-
Ulasan Buku High Value Woman: Menjadi Perempuan Berprinsip dan Percaya Diri
-
Perspektif Penyakit dan Perawatan dalam Buku "How to Tell When We Will Die"
-
Ulasan Buku Seni Mewujudkan Mimpi Jadi Kenyataan Karya James Allen
-
Buku Beauty and The Bad Boy: Terus Didesak Nikah dan Dipepet Brondong Tajir
Hobi
-
Indonesia Bersiap Hadapi Jepang dalam Lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Analisis Kekuatan Skuad, Indikasi Jepang Takut ke Timnas Indonesia??
-
Sadar Timnas Indonesia Berkembang Pesat, Hajime Moriyasu Ngaku Ketar-Ketir?
-
Kaoru Mitoma Waspadai Demam Sepak Bola di Indonesia, Soroti Pemain Keturunan
-
Pakai Motor GP23, Marc Marquez Tidak Minta Tambahan Aneh-Aneh ke Ducati
Terkini
-
3 Film Korea Bertema Sejarah yang Hadirkan Beragam Kisah Menggugah
-
Ada Pop Ballad, Irene Red Velvet Usung Beragam Genre di Album Like A Flower
-
Kenang Mendiang Aktor Song Jae Rim, Aktris Kim So Eun Tulis Pesan Menyentuh
-
Sehat ala Cinta Laura, 5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Tiru!
-
ILLIT Rasakan Debaran Jantung yang Kencang di MV Lagu Terbaru 'Tick-Tack'