Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | hanifati radhia
ilustrasi pembeli buku membaca di toko buku (Pexels/Abby Chung)

Membaca buku barangkali menjadi kegemaran dan kewajiban bagi sebagian kalangan. Misalnya, bagi siswa, mahasiswa atau pendidik. Selain itu, para pembaca buku yang gemar membaca sekaligus mengkoleksi buku. Namun, salah satu tantangan yang menghadang adalah masih maraknya buku bajakan di pasaran.

Ironisnya, di marketplace (lokapasar) justru buku berjenis bajakan yang banyak mewarnai display toko. Satu hal yang pasti, mengapa buku bajakan tidak layak menjadi pilihan untuk kita beli lantaran buku bajakan tidak membayar pajak dan royalti serta jelas menyalahi hak atas kekayaan intelektual seseorang.

Hal ini pun juga sempat dibahas dan dikeluhkan salah satu oleh penulis buku kenamaan Indonesia, yakni Tere Liye. Perdagangan buku bajakan yang kian meresahkan ini sejatinya merugikan berbagai pihak. Tidak hanya si penulis buku yang sudah bersusah payah menghasilkan karya, tetapi juga penerbit buku sebagai pemegang lisensi hak cipta, serta para pembaca.

Jika disadari, sebagai pembaca, kita juga merasakan kerugian dari kepemilikan buku bajakan. Tidak hanya dianggap tidak menghargai karya si penulis, kita juga sesungguhnya merugi secara fisik. Mulai dari kualitas buku bajakan dengan halaman sampul yang seadanya, kertas tipis dan cetakan tinta yang murah, hingga jilidan buku dengan lem yang tak merekat sempurna. Nah, bagaimana langkah kita sebagai pembaca, agar kita bisa berhenti dan menghindari membeli buku bajakan?  

Meningkatkan Kesadaran Diri sebagai Pembaca

Sebagai pembaca karya seseorang, kita harus mengembangkan kebiasaan untuk selalu menghargai karya asli. Proses lahirnya sebuah karya tidak didasarkan hanya fisik, melainkan memerlukan pikiran dan tenaga. Tidak sedikit penulis menyelesaikan karya selama bertahun-tahun, melewati serangkaian riset dan studi yang tidak bisa disepelekan. Dengan demikian, penting bagi kita sebagai pembaca, sekaligus konsumen untuk mendukung hak cipta dan intelektual penulis. Hal ini penting karena menjadi suatu bentuk penghargaan dan pengakuan kita terhadap karya orang lain.

Mencari Alternatif Sumber Membaca yang Legal namun Terjangkau

Sebenarnya, untuk era saat ini, kebutuhan membaca mudah terpenuhi sejak adanya teknologi informasi dan internet. Kita tidak lagi membaca buku secara fisik dengan kertas, namun bisa diakses melalui platform dan gawai. Buku-buku dan bahan referensi sekarang bisa berbentuk digital atau elektronik book. Namun tetap saja, akses membaca buku secara digital juga tetap memperhatikan sumbernya. Sama seperti buku bajakan, di dunia maya pun bertebaran buku-buku asli hasil pemindaian. Dan lagi-lagi, setelah buku dipindai, serta merta dipajang di toko online untuk dijual dengan harga sangat murah.

Kita bisa mencari alternatif dan menemukan buku murah dan gratis secara legal. Pertama, kita bisa memanfaatkan perpustakaan yang ada di sekitar kita, perpustakaan sekolah, kampus, perpustakaan kota atau desa. Dengan memiliki keanggotaan, kita bisa meminjam, membaca buku, serta memanfaatkan fasilitas disana. Kedua, kita bisa memanfaatkan berbagai platform digital mulai dari iPusnas milik Perpusnas RI, Aplikasi iBI Library, Open Library hingga Project Gutenberg bisa jadi pilihan untuk mengakses buku dan sumber berbentuk digital bacaan resmi.

Bergabung dalam Komunitas Pecinta atau Pembaca Buku

Selain membangun kesadaran diri sendiri agar senantiasa menghargai karya orang lain, termasuk membeli buku asli, kita juga bisa memulai dengan bergabung ke komunitas baca atau literasi di sekitar kita. Selain itu, komunitas baca dan literasi jelas memberikan pemahaman serta menyebarkan kesadaran anti-bajakan. Dengan bergabung ke komunitas akan semakin memberikan kita pengetahuan dan wawasan, serta senantiasa mendiskusikan buku-buku yang dibeli secara resmi.

Menyisihkan Anggaran untuk Berbelanja Buku

Tidak kalah pentingnya, jika kita memerlukan buku secara pribadi, tidak ingin meminjam ke perpustakaan misalnya, tentu kita harus membeli buku. Dengan harga yang tidak murah, kebutuhan untuk berbelanja buku bagi sebagian orang tentu memerlukan manajemen tersendiri. Untuk itu, kita atau kamu yang notabene si kutu buku harus pandai mengatur pengeluaran untuk membeli buku. Kita bisa mengalokasikan biaya atau pos khusus untuk membeli buku.

Selain itu, mengetahui diskon atau potongan harga tentu bisa jadi tips yang jitu. Biasanya, toko buku daring  yang menjual buku resmi dan original juga punya event menarik serta berhadiah bagi para konsumennya. Membeli buku asli tidak akan ada salah atau ruginya karena memiliki buku merupakan investasi jangka panjang. Jika kelak tidak terpakai, kamu bisa menjual kembali (preloved) atau memberikan secara cuma-cuma pada orang atau pihak lain yang barangkali lebih membutuhkan.

Penutup

Beberapa langkah-langkah yang telah diuraikan tadi kiranya cukup dapat dilakukan oleh pembaca sekaligus konsumen buku. Melawan maraknya buku bajakan yang beredar di pasaran, tampaknya dibutuhkan kesadaran dan tindakan kolektif. Tulisan singkat ini barangkali menawarkan dan membagikan langkah sederhana demi terputusnya rantai pembelian buku bajakan.

Hal ini penting, karena dimulai dari pembaca. Ketika pembeli notabene pembaca tak lagi minat dan meninggalkan buku bajakan, akankah para penjual itu tetap bertahan? namun demikian, tidak hanya penulis, pembaca atau penerbit saja yang sudah sadar dan menggalakkan seruan untuk menghentikan buku bajakan. Dengan demikian, kesadaran-kesadaran inilah yang terus kita bangun dalam rangka mendukung karya asli, karya para penulis. Kita tentu nantikan terus upaya pemerintah dan pihak berwenang untuk melindungi karya anak bangsa.

hanifati radhia