Pada era 1990-an hingga awal 2000-an, pernah ada aturan sepak bola yang mengakhiri laga secara dramatis, yaitu Golden Goal atau juga dikenal sebagai sudden death.
Mengutip Sporting News, konsep Golden Goal pertama kali diperkenalkan oleh FIFA pada tahun 1993. Sistem ini pertama kali diterapkan turnamen Piala Dunia U-20 1993 yang digelar di Australia.
Aturan Golden Goal diterapkan dalam perpanjangan waktu (extra time) jika skor masih imbang setelah 90 menit pertandingan. Dalam sistem ini, tim yang mencetak gol lebih dulu langsung dinyatakan sebagai pemenang.
Artinya, laga tamat seketika, karena tidak ada babak perpanjangan waktu kedua setelahnya, apalagi adu penalti. Satu gol emas menjadi penentu segalanya, momen yang bisa membawa euforia kemenangan bagi satu tim, sekaligus kekecewaan mendalam bagi tim yang kalah.
Panggung besar pertama bagi Golden Goal hadir di Euro 1996 di Inggris, turnamen besar pertama yang resmi menerapkannya. Di sinilah aturan ini mulai menciptakan sejarah, menghadirkan drama yang tak terlupakan di lapangan hijau.
Sistem ini kemudian diadopsi dalam pertandingan internasional level senior, termasuk Piala Dunia dan Piala Konfederasi. Tak hanya itu, aturan ini juga diterapkan di Liga Champions, Piala UEFA (cikal bakal Liga Europa), dan Piala Super Eropa.
Dalam perjalanannya, Golden Goal telah melahirkan berbagai momen bersejarah, seperti ketika Jerman menjuarai Euro 1996. Kala itu, gol Oliver Bierhoff di menit ke-95 ke gawang Republik Ceko mengunci kemenangan Der Panzer dengan skor 2-1.
Golden Goal kembali menjadi penentu di dua turnamen besar yang melibatkan Timnas Perancis, yakni Piala Dunia 1998 dan Euro 2000.
Saat menjadi tuan rumah Piala Dunia 1998, Perancis merasakan manfaat aturan ini ketika gol tunggal Laurent Blanc di menit ke-113 ke gawang Paraguay memastikan langkah Les Bleus ke perempat final.
Dua tahun berselang, keberuntungan serupa kembali berpihak kepada Perancis. Kali ini, di final Euro 2000 melawan Italia, David Trezeguet mencetak gol di menit ke-103, memastikan kemenangan 2-1 sekaligus mengantarkan Les Bleus menjadi juara Eropa.
Kemudian, Piala Dunia 2002 menjadi ajang di mana aturan Golden Goal kembali menciptakan momen dramatis. Senegal memanfaatkan aturan ini untuk menyingkirkan Swedia, sementara Korea Selatan menggunakannya untuk mengalahkan Italia di babak 16 besar.
Dikutip dari TalkSport.com, meski awalnya dirancang untuk menghadirkan pertandingan yang lebih menarik, sistem Golden Goal justru menimbulkan efek sebaliknya.
Tim-tim mulai bermain lebih defensif di perpanjangan waktu, lebih memilih bertahan agar tidak kebobolan daripada berani menyerang untuk mencetak gol kemenangan.
Oleh karena itu, FIFA kembali mengeluarkan sitem baru bernama Silver Goal pada 2003 sebagai pengganti Golden Goal. Menurut aturan, tim yang unggul setelah babak pertama perpanjangan waktu akan langsung dinyatakan sebagai pemenang.
Namun, aturan ini tidak bertahan lama. International Football Association Board (IFAB), selaku badan pembuat regulasi sepak bola, akhirnya memutuskan untuk menghapus baik Golden Goal maupun Silver Goal dari Laws of the Game pada tahun 2004.
Keputusan ini membuat Euro 2004 menjadi turnamen besar terakhir yang menerapkan aturan tersebut. Momen perpisahan dengan sistem Silver Goal terjadi di semifinal, ketika Traianos Dellas mencetak gol bagi Yunani pada detik-detik akhir babak pertama perpanjangan waktu, memastikan kemenangan atas Republik Ceko.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Kenapa Tak Ada Klub Sepak Bola Bernama London di Inggris? Ini Alasannya
-
Berbeda dari Sepak Bola, Mengapa Kiper Futsal Tak Pakai Sarung Tangan?
-
Rahasia Material dan Teknologi di Balik Baju Balap MotoGP
-
Kenapa Fans Barcelona Disebut "Cules", yang Berarti Bokong? Ini Sejarahnya
-
Dari Banyak Warna, Mengapa Bola Tenis Harus Kuning? Ini Sejarahnya
Artikel Terkait
-
Heboh Nyanyian Rasis Pemain Argentina untuk Timnas Perancis: 'Ibu Mereka Orang Nigeria'
-
Terbentur Regulasi, Kylian Mbappe Tidak Bisa Pakai Topeng Warna Bendera Perancis di Euro 2024
-
3 Pembelajaran Aturan Sepak Bola di Laga Indonesia vs Korea Piala Asia 2024, Ini Alasan Penalti Justin Hubner Diulang
-
Sosok David Trezeguet, Legenda Juventus Akan ke Indonesia 27 - 29 Januari 2023
Hobi
-
Jalani Laga Penuh Emosi Melawan Bahrain, Justin Hubner Harus Pandai-Pandai Menjaga Emosi
-
Tampil Impresif, Jay Idzes Kembali Diminati oleh 3 Klub Liga Italia
-
Adil, Gigi Dall'igna Bakal Bantu Pecco Bagnaia Kembali ke Performa Terbaik
-
3 Gelandang Liga 1 yang Bisa Dipanggil oleh Patrick Kluivert ke Timnas Indonesia
-
Empat Ganda Campuran Indonesia Lolos ke Babak 16 Besar Orleans Masters 2025
Terkini
-
Riau 20, Rekomendasi Tempat Bukber dengan Suasana Cozy di Bandung
-
EXO "Don't Fight the Feeling": Ajakan Ikuti Insting untuk Bertahan Hidup
-
Darren Wang Kembali Bebas dengan Jaminan Rp2,4 M atas Kasus Penyerangan
-
Dibintangi Yu Xin Tian, Ini Sinopsis Drama China 'Bound at First Sight'
-
Terjebak di Lingkaran Toxic? Simak Review Lirik Lagu "Love Hangover" Jennie